Menuju konten utama

Pertarungan Sengit Brand-brand Besar di Warung Rakyat

Warung burjo adalah warung rakyat. Warung Burjo menjadi andalan mahasiswa dan mereka-mereka yang berkantong tipis. Tapi, siapa menyangka warung rakyat ini justru menjadi sebuah ajang pertempuran merek-merek besar yang menguasai pangsa pasar secara nasional.

Pertarungan Sengit Brand-brand Besar di Warung Rakyat
Pelanggan burjo yang sedang menikmati semangkok Indomie rebus. tirto/danna cynthia

tirto.id - Mustiana sibuk melayani pembeli saat tim tirto.id menyambanginya awal Mei lalu. Maklum, kami datang pas jam menunjukkan pukul 12-an, bertepatan dengan jam makan siang. Baru setengah jam kemudian kami memulai obrolan seputar warung bubur kacang ijo (burjo) miliknya itu.

Tak ada yang istimewa dari warung berukuran sekitar 3x7 di Palem Kecut, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta itu. Menu yang ditawarkan sama dengan warung lain pada umumnya, seperti nasi telor, nasi sarden, magelangan, mie instan goreng atau rebus, gorengan, dan aneka minuman mulai dari es teh, es jeruk, hingga varian kopi instan.

Namun, yang menarik dari burjo yang diberi nama “Pasundan” ini adalah spanduk yang terpampang di depan dan sisi kanan warung. Kalau burjo pada umumnya hanya memasang spanduk yang disponsori Indofood, warung milik Mustiana ini justru memasang dua brand sekaligus. Di depan warung terpampang spanduk Mie Sedap, produk dari Wings Food, sedangkan di sisi kanan Indofood atau Indomie.

“Selama ini masing-masing pihak tidak mempermasalahkan saya pasang dua spanduk di warung. Pertimbangan Mie Sedap di depan karena lebih dulu saja dan kebetulan di daerah ini seleranya banyak yang suka Mie Sedap,” kata perempuan kelahiran Kuningan, Jawa Barat, September 1959 ini.

Pengakuan Mustiana ini terkonfirmasi dari data penjualan mie instan yang dijualnya. Dalam sebulan, perempuan yang memiliki empat orang anak ini bisa menghabiskan Mie Sedap sampai 8 kardus, sedangkan untuk Indomie hanya kisaran 3 sampai 4 kardus. Artinya, para pelanggan warung Mustiana lebih memilih produk Wings Food daripada Indofood.

Mustiana tidak sendiri. Warung burjo lain seperti “Sangkuriang” di daerah Samirono Baru, Caturtunggal juga memasang spanduk Mie Sedap. Di warung berukuran sekitar 5x8 meter itu tidak tampak spanduk Indofood. Tapi jangan salah, ternyata warung milik H. Udin ini juga menyediakan Indomie dalam daftar menu wajib mereka.

“Pelanggan di sini suka dua-duanya, Indomie dan Mie Sedap. Setiap ada pelanggan yang pesan, biasanya ditawari dulu mau yang mana [Indomie atau Mie Sedap], Tapi paling laris Mie Sedap” kata pengelola warung, Nasir Fajiri (24) pada tirto.id.

Warung Mustiana dan Nasir hanya segelintir dari warung burjo yang bekerja sama dengan Wings Food dan menjual produknya. Sebagian besar warung burjo di Yogya tidak menjalin kerja sama dan tidak menjual Mie Sedap.

Hal tersebut terkonfirmasi dari data yang diperoleh tirto.id melalui observasi terhadap 116 warung burjo di beberapa lokasi yang dijadikan sampel penelitian. Hasilnya, hanya 6 warung burjo yang memasang spanduk Mie Sedap, sedang sisanya memilih kerja sama dengan Indomie atau Indofood. Apa alasan mereka?

Tatang Sutarna (37), pemilik warung burjo Kedai Solusi 02 di Klebengan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta mengaku lebih suka berjualan Indomie karena dinilainya lebih laris. Apalagi, ia merasa sudah dibantu oleh Indofood yang membuatkan spanduk bertuliskan “Warmindo Salusi 02”. Walaupun secara bisnis periklanan, sebenarnya Indofood lah yang telah dibantu promosi gratis lewat warung Tatang ini.

