Menuju konten utama

Potensi Banjir Barang Cina akibat RCEP, Kemendag: Justru Peluang

Kemendag menilai RCEP sebagai peluang karena memungkinkan UMKM mengekspor barang dalam negeri ke luar

Potensi Banjir Barang Cina akibat RCEP, Kemendag: Justru Peluang
Pengunjung melihat jajaran produk makanan UMKM pada Sumatera Barat Expo 2019 di Lapangan Merdeka Medan, Sumatera Utara, Jumat (15/11/2019). ANTARA FOTO/Septianda Perdana/NZ

tirto.id - Rencana Indonesia ikut tanda tangan dalam Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Regional atau Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) berpotensi menimbulkan fenomena banjir barang Cina murah ke dalam negeri.

Kendati demikian, Kementerian Perdagangan (Kemendag) enggan sekadar berkutat pada polemik tersebut karena menilai RCEP sebagai peluang bagi perekonomian.

“Justru ini [RCEP] harus disikapi sebagai peluang. Bukan cuma barang luar masuk ke sini, kebijakan ini memungkinkan UMKM kita mengekspor barang dalam negeri ke luar,” ujar Direktur Perundingan ASEAN Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI, Donna Gultom, Rabu (20/11/2019).

Saat ini Donna mengklaim Kemendag mulai berkomunikasi dengan kementerian lain guna memfasilitasi UMKM lewat berbagai pendekatan, khususnya pendekatan e-commerce.

Nantinya, lewat e-commerce ini pula barang-barang Indonesia ditargetkan masuk ke persaingan global. Harapannya, dengan pasar yang lebih luas, daya saing barang-barang dalam negeri akan terus meningkat.

“Kami sudah coba, contohnya kemarin mengundang Bukalapak, mereka baru buka platform buat ekspor namanya Bukalapak Global,” tutur Donna.

“Karena bagaimanapun ini bisnis. Kita tidak bisa memaksa orang beli barang harus di UMKM. Justru harus kita siapkan supaya barang dalam negeri ini masuk ke e-commerce dan bersaing di negara lain. Bagaimanapun ini bisnis,” tukasnya.

Setali tiga uang dengan Donna, Rizal Afandi Lukman selaku Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian, berharap cara pandang masyarakat mulai diubah.

“Perjanjian-perjanjian perdagangan bebas itu jangan hanya dilihat dari sisi ancaman. Ibarat main bola, jangan defensif saja, kalau mau menang ya tim harus ofensif dan cetak gol. Dan lagi pula ada proses tawar menawar yang dilalui, ini akan dimaksimalkan supaya yang didapat [Indonesia] lebih besar ketimbang risikonya,” tegas Rizal saat ditemui di Gedung Serbaguna Kominfo, Jakarta Pusat.

Sebelumnya, kekhawatiran ancaman barang murah Cina sempat diutarakan oleh India, salah satu negara lain yang ikut dalam perundingan RCEP. India, bahkan berpotensi besar batal ikut serta dalam perjanjian ini. Hingga kini mereka belum mencapai kata sepakat dengan 15 negara lain soal perjanjian berbasis teks.

RCEP sendiri merupakan perjanjian dagang antara 10 negara ASEAN dengan 6 negara Asia-Pasifik meliputi Cina, Korea Selatan, Jepang, Australia, Selandia Baru, dan India. Tujuan dari perjanjian ini adalah menghasilkan kerja sama yang membuka akses bagi pergerakan barang, jasa, sampai investasi di antara seluruh negara anggotanya.

Dengan jumlah populasi 48 persen dari populasi dunia dan dengan total PDB sebesar 32 persen dari PDB dunia, kawasan RCEP menjadi pasar yany besar, sebab 29 persen perdagangan dunia berada di kawasan ini. Selain itu, arus investasi asing langsung (FDI) yang masuk ke kawasan ini.

Baca juga artikel terkait PERJANJIAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Herdanang Ahmad Fauzan
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Irwan Syambudi