Menuju konten utama

Penyebab Gempa Susulan di Kairatu-Ambon Capai 1.120 Kali versi BMKG

Gempa susulan di Kairatu-Ambon telah terjadi lebih dari 1000 kali, sejak 26 September lalu hingga Minggu siang, 6 Oktober 2019. BMKG menjelaskan penyebab banyaknya gempa susulan itu.

Penyebab Gempa Susulan di Kairatu-Ambon Capai 1.120 Kali versi BMKG
Suasana bangunan Pasar Apung Desa Tulehu yang roboh akibat gempa bumi di Ambon, Maluku, Kamis (26/9/2019). ANTARA FOTO/Izaak Mulyawan/aww.

tirto.id - Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa susulan masih sering terjadi di Kairatu-Ambon hingga Minggu, 6 Oktober 2019.

Berdasar data yang dirilis Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, sampai hari ini jumlah gempa susulan di Kairatu-Ambon telah melampui 1000 kali.

Sejak terjadi gempa utama berkekuatan magnitudo 6,5 pada 26 September lalu hingga Minggu siang (6/10/2019), pukul 13.00 WIB, BMKG mencatat telah terjadi 1.120 kali gempa susulan.

Menurut Daryono, dari jumlah tersebut, gempa susulan yang guncangannya dirasakan oleh masyarakat mencapai 118 kali. Ratusan gempa itu terjadi dalam 10 hari terakhir

Sementara sesuai data yang diunggah akun twitter humas BMKG, sampai pukul 09.00 WIT atau 11.00 WIB, tercatat gempa susulan terjadi 1.105 kali sejak 26 September lalu. Artinya, dalam 2 jam atau pada pukul 11.00-13.00 WIB, hari ini tercatat ada 15 kali gempa susulan.

Penyebab Gempa Susulan di Kairatu-Ambon

Daryono menjelaskan, pada setiap peristiwa gempa kuat, terjadi deformasi batuan kerak bumi. Hal ini menyebabkan pergeseran blok batuan.

“Karena blok batuan yang bergeser sangat luas, terjadilah ketidaksetimbangan gaya tektonik di zona tersebut. Akhirnya muncul gaya-gaya tektonik untuk mencari kesetimbangan menuju kondisi stabil,” kata dia dalam siaran tertulisnya pada Minggu (6/10/2019).

Dia menambahkan, pada setiap proses mencari kesetimbangan gaya tektonik tersebut, muncul deformasi-deformasi kecil pada batuan di sekitar pusat gempa utama. Manifestasi deformasi itu adalah gempa susulan.

"Jika gempa kuat yang terjadi memicu perubahan dan peningkatan tegangan (stress) di sekitar pusat gempa, maka rentetan gempa susulan dipastikan dapat terjadi pada kawasan yang mengalami peningkatan stress di sekitar pusat gempa utama tersebut," jelas Daryono.

Menurut Daryono, gempa dengan magnitudo di atas 6,0 memang lazim diikuti oleh kemunculan gempa susulan. Selain itu, semakin besar kekuatan gempa utama, potensi gempa susulannya semakin banyak.

"Apalagi jika ditunjang dengan kondisi batuan di wilayah tersebut yang rapuh," ujar Daryono.

Kata Daryono, tingginya frekuensi gempa susulan di Kairatu-Ambon dalam 10 hari terakhir juga menggambarkan karakteristik batuan di wilayah tersebut yang rapuh (brittle).

Meskipun demikian, ia mencatat intensitas gempa susulan di Kairatu dan Ambon terus menurun dan sampai hari ini jumlahnya tidak sebanyak sebelumnya.

Daryono meminta masyarakat tidak mudah percaya kepada berita bohong terkait prediksi gempa dan tsunami. Dia menegaskan info resmi gempa bumi dan peringatan dini tsunami yang valid ialah dari sumber berwenang, seperti BMKG.

Dia pun mengimbau warga di Kairatu dan Ambon tetap tenang, meski tetap harus waspada. Selain itu, Daryono mengingatkan para pengungsi yang memiliki rumah dalam kondisi masih kokoh dan kuat sebaiknya kembali ke kediamannya masing-masing.

"Sebaliknya bagi warga yang rumahnya sudah rusak dan membahayakan jika terjadi gempa, maka sebaiknya tidak dihuni dulu," kata dia.

Baca juga artikel terkait GEMPA atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Agung DH