“Saya hanya menyediakan Indomie. Kerja sama dengan mereka, saya bisa mudik gratis dan dapat spanduk,” kata Tatang saat ditanya alasan hanya menjual Indomie. Namun, sesekali ia mengaku juga pernah menjual mie instan produk Wings Food.

Perbandingan penjualan antara Indomie dan Mie Sedap di warung Tatang memang cukup drastis. Misalnya dalam sehari Tatang bisa menjual 10 bungkus Indomie, Mie Sedap nya hanya 5 bungkus.

Cerita lain diungkapkan Wahyu Hidayat. Pengelola warung burjo Alami, di Gorongan, Condongcatur ini mengaku hanya menjual Indomie. Pembeli yang datang ke warung burjo dekat Universitas Pembangunan Nasional (UPN) itu tidak pernah ditawari merek lain. Hanya Indomie yang selalu tersedia di warung berukuran 3x6 tersebut. “Konsumen akhirnya dibuatkan mi seadanya,” Wahyu mengisahkan.

Indofood Mendominasi

Indofood dan Wings Food sama-sama menganggap burjo sebagai salah satu ruang yang efektif untuk promosi produk di Yogyakarta, sebab segmen pasarnya jelas dan menjadi pilihan utama mahasiswa. Maka tak heran apabila semua warung burjo menyediakan mi instan sebagai menu wajibnya.

Namun, menurut temuan tim tirto.id, Indofood lebih dominan menguasai ruang promosi tersebut. Setidaknya hal itu dapat dilihat dari spanduk yang terpasang di warung burjo. Rata-rata mereka bekerja sama dengan Indofood daripada Wings Food.

Sebagai gambaran, dari 116 burjo yang diobservasi, hanya tiga warung yang memasang spanduk Mie Sedap, tiga warung lagi memasang dua-duanya, yakni Indomie dan Mie Sedap, sedangkan 100 warung burjo lainnya memasang spanduk Indomie atau Indofood. Secara kuantitas, spanduk Indomie hanya tersaingi oleh Good Day. Hal itu terkonfirmasi dari hasil observasi tim tirto.id yang menunjukkan bahwa jumlah burjo yang bekerja sama dengan Good Day itu berjumlah 33 warung. Jumlah ini kemungkinan akan berkembang terus melihat Good Day semakin ekspansif memanfaatkan burjo sebagai ruang promosi.

Dominasi tersebut dapat dilihat dari beberapa faktor pendukung, antara lain: Pertama, secara nasional Indofood masih menjadi pemain utama pasar mi instan. Kedua, Indofood memiliki keunggulan dalam hal distribusi. Mereka cukup mumpuni dan mampu masuk ke pasar-pasar ritel hingga pelosok negeri, dari warung kecil hingga supermarket besar. Ketiga, Indomie sudah menjadi nama generik dari warung-warung penjual mi instan di beberapa daerah, sehingga meski yang dijual tidak hanya produk Indofood atau Indomie, tapi tetap saja publik mengenalnya warung Indomie atau “warmindo”.

Para konsumen pun secara tidak sadar juga hanya memberikan ruang pada Indomie. Sebagai ilustrasi, misalnya, ketika seseorang mau pesan mi instan goreng atau rebus, maka si pembeli itu memesannya dengan kalimat “A'a, pesan Indomie goreng telor ya,” padahal orang tersebut hendak memesan Mie Sedap, tapi karena kata “Indomie” sudah melekat dalam diri orang itu, maka secara tidak sadar ia memesan Indomie, produk Indofood itu.

Hal yang sama juga terjadi pada bisnis air mineral. Karena merk “Aqua” adalah produk pertama yang mengenalkan air mineral kemasan, maka setiap orang yang hendak memesan air mineral seringkali mengucapkan kata “Aqua”, padahal yang mereka maksud adalah merk lain, seperti Club, Vit, Top Qua atau merek lainnya.

