Menuju konten utama

Penyebab Gempa Sukabumi Maret 2020 & Dampak Kerusakan di Jawa Barat

Gempa Sukabumi pada 10 Maret 2020 memicu kerusakan ratusan rumah. BMKG menyatakan gempa ini dipicu oleh sesar aktif yang berada di Zona Sesar Citarik.  

Penyebab Gempa Sukabumi Maret 2020 & Dampak Kerusakan di Jawa Barat
Warga melihat bangunan ambruk akibat gempa bumi di kecamatan Kabandungan, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (11/3/2020). Gempa berkekuatan magnitudo 5,1 terjadi Selasa (10/3/2020) ANTARA FOTO/Budiyanto/agr/foc.

tirto.id - Gempa Sukabumi yang terjadi pada Selasa kemarin, 10 Maret 2020 menyebabkan ratusan rumah rusak, setidaknya di dua kabupaten di Jawa Barat.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengumumkan sejumlah rumah warga yang rusak akibat gempa dengan magnitudo 5,1 tersebut berlokasi di Kabupaten Sukabumi dan Bogor.

Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Agus Wibowo menyatakan tenda untuk para pengungsi telah didirikan oleh BPBD Kabupaten Sukabumi pada Selasa kemarin.

"Mereka mendirikan tenda untuk menampung 173 warga Kampung Cipicung, Desa Kabandungan, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi," kata Agus dalam siaran resmi BNPB pada Rabu pagi (11/3/2020).

Menurut Agus, BPBD Kabupaten Sukabumi melaporkan terdapat 202 rumah yang mengalami kerusakan di daerah lokasi pusat gempa kemarin tersebut. Rincian kerusakan rumah di Kabupaten Sukabumi: 48 unit rusak berat, 91 unit rusak sedang dan 63 unit rusak ringan.

Rumah-rumah yang mengalami kerusakan itu tersebar di tiga kecamatan: Kalapanunggal, Cidahu dan Kabandungan. Data kerusakan terbanyak dari Kecamatan Kalapanunggal, yakni berjumlah 166 unit. Di kecamatan itu, 41 rumah rusak berat, 75 rusak sedang, dan sisanya rusak ringan.

"Data sementara BPBD mencatat 3 orang luka ringan. Mereka telah mendapatkan perawatan di klinik kesehatan terdekat. Tidak ada korban jiwa pascagempa," ujar Agus.

Kerusakan rumah akibat gempa Sukabumi kemarin juga dilaporkan terjadi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. BPBD Kabupaten Bogor melaporkan setidaknya sebanyak 20 rumah di Kecamatan Pamijahan mengalami kerusakan. Tujuh rumah di antaranya rusak berat, sembilan rusak sedang, empat rusak ringan. Agus memerinci, rumah-rumah itu tersebar di Desa Gunungbunder, Cibunian, Purwabakti, Cibitung Kulon dan Pasarean.

Dia menambahkan Tim Reaksi Cepat BPBD Sukabumi hari ini masih melakukan kaji cepat untuk mendata kerusakan lainnya akibat gempa. Tindakan serupa dilakukan BPBD Kabupaten Bogor.

Data yang dilansir BNPB memang masih bersifat sementara dan ada kemungkinan akan bertambah lagi. Info terbaru yang dilansir BPBD Kabupaten Bogor pada 11 Maret 2020, menunjukkan jumlah rumah rusak akibat gempa di dua dusun saja mecapai 50-an unit.

Berdasar data itu, terdapat 53 rumah yang rusak akibat gempa di Dusun IV (Garehong) dan Dusun V (Kebun Cianten), Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Bogor. Data Rincinya: 9 rumah rusak berat, 20 rumah rusak sedang dan 24 rumah rusak ringan.

BMKG: Pemicu Gempa Sukabumi Sesar Aktif

Gempa Sukabumi pada Selasa, 10 Maret 2020, pukul 17.18 WIB berkekuatan M5,1. Pusat gempa ini di darat pada jarak 13 km arah Timur Laut Kabupaten Sukabumi. Kedalamannya hanya 10 km.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa ini termasuk tipe II. Sebab, guncangan kuat itu diawali gempa pendahuluan.

Sebelum ada gempa utama M5,1 muncul, ada gempa pendahuluan (foresock) dengan magnitudo 3,1 pada sembilan menit sebelumnya. Setelah terjadi gempa utama, muncul gempa susulan yang terjadi pada pukul 18.06 WIB dengan kekuatan M2,4.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono menerangkan gempa M5,1 yang mengguncang Sukabumi dan sekitarnya pada 10 maret 2020 dipicu oleh aktivitas sesar aktif.

"Hasil analisis menunjukkan bahwa gempa ini diakibatkan oleh aktivitas slip atau pergeseran blok batuan kulit bumi secara tiba-tiba," kata Rahmat dalam siaran resmi BMKG hari ini.

Sementara hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan mendatar (strike-slip fault). Berdasarkan kondisi geologi dan tataan tektonik di wilayah Jawa Barat bagian selatan, BMKG menduga sesar pemicunya memiliki pergeseran ke kiri.

Menurut Rahmat, titik episenter gempa lokal atau gempa kerak dangkal tersebut berada di wilayah Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi. Stasiun monitoring BMKG yang terdekat dengan pusat gempa ini adalah stasiun seismik Palabuhan Ratu dengan kode PJSM.

"Dengan melihat peta zonasi sumber gempa di wilayah Jawa Barat tampak bahwa lokasi episenter gempa ini berada di Zona Sesar Citarik," ujar Rahmat.

Zona Sesar Citarik tercatat berlokasi di sebelah barat Sesar Cimandiri. Zona ini berada di sebelah timur zona sumber gempa Kluster Bogor yang aktif memicu rentetan gempa swarm yang berpusat di Kecamatan Nanggung, Bogor pada Agustus 2019.

"Catatan sejarah gempa di wilayah ini menunjukkan bahwa pada tahun 1900 di wilayah Cisaat dan Gandasoli, Sukabumi, pernah dilanda gempa kuat dan merusak," jelas Rahmat.

"Selanjutnya di wilayah ini kembali terjadi gempa kuat dan merusak yang populer dengan nama Gempa Gandasoli pada tahun 1982," tambah dia.

Selain itu, berdasarkan catatan BMKG, gempa Sukabumi pada 10 Maret 2020 adalah gempa yang bersumber dari sesar aktif di daratan Jawa Barat dengan magnitudo terkuat dalam 19 tahun terakhir.

Sebelumnya, Gempa paling kuat dengan pusat di darat yang terjadi di Jawa Barat, terakhir terjadi pada 13 Januari 2001. Gempa itu berkekuatan M5,1 dan terjadi di kawasan Ciamis-Kuningan.

Baca juga artikel terkait GEMPA BUMI atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Agung DH