Menuju konten utama

Penyebab Aliran Modal Asing Kabur dari Indonesia Menurut Ekonom

BI mencatat terjadi capital outflow atau dana asing keluar dari pasar domestik mencapai Rp7,42 triliun.

Penyebab Aliran Modal Asing Kabur dari Indonesia Menurut Ekonom
Layar memampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis (17/6/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/hp.

tirto.id - Pengamat ekonomi IndiGo Network, Ajib Hamdani menilai, keluarnya dana asing dari dalam negeri lebih karena faktor Fed Fund Rate yang mengalami kenaikan. Sehingga preferensi investor sebagian mengalihkan dananya ke luar negeri.

Bank Indonesia (BI) mencatat terjadi capital outflow atau dana asing keluar dari pasar domestik mencapai Rp7,42 triliun. Aliran dana keluar itu terjadi berdasarkan data transaksi pada 27 Juni - 30 Juni 2022 lalu.

"Permasalahan jangka pendek, apalagi posisi BI juga tetap dengan kebijakan moneternya menahan suku bunga BI Rate di 3,5 persen," ujarnya kepada reporter Tirto, Rabu (6/7/2022).

Ajib menambahkan jika perekenomian Indonesia bisa bertahan secara konsisten pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen dan inflasinya tidak lebih dari 3,5 persen, maka dana asing otomatis kembali mengalir ke Tanah Air.

"Dana akan tetap mengalir ke sistem perekonomian Indonesia dengan baik. Karena Indonesia mempunyai ekonomi yang proper," jelasnya.

Sebelumnya, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai keluarnya dana asing dari dalam negeri karena ada kekhawatiran risiko resesi ekonomi meningkat tajam. Ini sejalan dengan naiknya harga pangan dan energi di negara maju.

"Proyeksi paling lambat resesi terjadi pada awal 2023 dan ini picu kepanikan investor asing. Ada sinyal resesi akan berlangsung lama atau long recession hingga butuh 3 tahun untuk recovery," katanya kepada Tirto.

Bhima melihat saat ini sudah ada tanda-tanda terjadinya pelemahan ekonomi dalam negeri. Salah satunya inflasi Indonesia saat ini sudah menyentuh 4,3 persen secara year on year (yoy) pada Juni 2022. Inflasi ini tertinggi sejak 2017 mempengaruhi pendapatan emiten di bursa dan mendorong tingkat suku bunga naik secara agresif.

Kondisi di atas membuat Non Performing Loan (NPL) bank akan melonjak terutama yang bersumber dari kredit korporasi. Selain itu, biaya bahan baku perusahaan juga akan naik tajam sehingga terpaksa lakukan efisiensi yang berdampak ke terbukanya kesempatan kerja.

Dengan berbagai kondisi tersebut, Bhima menilai investor akan cenderung mengalihkan dana ke aset yang aman menjauhi aset berisiko. Salah satunya, saham dan surat utang di negara berkembang.

"Indikator pelarian ke safe haven terlihat dari naiknya indeks dolar menjadi 106.4 atau melonjak 10,6 persen sejak awal tahun 2022," ungkapnya.

Baca juga artikel terkait MODAL ASING KELUAR RI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Maya Saputri