Menuju konten utama

Pesawat Iran yang Tewaskan 66 Orang Punya Riwayat Masalah Teknis

Pesawat Iran Asemen Airlines yang jatuh menewaskan 66 orang telah mengalami masalah teknis dalam beberapa minggu terakhir.

Pesawat Iran yang Tewaskan 66 Orang Punya Riwayat Masalah Teknis
Iran Aseman Airlines. FOTO/wikipedia.org

tirto.id - Sebuah pesawat penumpang Iran dengan 66 orang di dalamnya telah jatuh di Iran tengah dalam penerbangan dari Teheran ke kota Yasuj.

Juru bicara maskapai pesawat Iran Aseman Airlines mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa kecelakaan udara pada Minggu (18/2/2018) menewaskan semua orang di dalamnya.

Iran Aseman Airlines telah menolak kemungkinan adanya kegagalan teknis dalam kejadian ini menyematkan kesalahan hanya pada cuaca buruk.

Namun, seperti diwartakan Al Jazeera, pesawat naas tersebut telah mengalami masalah teknis dalam beberapa minggu terakhir.

Saj Ahmad, kepala analis di Strategic Aero Research Center, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa "terlalu dini untuk menyimpulkan sesuatu".

"Memang, cuaca mungkin menjadi masalah, tapi terlalu dini untuk berspekulasi," kata dia.

Iran Aseman Airlines adalah maskapai penerbangan semi-swasta yang berkantor pusat di Teheran. Pesawat yang menabrak Pegunungan Zagros itu berjenis ATR-72, turboprop mesin kembar, digunakan untuk pesawat terbang jarak pendek.

Iran Aseman Airlines pernah mengalami kecelakaan pada tahun 1994 dan 2008. Akibatnya, maskapai ini telah dilarang di Uni Eropa karena masalah keamanan, demikian dilaporkan Washington Post.

Pesawat ATR-72 yang jatuh itu dibuat pada 1993. Pada 26 Oktober 2017 bahwa pesawat yang tersebut kembali beroperasi setelah kena sanksi selama tujuh tahun.

Pesawat itu juga tercatat pernah melakukan pendaratan darurat pada 25 Januari 2018. Kemudian dibawa kembali ke bandara Mehrabad Teheran untuk pemeriksaan teknis.

Berbicara kepada Al Jazeera dari London, David Learmount, spesialis keselamatan penerbangan dan mantan pilot, mengatakan: "Cuaca di pegunungan dimana pesawat jatuh sangat buruk.

"Terlihat seolah-olah pesawat tersebut melakukan pendaratan awal menuju tempat tujuannya. [Namun] posisi itu salah dan menghantam pegunungan. Pada dasarnya, ini adalah kegagalan navigasi.”

Menurut Learmount, pesawat yang jatuh itu adalah "model pesawat terbang yang sangat teruji", namun melewati medan yang sulit di Iran.

Dalam beberapa dasawarsa sanksi internasional, armada pesawat penumpang komersial Iran telah berumur tua, dengan kecelakaan udara yang terjadi secara reguler dalam beberapa tahun terakhir.

Kecelakaan pesawat terbaru di Iran terjadi pada 2014, ketika sebuah pesawat Antonov jatuh sesaat setelah lepas landas, menewaskan 39 orang. Kecelakaan udara lainnya di tahun 2009 dan 2011 masing-masing membunuh 168 dan 78 orang.

Perkembangan terakhir, perjanjian nuklir Iran-AS tahun 2015, telah mengangkat beberapa sanksi, yang memungkinkan maskapai penerbangan membeli pesawat baru. Iran Aseman Airlines menandatangani kontrak untuk membeli 30 pesawat Boeing 737.

Cuaca buruk, termasuk kabut dan salju lebat, telah menghambat usaha penyelamatan pesawat yang jatuh. Tim darurat harus melakukan perjalanan ke lokasi kecelakaan melalui darat.

Presiden Iran Hassan Rouhani mengungkapkan simpati untuk semua pihak yang terlibat, dengan mengatakan, dalam sebuah pernyataan, bahwa insiden tersebut membawa "kesedihan dan kesedihan yang besar."

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, juga telah menyatakan "simpati mendalam" untuk sanak keluarga mereka yang berada di kapal, dengan mengatakan bahwa kecelakaan itu "menyedihkan hati."

Baca juga artikel terkait KECELAKAAN PESAWAT atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari