Menuju konten utama

Penutupan TPA Piyungan, Apa Beda Sampah Organik dan Anorganik?

Penutupan TPA Piyungan dan apa itu sampah anorganik serta bedanya dengan sampah organik.

Penutupan TPA Piyungan, Apa Beda Sampah Organik dan Anorganik?
Kondisinya Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Jum'at (18/3/2022). (tirto.id/M. Irfan Al Amin)

tirto.id - Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan ditutup mulai 23 Juli hingga 5 September 2023. Penutupan ini dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta karena volume sampah di TPA Piyungan sudah melebihi kapasitas.

TPA Piyungan yang mulai beroperasi sejak 1996 ini diketahui menampung sampah dari tiga daerah sekaligus, yaitu dari Kabupaten Sleman, Bantul, dan juga Kota Yogyakarta. Terkait penutupan sementara TPA tersebut, pemerintah setempat pun mengimbau agar masyarakat mulai mengambil langkah darurat untuk menampung dan mengolah sampah secara mandiri selama sebulanan ini.

Salah satu caranya adalah dengan memilah sampah organik dan anorganik. Pemilahan ini penting dilakukan agar tidak terjadi penumpukan sampah yang bisa mencemari lingkungan.

Memilah sampah juga berguna agar pengolahan atau proses daur ulang bisa dilakukan dengan tepat. Dengan demikian, sampah bisa lebih bermanfaat bagi kehidupan dan tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar.

Perbedaan Sampah Organik dan Anorganik

Guna memilah sampah, Anda perlu tahu perbedaan antara sampah organik dan anorganik terlebih dahulu. Perbedaan keduanya terletak pada asal/sumber sampah serta sifat-sifatnya. Agar lebih jelas, berikut perbedaan antara sampah organik dan anorganik dilansir dari situs Ridly:

1. Sampah organik

  • Sampah organik berasal dari organisme atau makhluk hidup.
  • Sampah organik bersifat biodegradable atau dapat terurai secara alami.
  • Sampah organik mengandung organisme hidup/pernah hidup.
  • Sampah organik mengandung karbon (C)
  • Sampah organik secara alami akan terpengaruh oleh panas dan bisa terbakar.
  • Sampah organik memiliki komposisi yang kompleks sehingga memiliki tingkat reaksi yang lebih rendah dari sampah anorganik.
  • Daur ulang sampah organik cenderung lebih mudah, misalnya dijadikan pupuk atau makanan hewan.
Contoh sampah organik:

  • Sampah hijau (daun, rumput, cabang pohon, tanaman/bunga yang dipotong)
  • Sisa makanan (potongan sayur, nasi, daging, dll)
  • Kulit buah-buahan
  • Kulit telur
  • Kertas dan kardus
2. Sampah anorganik

  • Sampah anorganik tidak berasal dari makhluk hidup dan biasanya dihasilkan dari produksi tertentu yang melibatkan campur tangan manusia.
  • Sampah anorganik tidak bisa membusuk atau tidak bisa terurai.
  • Sampah anorganik mengandung benda mati dan komponen seperti mineral.
  • Sampah anorganik tidak mengandung karbon (C)
  • Sampah anorganik tidak mudah terpengaruh oleh panas dan tidak terbakar secara alami.
  • Sampah anorganik memiliki tingkat reaksi lebih cepat karena memiliki komposisi yang tidak sekompleks sampah organik.
  • Daur ulang sampah anorganik cenderung lebih rumit karena membutuhkan teknologi tertentu agar bisa digunakan kembali. Sampah anorganik juga bisa dimanfaatkan jadi barang lain tergantung kreatifitas dan kebutuhan masyarakat (misalnya botol plastik menjadi pot bunga).
Contoh sampah anorganik:

  • Plastik
  • Kaca
  • Kaleng
  • Komponen elektronik

Baca juga artikel terkait WORK AND MONEY atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari