Menuju konten utama

Penyebab Perilaku Menyimpang dan Contoh Bentuknya: Studi Sosiologi

Dalam studi sosiologi, penyebab perilaku menyimpang terbagi jadi dua. Bentuk perilaku menyimpang juga ada yang positif dan negatif.

Penyebab Perilaku Menyimpang dan Contoh Bentuknya: Studi Sosiologi
Ilustrasi Sosiologi. foto/IStockphoto

tirto.id - Dalam ilmu sosiologi, perilaku menyimpang digambarkan sebagai ketidaksesuaian tindakan atau kebiasaan seseorang terhadap aturan dan norma yang ada di masyarakat. Dengan kata lain, orang yang melakukan perilaku menyimpang melanggar ketentuan yang seharusnya bisa mengendalikan perbuatan setiap individu.

Dalam buku Sosiologi 1, Volume 1 (2008:119), Andreas Suroso mengungkapkan bahwa perilaku menyimpang atau biasa disebut penyimpangan sosial adalah segala bentuk tindakan dari individu ataupun kelompok yang tidak sesuai. Bahkan, terkadang ia menentang aturan nilai serta norma sosial yang ada dalam masyarakat.

Kendati melanggar, bukan berarti penyimpangan tersebut selalu bermakna negatif. Dalam buku CMS Sosiologi SMA dan MA, Hendyono Sasongko menerangkan, perilaku menyimpang ada yang positif dan negatif.

Dalam kasus perilaku menyimpang yang positif, contohnya dapat dilihat pada kegigihan seorang R.A. Kartini yang memperjuangkan emansipasi perempuan di tengah budaya dan aturan yang membatasi peran wanita.

Jika dikatakan sebagai bentuk penentangan aturan masyarakat, hal itu memang benar. Namun, arah perjuangan Kartini lebih ke positif karena tujuannya demi perubahan yang lebih baik.

Lalu, dalam kasus negatif sudah tentu lebih mengandung banyak hal buruk. Perilaku meyimpang jenis ini akan menentang dengan cara yang tidak baik serta menimbulkan masalah serius dalam kehidupan sosial masyarakat. Contohnya: pencurian, tawuran, perkelahian, mabuk-mabukan, dan hal semacamnya.

Faktor-faktor Penyebab Perilaku Menyimpang

Secara umum, Kartono Kartini di buku Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja (2014) menjelaskan, terdapat dua jenis faktor penyebab terjadinya penyimpangan sosial, yakni internal dan eksternal.

Pertama, faktor internal maksudnya adalah penyebab terjadinya perilaku meyimpang yang berasal dari seorang individu itu sendiri. Faktor itu mulai dari seseorang yang mengalami gangguan pikiran (sakit jiwa), gangguan emosional, hingga religiusitas yang rendah.

Individu yang memiliki gangguan kejiwaan dan pengendalian emosi tentu tidak dapat memikirkan tindakan terbaik sebagai solusi permasalahannya. Ketika mereka terpaksa harus mengikuti aturan yang ada, maka perbuatan sebaliknya malah dilakukan sebagai bentuk ketidaksediaan.

Terlebih lagi, jika tingkat religiusitas mereka kurang. Segala bentuk tindakan tanpa memperhatikan aturan agama seperti mabuk-mabukan, mencaci maki orang lain, dan aktivitas buruk lainnya akan dilakukan tanpa berpikir dua kali.

Kedua, faktor eksternal merupakan Penyebab ini murni berasal dari luar individu yang melakukan perilaku menyimpang, mulai dari keluarga yang hancur, menerima pendidikan yang salah kaprah, lingkungan yang buruk, dan rasa kesetiakawanan serta pembuatan kesepakatan yang cenderung negatif.

Anggap saja ada orang yang hidup dalam keluarga yang tidak sempurna (broken home). Mereka akan mencari pelarian dari kenyataan dengan berbagai cara, salah satunya melakukan tindakan menyimpang untuk bisa diakui keberadaannya dan mendapatkan perhatian orang di sekitarnya.

Lingkungan memberikan potensi bagi mereka yang telah menyimpang atau bahkan belum menyimpang. Dengan melihat perilaku teman sebaya yang buruk, maka individu bisa terpengaruh tanpa disadarinya.

Hal tersebut menciptakan sikap sesuai norma baru yang menentang nilai-nilai sebelumnya. Mereka melakukannya dan menyepakati bahwa kegiatan negatif, seperti tawuran dan perkelahian demi membela teman, adalah wujud kesetiakawanan.

Baca juga artikel terkait PERILAKU atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Addi M Idhom