tirto.id - Perempuan yang bekerja dengan jam kerja ekstra panjang cenderung mudah mengalami depresi. Apalagi dengan mereka yang bekerja di akhir pekan.
Studi yang telah dipublis Journal of Epidemiology and Community Health turut menjelaskan hal ini. Penelitian ini menggunakan sampel 20 ribu orang dewasa di Inggris untuk melihat resiko depresi terhadap kondisi pekerja.
Hasilnya, wanita yang bekerja dengan jam kerja ekstra panjang memiliki gejala depresi 7,3 persen lebih tinggi dibanding wanita yang bekerja dengan waktu standar 35-40 jam dalam sepekan.
Sebaliknya, kondisi tersebut tidak berlaku untuk pekerja laki-laki. Studi tersebut menjelaskan bahwa bisa jadi karena wanita menghadapi beban ganda, pekerjaan dengan waktu yang panjang dan pekerjaan rumah tangga. Pekerjaan rumah tangga lebih banyak dilakukan wanita dibanding pria.
Wanita (4,6 persen) juga lebih mungkin mendapat suasana hati yang lebih buruk saat bekerja di akhir pekan dibanding laki-laki (3,4 persen). Meskipun dua pertiga mereka yang bekerja di akhir pekan lebih banyak laki-laki dibanding perempuan.
Mereka yang bekerja di akhir pekan lebih cenderung memiliki pekerjaan dengan keterampilan rendah dan kurang puas dengan pekerjaan dan penghasilan mereka dibanding mereka yang hanya bekerja di jam kerja.
Gill Weston, mahasiswa University College London dan penulis utama studi tersebut, mengatakan hasil penelitian yang menyimpulkan pekerja wanita cenderung lebih mudah mengalami depresi dibanding pekerja pria tidak berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Misalnya, penelitian NHS Digital yang menunjukkan bahwa 19 persen wanita dan 12 persen laki-laki di Inggris menderita gangguan mental umum seperti cemas dan depresi. 10 persen wanita dan 6 laki-laki malah menunjukkan gejala yang lebih parah.
“Terlepas dari pola kerja mereka, kami juga menemukan bahwa pekerja yang mudah mengalami depresi terjadi kepada pekerja tua, yang memiliki pendapatan rendah, perokok, pekerja yang mengandalkan fisik, dan yang tidak puas dengan pekerjaan,” ucap Weston seperti dikutip The Guardian.
Namun, Weston juga menekankan bahwa jam kerja yang panjang tidak membuktikan mengarahkan langsung ke depresi. Winston mengatakan bahwa tambahan pekerjaan rumah tangga menambah tekanan waktu dan tanggung jawab yang berlebihan kepada pekerja wanita.
“Ini adalah penelitian observasional, jadi meskipun kita tidak dapat menentukan penyebab pastinya, kita tahu banyak wanita menghadapi beban tambahan dalam melakukan pekerjaan rumah tangga dibanding laki-laki,” ucap Weston.
Editor: Yulaika Ramadhani