Menuju konten utama

Penyebab Peristiwa G30S/PKI 1965, Terjadi Kapan, dan di Mana?

Kronologi peristiwa G30S, terjadi kapan, dan di mana lokasinya?

Penyebab Peristiwa G30S/PKI 1965, Terjadi Kapan, dan di Mana?
Warga dan anak-anak menyaksikan pemutaran film peristiwa pengkhianatan G30S/PKI di kawasan Kota Lama, Semarang, Jawa Tengah Rabu (27/9/2017). ANTARA FOTO/Aji Styawan

tirto.id - Peristiwa G30S 1965 sudah terjadi 58 tahun silam, namun mengenai penyebab, kapan dan di mana kejadiannya masih kerap dipertanyakan.

G30S adalah singkatan dari Gerakan 30 September. Ini merujuk kepada serangkaian peristiwa politik dan militer yang terjadi di Indonesia pada tanggal 30 September 1965.

Dikutip dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), G30S 1965 adalah serangkaian aksi pemberontakan oleh segerombolan orang yang ingin menggulingkan pemerintahan yang sah dan mengganti ideologi Pancasila menjadi komunisme.

Pemberontakan ini memakan korban sebanyak enam jenderal Angkatan Darat (AD) dan satu perwira AD. Peristiwa ini menjadi salah satu momen paling kontroversial dalam sejarah Indonesia modern dan memiliki dampak besar terhadap perkembangan politik dan sosial Indonesia.

Kronologi pasti kejadian G30S sangat sulit untuk dijelaskan secara gamblang, rinci, dan berimbang. Pasalnya, dalang di balik peristiwa ini masih belum bisa dipastikan dengan jelas, sejumlah versi cerita berkembang di masyarakat.

Namun, menurut versi Orde Baru, peristiwa G30S/PKI para pemberontak melancarkan aksi penculikan kepada tujuh jenderal pada pukul 03.00 WIB.

Mereka menculik dengan cara langsung menjemput para jenderal di kediamannya masing-masing. Dalih penjemputan adalah mereka diperintah menghadap presiden.

Di antara tujuh jenderal itu, mereka hanya berhasil menculik enam jenderal. Sebab, penculikan terhadap jenderal A.H. Nasution gagal usai dia berhasil meloloskan diri dari kepungan.

Para pemberontak menangkap ajudannya Lettu Pierre Andreas Tandean, mereka terkecoh, karena mengira bahwa Pierre adalah A.H Nasution.

Kapan dan di Mana Peristiwa G30S/PKI Terjadi?

Peristiwa berdarah G30S/PKI menewaskan enam perwira tinggi dan satu perwira pertama yang meliputi Letjen Ahmad Yani (Men/Pangad), Mayjen R. Soeprapto (Deputi II Men/Pangad), Mayjen Harjono Mas Tirtodarmo (Deputi III Men/Pangad), Mayjen S.Parman (Asisten I Men/Pangad), Brigjen D.I. Panjaitan (Asisten VI Men/Pangad), dan Brigjen Soetojo Siswomihardjo (Inspektur Kehakiman AD), danLettu Pierre Andreas Tandean.

Ketujuh pahlawan revolusi itu diculik dan dibunuh di Jakarta. Jenazah mereka dikubur di dalam sumur tua berdiameter kecil dengan kedalaman 12 hingga 15 meter yang berlokasi di Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Jenazah ditemukan di sumur itu pada 3 Oktober 1965 atau sekira 3 hari usai peristiwa penculikan dan eksekusi mati. Ketujuh jenazah lalu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada 5 Oktober 1965.

Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia, adalah lokasi pusat peristiwa G30S/PKI. Namun, peristiwa pemberontakan itu juga terjadi di Yogyakarta, G30S/PKI menewaskan Kolonel Katamso dan Letnal Kolonel Sugiono.

Apa Penyebab Peristiwa G30S/PKI 1965?

Motivasi sebenarnya di balik pemberontakan G30S tetap menjadi misteri dan subjek perdebatan. Beberapa mengklaim bahwa pemberontakan ini dimaksudkan untuk melindungi Sukarno, sementara yang lain percaya bahwa itu adalah upaya PKI untuk mengambil alih kekuasaan.

Namun, menurut A. Kardiyat Wiharyanto dalam Sejarah Indonesia dari Proklamasi sampai Pemilu (2009) ada empat versi dalang peristiwa G30S 1965.

Pertama, PKI dianggap sebagai dalang utama penyebab peristiwa G30S 1965 karena ingin memperkuat pengaruh di pemerintahan sehingga dapat mengganti dasar negara Pancasila dengan komunisme. Selain itu PKI tidak memiliki hubungan yang baik dengan AD sebelum pemberontakan terjadi.

Kedua, Presiden Soekarno dianggap sebagai dalang peristiwa G30S 1965 karena ingin melindungi kekuasaannya dengan melenyapkan oposisi yang sebagian datang dari perwira tinggi di Angkatan Darat.

Ketiga, Soeharto dianggap sebagai dalang peristiwa G30S 1965 karena ia merupakan petinggi AD antikomunis yang tidak diburu dan dibunuh pasukan pemberontak. Selain itu, ia juga memperoleh keuntungan pasca-peristiwa G30S 1965 dengan dianggap sebagai pahlawan dan berhasil menduduki jabatan sebagai Presiden menggantikan Soekarno.

Keempat, CIA atau Pemerintah AS dianggap sebagai dalang peristiwa G30S 1965 karena ingin menghentikan Indonesia menjadi basis komunisme. Pemerintah AS dinilai khawatir dengan terciptanya poros Jakarta-Beijing-Moskow.

Baca juga artikel terkait G30S atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra