Menuju konten utama

Polemik Program Cari UFO Pentagon

Pentagon meluncurkan program pencarian alien pada 2008 dan menghabiskan lebih dari $20 juta.

Polemik Program Cari UFO Pentagon
Cuplikan gambar dari video rekaman Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang menampilkan pertemuan pesawat tempur Super Hornet F/A18 milik Angkatan Laut USA dengan benda yang diduga UFO. FOTO/Departemen Pertahanan US

tirto.id - Keluar dari band karena bosan, jenuh dengan rutinitas manggung, serta kehabisan ide kreatif adalah wajar belaka. Tapi kalau memutuskan cabut dari band sebab ingin mendalami sesuatu yang mungkin susah diterima akal sehat, seperti katakanlah, makhluk luar angkasa, nampaknya hanya Tom DeLonge dari Blink-182 yang bisa.

DeLonge keluar dari Blink-182 untuk serius mencari alien. Ia meluncurkan program multimedia bernama Sekret Machines guna menyelidiki apa yang DeLonge sebut sebagai “Unidentified Aerial Phenomena.”

Obsesi DeLonge terhadap makhluk luar angkasa tidak berhenti sampai situ saja. Ia merilis buku, Secret Machines Book 1: Chasing Shadows serta mendirikan lembaga penelitian non-profit bernama To the Stars Academy pada Oktober silam yang bertujuan “menguraikan batas-batas sains guna mencari bentuk kehidupan ekstra-terestrial.”

Tentang rasa penasarannya kepada makhluk luar angkasa tersebut DeLonge menegaskan, “Apa yang bakal terjadi jika kecerdasan itu [makhluk luar angkasa] berkeliaran di alam semesta dan terlibat dalam [pengembangan] genetika maupun kolonisasi jenis kehidupan lainnya?”

Program Rahasia Pentagon

Apa yang dilakukan DeLonge ternyata telah didahului oleh Pentagon—Departemen Pertahanan Amerika. Berdasarkan laporan yang dipublikasikan The New York Times dan POLITICO pada Sabtu (16/12/2017) lalu, Pentagon diam-diam menjalankan program untuk menyelidiki keberadaan makhluk luar angkasa, atau dalam hal ini kerap disebut UFO (Unidentified Flying Objects).

Program bernama The Advanced Aerospace Threat Identification Programme (AATIP) diinisiasi oleh senator Partai Demokrat sekaligus ketua Senat, Harry Reid dengan dukungan senator Hawaii, Daniel Inouye dan senator Alaska, Ted Stevens.

Pentagon mulanya menampik dan menegaskan bahwa AATIP merupakan bagian dari Defense Intelligence Agency. Kendati demikian, pejabat Pentagon akhirnya mengakui bahwa program AATIP memang pernah dijalankan.

AATIP diluncurkan pertama kali pada 2008 serta menghabiskan anggaran sebanyak lebih dari $20 juta yang dibelanjakan untuk pengelolaan program, penelitian, dan assessment terhadap ancaman yang potensial ditimbulkan oleh UFO. Kepala programnya ialah pejabat intelijen militer, Luis Elizondo.

Dalam pelaksanaannya, Pentagon menunjuk perusahaan teknologi ruang angkasa Bigelow Aerospace milik Bob Bigelow, pengusaha dan rekan Reid yang juga berasal dari Nevada, guna menindaklanjuti keberlanjutan program.

Bigelow dikenal sebagai sosok yang meyakini eksistensi UFO. Pada Mei lalu di stasiun televisi CBS, Bigelow mengatakan “benar-benar yakin” bahwa UFO eksis dan telah mengunjungi bumi. Bigelow bahkan membeli Skinwalker Ranch yang selama ini dimitoskan sebagai tempat aktivitas UFO.

“Kami adalah negara terbelakang di dunia dalam [menyikapi] masalah ini,” kata Bigelow dalam sebuah wawancara. “Ilmuwan kita takut dikucilkan dan media juga takut dengan hal yang sama.”

