tirto.id - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menuturkan, potensi laut untuk pertumbuhan ekonomi saat ini berkurang dan kemungkinan akan memburuk ke depan. Hal itu karena terjadinya penangkapan ikan yang berlebihan, perusakan ekosistem dari pukat dasar, serta adanya penambangan dasar laut.
Untuk diketahui, aset laut utama saat ini bernilai 24 triliun dolar AS, dan nilai layanan turunan diproyeksikan menjadi 2,5 triliun per tahun, atau 1,5 triliun dikurangi manfaat nonpasar 3–5 persen dari PDB dunia diwakili oleh ini.
"G20 kelompok dari 20 ekonomi terbesar membentuk 45 persen dari dunia garis pantai dan 21 persen dari zona ekonomi eksklusif. Ini tidak dapat disangkal peranan penting dalam menjaga ekosistem laut," kata Luhut dalam OCEAN20, di Nusa Dua Bali, Senin (14/11/2022).
Luhut pun mengajak seluruh masyarakat dunia dapat mengembalikan nilai dan memastikan keberlanjutan jangka panjang dari ekonomi laut. Ini juga sekaligus mewakili kesempatan luar biasa untuk menangani banyak prioritas dalam agenda G20.
Luhut melanjutkan untuk aksi di laut dan agenda 2030 yang lebih luas untuk pembangunan berkelanjutan, G20 memiliki peran penting untuk dimainkan dalam memastikan ekonomi kelautan yang berkelanjutan.
"Pertumbuhan ekonomi, pekerjaan, dan inovasi merupakan topik utama G20. Dengan demikian, ada peluang yang jelas untuk menemukan solusi baru untuk key aspek agenda sementara juga mengatasi tantangan lingkungan yang kritis yang menempatkan sistem global dalam bahaya," jelasnya.
Sebagai informasi, di bawah kepemimpinan Indonesia, G20 Summit secara aktif melibatkan sektor swasta, akademisi, dan LSM dalam memperkuat komitmen untuk membangun dan transisi ke laut yang berkelanjutan. Serta membawa harapan baru dalam pemulihan krisis kesehatan dan meningkat secara politik sistem pemerintahan yang retak.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin