Menuju konten utama

Penjelasan Jasa Marga Soal Pemicu Kemacetan Tol Cikampek

Pihak Jasa Marga menyebutkan tingkat kemacetan di Tol Jakarta-Cikampek, yang disebabkan oleh banyak faktor, sudah mendesak untuk dikurangi. Salah satu solusinya ialah dengan penerapan sistem ganjil genap.

Penjelasan Jasa Marga Soal Pemicu Kemacetan Tol Cikampek
Arus kendaraan di Ruas Jalan Tol Cikampek. ANTARA/Risky Andrianto.

tirto.id - General Manager Jasa Marga Cabang Cikampek, Raddy R Lukman menjelaskan kompleksitas faktor yang memicu kemacetan di jalan Tol Jakarta-Cikampek.

Raddy mencatat arus kendaraan yang melintasi Tol Jakarta-Cikampek bisa mencapai rata-rata 560 ribu unit per hari. Kondisi ini, menurut dia, diperparah oleh keberadaan sejumlah proyek infrastruktur yang berlangsung secara bersamaan.

"Ada proyek-proyek bersamaan berjalan. Seperti proyek tol elevated dari Cikunir sampai Karawang Barat, [proyek] LRT sampai Bekasi Timur dan nanti ada [proyek jalur] kereta cepat sampai KM 32," kata Raddy di Jakarta Pusat, pada Selasa (6/3/2018).

Dia menjelaskan pelaksanaan sejumlah proyek itu mengurangi kapasitas ruas jalan Tol Jakarta-Cikampek sehingga memicu kemacetan.

Pemicu kemacetan lain, Raddy melanjutkan, adalah gangguan dari kendaraan yang mogok. Dia mencatat, setiap hari, rata-rata ada 15 kali gangguan kendaraan mogok di ruas tol jakarta-Cikampek.

"Dan itu didominasi kendaraan berat," ujar Raddy.

Dia menjelaskan Jasa Marga dan Kementerian Perhubungan sedang berupaya menormalkan rasio jumlah kendaraan dengan kapasitas jalan (V/C Ratio) di Tol Cikampek. Dia mencontohkan V/C Ratio di jalur Cikunir-Cibitung dan Bekasi Barat-Bekasi Timur sudah di angka 1,1.

"Pada saat volume mendekati 0,9, itu sudah mulai padat," kata dia.

Kondisi ini menjadi alasan Jasa Marga dan Kementerian Perhubungan menerapkan sistem ganjil-genap di Gerbang Tol Bekasi Timur dan Bekasi Barat.

"Itu prioritas karena yang paling padat. Kalau melihat Permennya, [sistem ganji-genap] berlaku sampai gerbang tol Tambun. Tahap pertama di Bekasi Barat dan Timur," kata Raddy.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 96 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Manajemen Dan Rekayasa Lalu Lintas memang menyebutkan ada lima gerbang tol yang perlu menerapkan sistem ganjil-genap.

Lima gerbang tol itu ialah Pondok Gede Barat, Pondok Gede Timur, Bekasi Barat, Bekasi Timur, dan Tambun. Sistem ganjil-genap diterapkan untuk jalur menuju Jakarta.

"Dicoba dulu dua ini (Bekasi Barat dan Timur), kalau sukses pengurangan kemacetannya, ditambah (diterapkan ke gerbang lainnya)," ujar Raddy.

Indikator penilaiannya adalah membaiknya V/C Ratio di ruas tol Jakarta-Cikampek dan peningkatan minat masyarakat berpindah ke jalan lain atau menggunakan moda angkutan umum.

"Seminggu pemberlakuan, Jasa Marga sudah bisa dapat melihat perbaikan, yang nanti [datanya] akan diberikan ke BPTJ [Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek]," ujar dia.

Alternatif Bagi Masyarakat Saat Sistem Ganjil-Genap Berlaku

Sistem ganjil-genap akan mulai diberlakukan di Gerbang Tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur pada 12 Maret 2018. Saat sistem itu berjalan, Raddy menyarankan masyarakat pengguna tol Jakarta-Cikampek memilih tiga alternatif pilihan.

Pertama, mengatur waktu keberangkatan untuk tidak terkena dampak aturan ganjil-genap yang diberlakukan dari pukul 06.00 hingga 09.00 WIB. Kedua, mencari alternatif rute lain. Ketiga, menggunakan moda angkutan umum.

Pemerintah telah menyediakan bus transjabodetabek premium di titik-titik keberangkatan di Bekasi Barat dan Timur, dengan Lajur Khusus untuk Angkutan Umum (LKAU) di sepanjang jalan tol. Namun, LKAU ini hanya diberlakukan sepanjang pukul 06.00 hingga 09.00 WIB untuk menuju Jakarta.

Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Karlo Manik beralasan jadwal kepulangan warga dari Bekasi ke Jakarta tidak bisa ditentukan kisarannya.

"Kepulangan kan tidak bisa ditentukan bisa jam 19.00 sampai jam 22.00. Tapi, tetap kita siapkan bus di beberapa titik poin yang sama. Lajur khususnya tidak ada karena kita enggak tahu juga pulangnya dia jam berapa. Dan pulang kerja pasti tidak buru-buru seperti ke kantor," kata dia.

Selain itu, menurut dia, masyarakat memiliki alternatif dengan menggunakan bus reguler dan kereta api untuk perjalanan pulang. Harga tiket kereta juga lebih murah dibandingkan biaya menaiki bus trasnjabodetabek premium yang senilai Rp20 ribu.

Baca juga artikel terkait SISTEM GANJIL GENAP atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom