tirto.id - Penggarap proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan, PT Meta Adhya Tirta Umbulan dikabarkan terlilit utang dan tengah menghadapi gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang di Pengadilan Niaga Surabaya.
Perusahaan yang dibentuk oleh konsorsium PT Medco Gas Indonesia dan PT Bangun Cipta Kontraktor itumenghadapi permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Rp25.436.327.015 dari dua kreditur.
Kreditur pertama adalah PT Orbarador dengan tagihan utang yang telah jatuh tempo sebesar 520.595,50 dolar AS atau Rp7,324,251,055 (kurs Rp14.069/dolar AS) dan sebesar Rp13.106.161.560 ditambah bunga 1,2 persen per bulan terhitung tanggal 11 April 2019.
Kedua, adalah PT. Rukun Mandiri Jaya dengan utang jatuh tempo sebesar Rp5.005.914.400 ditambah bunga 1,2% per bulan terhitung tanggal 11 April 2019.
Permohonan PKPU itu didaftarkan Cahaya Muda Kreasi di Pengadilan Niaga Surabaya dengan nomor perkara 22/Pdt.Sus-Pailit/2019/PN pada Senin, 14 Oktober 2019.
"Menyatakan Termohon Pailit (PT Meta Adhya Tirta Umbulan), yang berkantor di Jl Panglima Sudirman 101–103 (Intiland Tower Lantai 5 Serviced Officed Suite 3), Kelurahan Kaliasin, Kecamatan Gubeng, Surabaya, dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya," tulis kuasa hukum dua kreditur termohon dikutip dari situs SIPPN Surabaya, Selasa (15/10/2019).
Pada 21 Juli 2016, PT Meta Adhya Tirta Umbulan meneken perjanjian Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) untuk proyek SPAM Umbulan. Adapun, proyek SPAM Umbulan ini juga merupakan bagian dari proyek strategis nasional (PSN).
Ini merupakan proyek pertama yang memerlukan waktu lama karena melibatkan banyak kabupaten/kota antara lain Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya, dan Kabupaten Gresik.
Pada 16 Desember di tahun yang sama, pemerintah memberikan dukungan kelayakan sebesar Rp818,01 miliar melalui PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia dan PT. Sarana Multi Infrastruktur.
Proyek yang menyerap investasi sebesar Rp 4,51 triliun, dengan porsi swasta (selaku badan usaha pemenang lelang) sebesar Rp 2,05 triliun, itu masih dalam tahap konstruksi dan ditargetkan dapat beroperasi tahun 2020.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Ringkang Gumiwang