tirto.id - Tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta dilaporkan meninggal dunia akibat dugaan penyakit hepatitis akut.
Menanggapi hal tersebut, Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat Indonesia untuk mewaspadai hepatitis akut.
Melansir laman Antara, menurut Kementerian Kesehatan hingga saat ini tiga anak dengan dugaan hepatitis akut belum diketahui penyebabnya.
Mereka meninggal dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua minggu terakhir hingga 31 April 2022. Ketiga pasien ini merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat.
Sebelumnya, pada 5 April 2022 lalu, Inggris telah melaporkan adanya peningkatan signifikan dalam kasus hepatitis akut yang tidak diketahui asalnya (Acute Hepatitis of Unknown aetiology) pada anak-anak berusia di bawah 10 tahun.
Kasus hepatitis akut ini terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun. Tujuh belas anak di antaranya (10 persen) memerlukan transplantasi hati, dan 1 kasus dilaporkan meninggal.
Sejak resmi dipublikasikan sebagai KLB oleh WHO, jumlah laporan kasus hepatitis akut pada anak terus bertambah. Tercatat lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara termasuk Irlandia, AS, Israel, Belanda, Rumania hingga Jepang.
Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice (penyakit kuning) akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah). Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam.
Penyebab dari penyakit tersebut masih belum diketahui. Pemeriksaan laboratorium di luar negeri telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut.
Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus dil luar negeri yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.
Dilansir dari The Guardian,Prof Asha Bowen, yang juga merupakan salah satu ketua Australasian Society for Infectious Diseases, mengatakan teori adenovirus adalah penjelasan yang paling mungkin sejauh ini, tetapi apakah itu penyebab mutlak, masih ada sedikit ketidakpastian tentang itu.
Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa, Dr Andrea Ammon, mengatakan bahwa hipotesis lain yang sedang diselidiki adalah, apakah lockdown yang sebelumnya dilakukan karena COVID-19 mungkin telah melemahkan kekebalan anak-anak karena paparan patogen yang lebih rendah.
Namun WHO menegaskan bahwa anggapan atau hipotesis terkait efek samping dari vaksin COVID-19 sebagai penyebab hepatitis akut pada anak tidaklah benar, sebab mayoritas anak yang terkena hepatitis akut justru tidak menerima vaksinasi COVID-19, karena mereka terlalu muda.
Saat ini, WHO meminta negara-negara untuk waspada terhadap setiap kasus hepatitis pada anak-anak tanpa penyebab yang jelas. WHO merekomendasikan bahwa sampel darah, urin, tinja dan pernapasan, serta sampel biopsi hati, harus diambil dari anak-anak ini.
“Penyebab menular dan non-infeksi lainnya perlu diselidiki secara menyeluruh,” kata WHO.
Apa itu hepatitis?
Penyakit hepatitis misterius yang ramai menjadi perbincangan dan terjadi pada anak-anak adalah peradangan hati, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan termasuk kanker dan gagal hati, dan bisa berakibat fatal.
Hati sangat penting karena menghilangkan racun dari darah, terlibat dalam metabolisme dan mengatur pembekuan darah, di antara fungsi lainnya.
Apakah penyakit hepatitis akut menular?
Melansir dari laman Medicine Net, hepatitis dibagi menjadi dua kategori, yaitu hepatitis menular dan tidak menular dan biasanya hepatitis yang disebabkan oleh virus biasanya menular.
Cara penularan hepatitis antarindividu bisa melalui beragam cara, seperti transplantasi organ, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang tidak steril hingga hubungan seksual.
Selain itu, parasit seperti Plasmodium spp, Schistosoma spp juga dapat menyebabkan hepatitis. Namun, jenis hepatitis yang terjadi karena infeksi parasit ini tidak menular dari orang ke orang. Hepatitis yang juga disebabkan oleh penggunaan alkohol, obat-obatan, atau zat kimia beracun umumnya juga tidak menular.
Apa penyebab hepatitis akut pada anak?
Virus merupakan penyebab paling umum dari hepatitis A, B, C, D dan E. Virus-virus ini berbeda dalam cara penularannya, penyebaran geografisnya, gejalanya (tidak semua orang mengalami gejala) dan tingkat keparahannya, tetapi semuanya mengarah pada hepatitis.
Namun, kadang-kadang, hepatitis tidak diketahui penyebabnya, seperti yang terjadi pada kasus anak-anak yang dilaporkan ke WHO. Tetapi, kasus parah yang mengakibatkan gagal hati sangat jarang terjadi pada anak-anak.
Virus hepatitis yang umum belum terdeteksi pada anak-anak yang terkena. Associate Prof Asha Bowen, seorang dokter di rumah sakit anak Perth di Australia dan seorang peneliti penyakit menular di Telethon Kids Institute mengatakan bahwa kasus hepatitis akut pada anak bukanlah hal biasa.
“Ini benar-benar tidak biasa, dan saya tidak dapat memikirkan berkali-kali dalam karir saya di mana kita telah menghadapi sesuatu seperti ini," ujarnya dilansir dari cdc.gov.
"Yang tidak biasa adalah hepatitis fulminan, yang pada dasarnya berarti hati telah gagal total pada anak-anak ini," kata Bowen.
Jenis-jenis hepatitis, dan penyebabnya
Sementara itu, berikut pembagian jenis hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus seperti dilansir dari laman Dinkes Daerah Istimewa Yogyakarta.
1. Hepatitis A
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A biasanya ditularkan melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi feses dari penderita hepatitis A yang mengandung virus hepatitis A.
Virus ini dapat menyebar dengan mudah melalui konsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi tinja penderita hepatitis A.
