Menuju konten utama

Penggunaan Masker yang Benar Menurut WHO & CDC untuk Cegah Omicron

Cegah varian Omicron, ini cara pakai masker yang benar menurut WHO dan CDC.

Penggunaan Masker yang Benar Menurut WHO & CDC untuk Cegah Omicron
Ilustrasi. foto/Istockphoto

tirto.id - Varian baru virus Corona Omicron atau B.1.1.529 menjadi salah satu hal baru yang membuat masyarakat di dunia khawatir

Varian Omicron ini muncul pertama kali di Afrika Selatan yang mengakibatkan kasus positif COVID-19 di negara ini meningkat cukup pesat.

Varian COVID Omicron kemungkinan disebabkan penggunaan masker katup atau mask valve.

Meski demikian, penelitian terhadap Omicron masih terus dilakukan, termasuk berkaitan dengan tingkat penyebaran serta tingkat keparahan yang ditimbulkan oleh varian ini.

Badan Organisasi Dunia (WHO) pun tetap menganjurkan masyarakat melakukan langkah pencegahan untuk meminimalisir penularan COVID-19.

Langkah pencegahan paling efektif yang dianjurkan oleh WHO adalah:

    • Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain
    • Memakai masker dengan tepat
    • Membuka jendela ruangan untuk meningkatkan sirkulasi udara
    • Menghindari kerumunan atau tempat dengan ventilasi buruk
    • Menjaga tangan tetap bersih (sering cuci tangan)
    • Menutup mulut dengan siku tangan atau tisu saat batuk dan bersin
    • Segera vaksin

Memilih Jenis Masker yang Benar

Memilih dan memakai masker dengan benar terbukti sangat efektif dapat mencegah penularan COVID-19. Berikut jenis masker yang direkomendasikan oleh Centers for Desease Control and Prevention (CDC):

1. Masker harus memiliki 2 atau lebih lapisan kain yang dapat dicuci dan terbuat dari kain yang memudahkan untuk bernafas. Jangan memilih masker dari kain yang menyulitkan nafas, misalnya vinyl.

2. Pilih masker yang dapat menutup hidung dan mulut. Jangan memilih masker yang memiliki katup atau ventilasi pernafasan karena bisa menyebabkan partikel virus keluar dari masker.

3. Pilih masker yang pas di wajah dan tidak ada celah terbuka.

4. Masker memiliki kawat di bagian hidung untuk mencegah kebocoran di bagian atas masker.

5. Dilarang memakai masker N95 karena masker tersebut hanya diperuntukkan bagi tenaga kesehatan.

6. Jika memakai masker gaiter, kenakan dalam 2 lapis atau lipat kainnya hingga menjadi 2 lapisan.

7. Khusus untuk anak-anak, pilih masker yang sesuai dan memang dibuat untuk anak-anak. Tapi ingat, dilarang memakaikan masker pada anak-anak di bawah usia 2 tahun.

Penting untuk diketahui bahwa CDC maupun WHO tidak merekomendasikan mengenakan face shield (tanpa memakai masker).

Sampai saat ini efektivitas face shiled belum diketahui secara pasti, karena itu WHO dan CDC lebih menganjurkan memakai masker untuk mencegah penularan COVID-19.

Cara Memakai dan Melepas Masker yang Benar

Berikut cara memakai masker yang benar menurut CDC:

1. Pakai masker hingga benar-benar pas menutup hidung dan mulut, termasuk menutup hingga ke bawah dagu dan tidak ada celah di sisi-sisinya.

2. Cara pakai masker yang salah:

    • Masker hanya dilingkarkan di leher
    • Masker hanya menutup hidung
    • Masker dipakai di bawah hidung atau hanya menutup mulut
    • Masker hanya menutupi dagu
    • Masker hanya tergantung di satu telinga
3. Masker boleh dipadukan/dirangkap dengan scarf atau balaclava, namun scarf dan balaclava tidak untuk menggantikan masker.

4. Untuk orang yang berjenggot tebal, kenakan masker fitter atau penjepit masker. Cara lainnya adalah mengenakan masker sekali pakai di bawah masker kain yang memiliki 2 atau lebih lapisan kain.

Masker kedua (paling luar) harus menekan tepi masker bagian dalam hingga benar-benar menutup wajah dan jenggot.

Cara melepas masker:

  1. Lepaskan tali masker secara hati-hati dan pegang bagian talinya saja;
  2. Lipat masker jadi dua dengan bagian luar masker berada di dalam;
  3. Saat melepas masker, hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut;
  4. Segera cuci tangan setelah melepas masker.
Jika mengenakan masker sekali pakai, buanglah masker setelah memakainya.

Ada baiknya merusak masker sebelum membuangnya (digunting/disobek) agar tidak bisa dimanfaatkan kembali oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Jika memakai masker yang bisa dicuci, sebaiknya masker segera dicuci setelah dipakai atau dicuci minimal 1 kali dalam sehari.

Apa Itu Varian COVID-19 Omicron?

Omicron atau varian B.1.1.529 merupakan varian baru COVID-19 yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada 24 November 2021 lalu.

Dua hari setelahnya, tepatnya tanggal 26 November, WHO menatapkan Omicron ke dalam kategori variant of concern (VOC).

Variant of concern artinya varian yang patut menjadi perhatian atau perlu diwaspadai.

Varian ini juga disebut memiliki banyak mutasi yang kemungkinan bisa berdampak pada tingkat penyebaran atau tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkan.

Mengutip dari laman resmi WHO, berikut beberapa hal yang perlu diketahui terkait varian Omicron:

1. Tingkat penularan

Belum diketahui pasti apakah Omicron lebih menular (lebih menyebar dari satu orang ke orang lainnya) dibandingkan varian lain, termasuk varian Delta.

Kasus positif COVID-19 yang meningkat di Afrika Selatan diketahui terkena varian ini, namun studi epidemiologi masih terus dilakukan untuk meneliti apakah hal tersebut memang disebabkan oleh Omicron atau faktor lain.

2. Tingkat keparahan penyakit

Belum diketahui pasti apakah infeksi Omicron dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan varian lainnya, termasuk varian Delta.

Sampai saat ini belum ada informasi yang menyatakan bahwa gejala akibat infeksi Omicron berbeda dengan infeksi dari varian lain.

3. Orang yang berisiko terkena Omicron

Ada kemungkinan bahwa orang yang sebelumnya terkena COVID-19 bisa lebih mudah terinfeksi Omicron.

Namun informasi mengenai hal ini masih terbatas dan WHO masih mengumpulkan berbagai data untuk memastikannya.

4. Efektivitas vaksin

Penelitian terkait dampak Omicron terhadap vaksin masih terus diteliti. Sampai saat ini vaksin tetap dinilai sebagai langkah penting untuk mengurangi tingkat keparahan penyakit dan kematian akibat COVID-19.

5. Efektivitas tes

Tes PCR tetap akurat untuk mendeteksi semua varian COVID-19, termasuk Omicron.

Penelitian lebih lanjut terus dilakukan untuk mengetahui apakah ada dampak tertentu pada jenis tes lainnya, misalnya tes rapid antigen.

6. Efektivitas pengobatan

Kortikosteroid dan IL6 Receptor Blockers masih efektif untuk menangani pasien dengan COVID-19 yang parah. Efektivitas pengobatan lainnya terkait infeksi Omicron masih diteliti lebih lanjut oleh WHO.

Baca juga artikel terkait CORONA OMICRON atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Dhita Koesno