Menuju konten utama
14 April 1865

Perang Saudara Berakhir, Darah Abraham Lincoln Mengalir

Letus kepala.
Sang presiden di ujung
nasib celaka.

Perang Saudara Berakhir, Darah Abraham Lincoln Mengalir
Ilustrasi Abraham Lincoln (1809-1865). tirto.id/sabit

tirto.id - Perseteruan antara kubu Selatan (Konfederasi) dan kubu Utara (Union) dalam Perang Saudara Amerika Serikat baru saja berakhir. Pasukan Konfederasi yang dipimpin Robert E. Lee menyerah di Gedung Pengadilan Appomatox, Virginia, pada 9 April 1865.

Perang Saudara yang berlangsung selama empat tahun tersebut memakan banyak korban di kedua pihak. Lima hari setelah Konfederasi menyerah, kebengisan perang yang melahirkan dendam rupanya masih meminta tumbal.

Malam itu, beserta istri dan beberapa kolega, Abraham Lincoln tengah menyaksikan pertunjukan teater di Ford’s Theatre, Washington. Jenderal Ulysses Grant, mantan pemimpin pasukan Union dalam Perang Saudara dikabarkan akan hadir juga di acara tersebut. Namun ia terlambat datang.

Ruangan disesaki penonton yang antusias. Dalam jeda pertunjukan, terdengar letusan senapan. Itu hanya mengundang perhatian sesaat, tapi tak benar-benar menimbulkan tanggapan serius dari para penonton.

Tiba-tiba seorang pria melompat ke depan tempat Lincoln berada sembari mengacungkan sebilah belati panjang dan berseru, ”Sic semper tyrannis!" (begitulah nasib tiran!). Ia lalu melompat ke panggung dan melarikan diri menggunakan kuda.

Hadirin terkesima. Sementara Lincoln telah terkulai. Darah mengucur dari kepalanya yang retak dihajar peluru. Istri Lincoln berteriak histeris melihat suaminya terkapar. Setelah sadar bahwa telah terjadi pembunuhan, hadirin bergegas menuju panggung dan berusaha mengejar pelaku. Sebagian berteriak, “Gantung dia! Gantung dia!”