2. Hepatitis B
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B dapat ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi virus hepatitis B. Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis B adalah darah, cairan vagina, dan air mani.
Sehingga, berbagi pakai jarum suntik serta berhubungan seksual tanpa kondom dengan penderita hepatitis B dapat menyebabkan seseorang tertular penyakit ini.
3. Hepatitis C
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C dapat ditularkan melalui cairan tubuh, terutama melalui berbagi pakai jarum suntik dan hubungan seksual tanpa kondom.
4. Hepatitis D
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Hepatitis D merupakan penyakit yang jarang terjadi, namun bersifat serius. Virus hepatitis D tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh manusia tanpa adanya hepatitis B. Hepatitis D ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
5. Hepatitis E
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E mudah terjadi pada lingkungan yang tidak memiliki sanitasi yang baik, akibat kontaminasi virus hepatitis E pada sumber air.
Di antara berbagai tipe penyakit hepatitis tersebut, yang paling potensial menjadi wabah adalah penyakit hepatitis A. Hal ini karena hepatitis A sangat mudah menular pada daerah dengan sanitasi yang buruk, perilaku yang tidak higienis, dan penyakit ini bersifat akut jangka pendek.
Apa gejala hepatitis akut pada anak?
Gejala yang ditemukan pada pasien-pasien hepatitis akut pada anak adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran.
Saat ini, Kementerian Kesehatan RI sedang berupaya untuk melakukan investigasi penyebab kejadian hepatitis akut ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap. Dinas kesehatan Provinsi DKI Jakarta sedang melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.
“Selama masa investigasi, kami mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang. Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi.
Ia menambahkan, jika anak-anak memiliki gejala kuning, sakit perut, muntah-muntah dan diare mendadak, buang air kecil berwarna teh tua, buang air besar berwarna pucat, kejang, penurunan kesadaran agar segera memeriksakan anak ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.
Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit juga telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 Tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) tertanggal 27 April 2022.
Surat Edaran tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan Pemerintah Daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, sumber daya manusia (SDM) kesehatan, dan para pemangku kepentingan terkait kewaspadaan dini penemuan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya.
Kemenkes meminta Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kantor Kesehatan Pelabuhan, Laboratorium Kesehatan Masyarakat dan Rumah Sakit untuk antara lain memantau dan melaporkan kasus sindrom Penyakit Kuning akut di Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR), dengan gejala yang ditandai dengan kulit dan sklera berwarna ikterik atau kuning dan urin berwarna gelap yang timbul secara mendadak dan memberikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat serta upaya pencegahannya melalui penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Kemenkes juga meminta pihak terkait untuk menginformasikan kepada masyarakat untuk segera mengunjungi Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes) terdekat apabila mengalami sindrom penyakit kuning, dan membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans dengan lintas program dan lintas sektor.
“Tentunya kami lakukan penguatan surveilans melalui lintas program dan lintas sektor, agar dapat segera dilakukan tindakan apabila ditemukan kasus sindrom jaundice akut maupun yang memiliki ciri-ciri seperti gejala hepatitis” ucap Nadia.
Bagi Dinas Kesehatan, KKP, dan Rumah Sakit juga diminta segera memberikan notifikasi/laporan apabila terjadi peningkatan kasus sindrom jaundice akut maupun menemukan kasus sesuai definisi operasional kepada Dirjen P2P melalui Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC) melalui Telp./ WhatsApp 0877-7759-1097 atau e-mail: poskoklb@yahoo.com.
Bagaimana pengobatan hepatitis pada anak, apa hepatitis akut pada anak bisa sembuh?
Perawatan hepatitis pada anakakan tergantung pada gejala, usia, dan kesehatan umum anak Anda. Ini juga akan tergantung pada seberapa parah kondisinya.
Perawatan anak Anda juga akan tergantung pada apa yang menyebabkan hepatitis mereka. Tujuan pengobatan adalah untuk menghentikan kerusakan pada hati anak Anda.
Perawatan dan penanganan lebih dini terhadap penyakit hepatitis akut pada anak ini tentu diharapkan dapat meningkatkan tingkat kesembuhan pada anak.
Berikut ini cara yang bisa dilakukan untuk membantu meringankan gejala seperti dilansir dari University of Rochester Medical Center Rochester,
1. Datangi rumah sakit atau pusat layanan kesehatan terdekat
Saat muncul gejala hepatitis akut pada anak, segera datangi rumah sakit atau pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapat menanganan cepat dan lebih lanjut.
2. Pemberian obat
Pemberian obat akan dilakukan untuk mencegah kerusakan hati lebih parah. Pemberian obat tentu akan dilakukan berdasarkan pada hasil diagnosa yang dilakukan oleh dokter.
3. Tingkatkan imun tubuh
Meningkatkan imunitas tubuh ini termasuk dengan mengonsumsi makan makanan yang sehat dan istirahat yang cukup.
4. Tes darah
Tes darah dan pemeriksaan lebih lanjut tentu akan dilakukan untuk dapat mengetahui apakah penyakit hepatitis yang dialami anak berkembang atau tidak.
5. Jaga kebersihan
Menjaga kebersihan tentu menjadi upaya preventif yang bisa Anda lakukan untuk mencegah terjadinya penularan hepatitis akut pada anak.
Biasakan anak untuk selalu mencuci tangan sebelum makan dan tidak saling bertukar alat makan termasuk gelas hingga sikat gigi pada siapapun tak terkecuali anggota keluarga di rumah.
6. Transplantasi hati
Transplantasi hati menjadi pilihan akhir yang bisa dilakukan untuk mencegah kegagalan hati stadium akhir.
Editor: Iswara N Raditya