Selain mendominasi pemasaran di Yogyakarta, khususnya di warung burjo, secara nasional, Indofood juga perkasa dan merupakan pemimpin pasar mie instan, mengalahkan Wings Food dengan produk andalannya Mie Sedap. Berdasarkan laporan datacon.co.id, Indofood sempat menguasai 90 persen pangsa pasar mie instan pada 2009. Namun, angkanya terus susut hingga kini menjadi hanya 72 persen.

Salah satu pesaing utama Indofood adalah produk Wings Food. Namun, perjuangan Wings Food untuk meraih pangsa pasar juga tidak mudah. Sejak Mie Sedap diluncurkan pada 2003, baru pada 2011 Wings Food bisa merebut pangsa pasar dengan jumlah yang cukup berarti.

Munculnya pesaing baru tentu saja membuat Indofood ketar-ketir. Sebab mi instan memberikan kontribusi besar pada pendapatan perusahaan. Pada 2015, mi instan memberikan sumbangan hingga 65 persen dari total pendapatan Indofood yang mencapai Rp31,74 triliun.

Promosi Gratis

Namun, dominasi Indofood dalam promosi melalui spanduk dan kerja sama dengan burjo tidak diimbangi dengan konpensasi bagi para pemilik warung. Data yang dihimpun tim tirto.id menunjukkan, Indofood dan Wings Food ternyata tidak memberikan kompensasi terkait pemasangan spanduk di warung burjo. Dengan kata lain, para korporasi ini hanya numpang promosi gratis.

Kuncinya, mereka hanya membuatkan spanduk bertuliskan nama burjo seperti “Pasundan”, “Sangkuriang”, “Kedai Solusi”, dan masih banyak lagi. Padahal, di balik pembuatan spanduk nama warung itu, Indofood dan Wings Food menyelipkan iklan atau promosi gratis produk mereka, yaitu Indomie dan Mie Sedap. Dari beberapa warung itu bahkan ada yang berubah nama dari warung burjo menjadi warmindo atau Warung Indomie.

Kompensasi dari kerja sama Indofood dan Wings Food dengan para pemilik burjo hanya mudik gratis, serta pembuatan banner bertuliskan nama warung burjo yang di dalamnya terselip iklan para korporasi tersebut. “Kompensasi dari Indomie cuma mudik gratis. Tapi saya belum pernah ikut mudik gratis karena biasanya saya mudik ke Bekasi atau ke Kebumen,” kata salah satu penualan burjo, Wahyu Hidayat.

Berbeda dengan Good Day. Kerja sama Good Day dengan warung burjo terkesan profesional, karena kontrak dan kompensasi yang diberikan kepada warung burjo jelas. Hal itu terlihat dari stiker besar yang ditempel di tembok warung yang dilengkapi dengan ruang kosong untuk tanda tangan dan stempel. Kompensasi kerja sama dengan Good Day ini dalam setahun berupa pengecatan warung, uang sebesar Rp150.000, kipas angin, gelas atau mug, jam [diberikan sekali secara berkala dalam setahun kontrak].

“Good Day juga memberikan produknya setahun empat kali,” kata Tatang.

Karena itu, Tatang berharap, Indofood juga memberikan konpensasi lain, tidak hanya berupa spanduk dan mudik gratis, tapi konpensasi lain yang menguntungkan para pemilik warung burjo, misalnya memberikan pinjaman lunak bagi para pemilik burjo yang hendak mengembangkan usahanya atau membuka usaha baru.

Warung-warung Burjo itu telah memberikan ruang iklan gratis bagi merek-merek besar. Kehadiran warung burjo sedikit banyak meningkatkan kekuatan brand, yang pada akhirnya mendongkrak penjualan. Memberikan kompensasi untuk warung rakyat ini tentunya tidak akan merugikan korporasi besar.

Baca juga artikel terkait BURJO atau tulisan lainnya dari Abdul Aziz

tirto.id - Indepth
Reporter: Abdul Aziz
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Agung DH

Artikel Terkait