Lingkup kerja AATIP meliputi pengumpulan rekaman video dan audio insiden-insiden UFO. Contohnya yang terjadi pada 2004 di San Diego tatkala pilot pesawat Navy F/A-18 Super Hornet melihat cahaya dengan laju kecepatan tinggi yang bergerak berputar. Contoh lainnya adalah wawancara dengan pihak yang pernah "bertemu" UFO dan penyimpanan barang-barang seperti logam yang dianggap berasal dari "fenomena angkasa".

Baca juga: Konflik AS-Rusia dan Perang Dingin yang Tak Selesai

Akan tetapi, program AATI tidak berlangsung lama. Pada 2012 Pentagon menghentikan pendanaan dan menutup AATIP.

“Program AATI berakhir pada rentang waktu 2012,” ungkap juru bicara Pentagon, Tom Crosson kepada CNN. “Sudah ditentukan terdapat isu prioritas lain yang lebih layak untuk diberi pendanaan.”

Walaupun sudah dinyatakan tamat, beberapa pejabat pertahanan mengatakan bahwa dalam lima tahun terakhir mereka masih mengusut fenomena angkasa atau objek-objek lain yang mencurigakan. Kepada The New York Times, Luis Elizondo, seorang pejabat intelijen militer, menyatakan bahwa sampai bulan Oktober lalu, ia masih bekerja bersama dengan para pejabat Angkatan Laut dan CIA di Pentagon untuk menyelidiki UFO. Elizondo sendiri mengundurkan diri dari pekerjaannya di Pentagon pada 4 Oktober karena menganggap pemerintah tidak serius mengurusi program UFO tersebut.

Infografik pentagon menghalau UFO

Program UFO: Kepentingan Sains atau Pemborosan?

Terkuaknya dokumen program penyelidikan UFO yang dilakukan Pentagon menyisakan polemik. Ada yang mencibir, ada pula yang mencoba memahami tujuan pemerintah Amerika Serikat atas nama “pengembangan ilmu pengetahuan.”

Sara Seager, astrofisikawan dari Massasuchets Institute Technology berpendapat, tidak diketahuinya asal usul suatu objek bukan berarti objek bersangkutan berasal dari planet atau galaksi tertentu. “Ketika orang mengaku menjumpai fenomena yang benar-benar tidak biasa, terkadang perlu diselidiki secara serius,” jelasnya. “Apa tidak dipahami banyak orang tentang sains adalah bahwa ada banyak fenomena yang tak terjelaskan.”

Di lain sisi, Ryan Alexander dari Taxpayers for Common Sense mengungkapkan hal berbeda. Ia merasa kecewa dengan adanya program UFO karena dianggap sebagai bentuk pemborosan keuangan negara. “Sungguh gila ketika pemerintah menghabiskan $22 juta untuk meneliti UFO,” terangnya.

“Pilot akan selalu melihat hal-hal yang tidak akan dapat mereka identifikasi—dan mungkin kita harus melihat ke dalamnya. Tapi mengidentifikasi benda-benda itu sebagai UFO, lebih-lebih lagi menargetkan UFO untuk diteliti, semestinya bukan prioritas keamanan nasional kita,” tambahnya.

Di tengah pro dan kontra, Reid selaku pencetus program UFO mengatakan dirinya tetap bangga dengan capaian program tersebut.

Sengkarut tentang UFO: dari Roswell sampai Reagan

“Deskripsi obyektif dari setiap fenomena [UFO] musti didukung bukti yang kuat. Sementara kami tidak memiliki bukti semacam itu,” papar Andrew Siemion, direktur pusat riset Universitas Berkeley, SETI. “Selain itu, para astronom menghabiskan hidup mereka menjelajah langit dengan berbagai teleskop dan perangkat teknis lainnya. Dan kita tidak pernah bisa menemukan foto pesawat luar angkasa yang tidak bisa dijelaskan.”

