Menuju konten utama

Pertemuan IMF-Bank Dunia Diharapkan Jadi Momentum Promosikan Wisata

Pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali dianggap perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mempromosikan pariwisata Indonesia.

Pertemuan IMF-Bank Dunia Diharapkan Jadi Momentum Promosikan Wisata
(Ilustrasi) Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim berbincang dengan Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan dan Kapolda Bali Irjen Pol Petrus Reinhard Golose saat meninjau pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Jimbaran, Bali, Kamis (5/7/2018). ANTARA FOTO/Wira Suryantala.

tirto.id - Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 diharapkan dapat menjadi momentum untuk mempromosikan pariwisata di Indonesia. Forum internasional ini akan digelar di Bali pada 8-14 Oktober 2018 dan rencananya dihadiri sekitar 18 ribu peserta dari 189 negara.

Kepala Satuan Tugas Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018, Peter Jacobs optimistis forum itu dapat dimanfaatkan untuk mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke dalam negeri.

Dengan begitu, kata Peter, tersedia peluang bagi pemerintah untuk mengurangi defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) melalui penambahan devisa dari sektor pariwisata.

"Itu kan momennya bisa membantu. Mengurangi CAD [Defisit Transaksi Berjalan] mungkin butuh waktu, tapi ini momennya (untuk promosikan wisata)," ujar Peter di Kantor Bank Indonesia, Jakarta pada Rabu (5/9/2018).

Menurut dia, penyelenggaraan forum itu tidak hanya bisa menjadi momentum untuk mempromosikan wisata di Bali, tapi juga sejumlah destinasi lain di Indonesia, seperti Labuan Bajo, Mandalika, Yogyakarta dan lainnya.

"Kami berharap pariwisata mulai booming dengan annual meeting [Pertemuan IMF-Bank Dunia], dan ke depan cepat untuk [penuhi] target 17 juta wisman, dan tahun depan 20 juta wisman. Itu tercapai kalau momentum ini dipakai dengan baik," ujar Peter.

Dia menambahkan selama ini industri pariwisata merupakan salah satu sektor yang bisa mendongkrak secara cepat pemasukan devisa. Pemaksimalan potensi sektor pariwisata menjadi penting mengingat defisit transaksi berjalan hingga triwulan II 2018 sudah mencapai 3 persen terhadap PDB atau senilai 8 miliar dolar AS.

"CAD di bawah 3 persen terhadap PDB, itu target yang harus dicapai," ujar Peter.

Pemerintah memang sedang berupaya keras untuk menekan laju defisit dan mengantisipasi dampak pelemahan nilai tukar rupiah, terutama dengan menekan angka impor.

Sejumlah upaya pemerintah yang belakangan dilakukan ialah pemberlakuan mandatori B20 untuk semua sektor, penundaan target proyek-proyek infrastruktur penyerap komponen impor yang tinggi, penaikan Pajak Penghasilan (PPh) impor dan pembatasan impor 900 item komoditas.

Baca juga artikel terkait PERTEMUAN IMF DI BALI atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom