tirto.id - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, dan Perdana Menteri Kenya, Musalia Mudavadi, menandatangani Article of Agreement(AoA) gerakan G20 Global Blended Finance Alliance (GBFA) yang akan menghimpun pendanaan untuk menginisiasi ekonomi berkelanjutan dan proyek sustainable development growth(SDG).
Negara Afrika Timur itu sebelumnya meneken Letter of Intent (LoI) untuk membentuk GBFA pada Mei 2024. AoA yang diteken PM Mudavadi dan Luhut menjadi langkah lanjutan dari pembentukan GBFA.
“Saya sangat senang bahwa kita telah melangkah maju setelah pertemuan terakhir kita di New York bulan lalu. Terima kasih khusus kepada Kenya atas komitmennya untuk menandatangani AoA untuk Global Blended Finance G20 Bali hari ini,” kata Luhut dalam sambutannya, dikutip dari akun Youtube resmi Kemenko Marves, Kamis (17/10/2024).
Setelah Kenya bergabung, Luhut mendorong agar penandatangan LoI lainnya, seperti Uni Emirat Arab (UEA), Fiji, Republik Demokratik Kongo, Luksemburg, Sri Lanka, Kanada, dan Perancis, untuk bisa segera memulai melakukan hal sama.
“Saya percaya anggota lain akan segera bergabung. Kami menyadari bahwa tidak mudah untuk mencapai target ini, tetapi saya percaya dengan semangat kebersamaan, kita bisa melakukannya,” tegas Luhut.
Luhut juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Papua Nugini, Jerman, Australia, dan Singapura yang telah menyatakan minatnya untuk berpartisipasi dalam organisasi internasional baru ini.
“Saya juga berterima kasih kepada mitra yang telah mendukung visi kolektif kami melalui kegiatan di GBFA G20 Bali,” katanya.
Lebih lanjut, Luhut mengungkapkan bahwa sumber daya publik saja tidak cukup untuk mencapai skala yang dibutuhkan dalam pencapaian SDGs dan aksi iklim. Menurutnya, GBFA akan mengolaborasikan modal dari sektor publik, swasta, dan filantropi guna mempercepat program tersebut.
“Sekali lagi, saya selalu mengatakan bahwa negara-negara berkembang benar-benar membutuhkan platform semacam ini,” ujar Luhut.
Sebagai informasi, GBFA dibangun sebagai upaya untuk mendorong pembangunan berkelanjutan dan menjadi ajang bagi kemitraan internasional dalam mendukung implementasi SDGs di negara berkembang dan mendorong kerja sama selatan-selatan.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa GBFA dibentuk sebagai sarana pembiayaan pengembangan ekonomi berkelanjutan. Dia mengatakan bahwa GBFA dapat menjadi kesempatan bagi negara maju untuk mempertegas bantuannya kepada negara berkembang dalam rangka memerangi krisis iklim.
“Saya harapkan Global Blended Finance Alliance ini menjadi platform yang mendorong lebih banyak sumber pembiayaan, khususnya pemenuhan komitmen negara maju untuk akselerasi pembangunan dan pendanaan iklim,”ujar Jokowi.
Jokowi menekankan bahwa Indonesia percaya kerja sama di GBFA dapat mendukung pertukaran pengetahuan, pembiayaan, dan teknologi untuk solusi yang lebih inovatif dan inklusif dalam meminimalisasi kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Jokowi juga menyebut bahwa tantangan dunia ke depan akan semakin berat, khususnya bagi negara-negara berkembang. Tantangan yang dimaksud adalah dari sisi dampak perubahan iklim, krisis ekonomi, krisis pangan, dan panasnya geopolitik global.
Lalu, dia juga menyampaikan rasa terima kasihnya atas kepercayaan kepada kepemimpinan Indonesia dalam mewujudkan agenda GBFA tersebut.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Fadrik Aziz Firdausi