Pembahasan mengenai UFO—dan makhluk-makhluk luar angkasa—di Amerika memang menarik perhatian. Nyatanya, bukan kali ini saja pemberitaan tentang UFO membuat masyarakat terbelah suaranya.

Pada 1947, misalnya, dikabarkan sebuah benda terbang jatuh di Kota Roswell, New Mexico. Laporan Angkatan Udara Roswell menyebutkan sebuah “cakram terbang” telah ditemukan. Masyarakat dikabarkan melihat adanya “orang asing” yang jadi korban dan diangkut militer. Akan tetapi, lewat siaran persnya yang kedua pada 1994, pemerintah menjelaskan benda itu adalah “balon cuaca” untuk memantau atmosfer.

Namun masyarakat tidak serta merta percaya. Berdasarkan jejak pendapat yang dihimpun CNN dan Time pada 1997, hampir dua pertiga responden mengatakan mereka percaya UFO telah mendarat di Roswell. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan mantan pejabat Urusan Umum Angkatan Darat Amerika Walter Haut yang menyatakan bahwa benda yang ditemukan di Roswell berbentuk “piring terbang.”

Pasca-insiden Roswell, pemerintah mengeluarkan program bernama Project Blue Book yang dirancang menyelidiki laporan UFO dari tahun 1948 sampai 1969. Kala itu, personil Angkatan Udara melihat 12.618 penampakan UFO.

Kendati demikian, program Project Blue Book menyimpulkan: “Tidak ada UFO yang dilaporkan, diselidiki, dan dievaluasi oleh Angkatan Udara—yang pernah memberikan indikasi ancaman terhadap keamanan nasional.” Proyek ini ditutup pada 1969 karena alasan pendanaan.

Memasuki tahun 1960, pemerintah mengeluarkan proyek Ozma yang didanai oleh National Science Foundation, badan federal dibentuk pada 1950. Proyek senilai $2 ribu ini diklaim sebagai riset ilmiah untuk mencari tanda-tanda transmisi radio dari “dunia lain.” Dengan menggunakan teleskop di Green Bank Observatory, proyek tersebut diharapkan bisa menyimak transmisi radio dari planet di orbit Tau Ceti dan Epsilon Eridani. Sayangnya, harapan itu gagal terwujud. Proses pemindaiannya selalu nihil transmisi.

Di antara peristiwa yang disebutkan di atas, kejadian antara Ronald Reagan dan Mikhail Gorbachev saat Konferensi Jenewa 1985 merupakan sebuah fenomena unik, lebih unik ketimbang spekulasi UFO itu sendiri. Singkat cerita, di tengah negosiasi dua pemimpin blok Perang Dingin yang berseteru, UFO muncul dalam pembicaraan. Perbincangan keduanya kemudian dirahasiakan dari publik.

Akan tetapi percakapan Gorby-Reagan pun akhirnya bocor. Pada 2009, Menlu era Reagan George Shultz mengungkapkan isi pembicaraan mereka ke publik. Menurut pengakuan Shultz, Reagan bertanya apakah Amerika dan Rusia dapat “berdamai” sejenak jika bumi diserang alien maupun benda asing macam UFO?

Gorbachev tak bisa menahan tawa. Ia menganggap Reagan terlalu berlebihan memaknai situasi perang sehingga membawa unsur-unsur lain seperti alien. Namun, pada akhirnya Gorbachev menjawab bersedia untuk bekerjasama dengan Amerika Serikat apabila suatu saat bumi diserang makhluk alien ganas yang ganasnya melebihi Donald Trump.

Baca juga artikel terkait PENTAGON atau tulisan lainnya dari M Faisal Reza Irfan

tirto.id - Politik
Reporter: M Faisal Reza Irfan
Penulis: M Faisal Reza Irfan
Editor: Windu Jusuf