tirto.id - Polisi Dhaka, Bangladesh menggagalkan upaya perdagangan 23 anak Rohingya yang dibawa dari kamp pengungsi Cox's Bazar menuju ke kota Dhaka dan akan diterbangkan ke Malaysia pada Minggu (12/5/2019).
Kepolisian Dhaka juga menangkap 4 orang pelaku perdagangan manusia, termasuk sepasang suami istri Rohingya dan menahan lebih dari 50 paspor Bangladesh, dikutip dari Aljazeera.
Mokhlesur Rahman, seorang juru bicara kepolisian Bangladesh, mengatakan mereka menggerebek sebuah pemukiman di bagian utara kota dan menemukan para remaja bersembunyi di bagian belakang deretan toko.
“Mereka dijanjikan pekerjaan di Malaysia dan dibawa dari kamp di Cox’s Bazar (pemukiman Rohingya),” katanya.
Para remaja perempuan ini berusia antara 15 hingga 19 tahun diduga menjadi target korban prostitusi.
“Kami juga telah memasukkan berkas perkara terhadap 4 orang terduga tersangka dan mengembalikan para gadis ke Cox;s Bazar,” imbuhnya.
Abul Khair, kepala polisi distrik Ukhiya, yang juga mencakup wilayah Kutupalong tempat kamp tahanan Rohinya terbesar di dunia berada, mengatakan mereka menerima gadis-gadis itu dan akan mengirim mereka kembali ke kamp asal mereka sendiri.
Al Arabiya melaporkan, 740 ribu Muslim Rohingya melarikan diri dari Myanmar pada Agustus 2017 dan tiba di Bangladesh untuk bergabung dengan 300 ribu rekan lainnya yang telah menetap di kamp-kamp di sana.
Mereka mengingikan hidup yang lebih baik dan masa depan ekonomi yang terjamin tak terkecuali para kaum mudanya. Hal tersebut membuat mereka mudah terpikat dengan tawaran perdagangan manusia yang menawarkan kemapanan.
Ribuan tahanan mengambil risiko untuk melakukan perjalanan ke Malaysia dan Thailand, mayoritas dengan kapal ketika teluk Bengal sedang tenang dan cuaca mendukung di akhir Mei.
Tahun ini, Otoritas Bangladesh telah menghentikan 300 Rohingya yang mencoba pergi ke negara lain dengan kapal nelayan.
Kebanyakan mereka ingin merantau ke Malaysia dan Timur Tengah menggunakan paspor dan dokumen perjalanan Bangladesh.
Jishu Barua, pekerja yang khusus menangani pencegahan perdagangan manusia mengatkan bahwa ia menangangi 100 kasus perdagangan manusia dalam 6 minggu terakhir.
“Tapi data ini merepresentasikan porsi kecil dari apa yang sebenarnya terjadi,” ungkapnya.
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yantina Debora