tirto.id - Indeks harga merupakan alat penting untuk mengidentifikasi dan memahami dinamika ekonomi. Indeks harga biasa digunakan oleh pemangku kepentingan untuk meninjau kondisi moneter suatu negara dan mengambil keputusan atas kondisi terseut.
Menurut Eeng Ahman dalam Membina Kompetensi Ekonomi (2007) pengertian indeks harga adalah angka yang dipakai untuk memperlihatkan perubahan harga-harga barang, baik harga untuk satu macam barang atau beberapa macam barang.
Fungsi indeks harga barang ini adalah untuk memberi gambaran apakah suatu sektor ekonomi mengalami perubahan harga barang atau tidak. Tujuan indeks harga adalah untuk berbagai macam kepentingan.
Angka yang tampil dari perhitungan indeks harga bisa digunakan untuk menentukan kebijakan moneter, menetapkan penyesuaian gaji, hingga merencanakan keuangan dan investasi.
Cara menghitung indeks harga melibatkan rumus khusus. Rumus indeks harga umumnya dibedakan menjadi dua dan disesuaikan dengan metode penghitungannya.
Rumus Indeks Harga
Indeks harga bisa dihitung menggunakan rumus khusus. Rumus indeks harga umumnya melibatkan perbandingan antara harga pada periode waktu tertentu dengan harga pada periode waktu referensi.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, rumus indeks harga yang sering digunakan ada dua. Kedua rumus tersebut digunakan untuk menghitung indeks harga dengan metode berbeda.
Ismawanto dalam Ekonomi Jilid 1 untuk SMA dan MA Kelas X (2009) menyebut bahwa ada dua metode yang bisa digunakan untuk menghitung indeks harga, yaitu:
1. Metode Agregatif Sederhana
Metode agregatif sederhana diterapkan untuk menghitung indeks harga tidak tertimbang dan angka indeks tertimbang. Metode ini melibatkan beberapa komponen hitungan, termasuk indeks harga, kuantitas, dan nilai.
Berikut rumus penghitungan indeks harga tidak tertimbang menggunakan metode agregatif sederhana:
IA = (ΣPn/ΣP0) x 100%
Keterangan:
IA : indeks harga yang tidak ditimbang
Pn : harga yang dihitung angka indeksnya
Po : harga pada tahun dasar.
Sementara itu, untuk menghitung indeks harga tertimbang dengan metode agregatif sederhana:
IA = (ΣPn.W/ΣP0.W) x 100%
Keterangan:
IA : indeks harga yang tidak ditimbang
Pn : harga yang dihitung angka indeksnya
Po : harga pada tahun dasar.
W : faktor penimbang
2. Metode Laspeyers
Metode Laspeyers digunakan untuk menghitung indeks harga tertimbang. Metode ini melibatkan faktor penimbang berupa kuantitas tahun dasar.
Berikut rumus metode penghitungan indeks harga tertimbang dengan menggunakan metode Laspeyers:
IL = [Σ(Pn.Qo)/Σ(PoQo)] x 100%
Keterangan:
IL : angka indeks Laspeyres
Pn : harga tahun yang dihitung angka indeksnya
Po : harga pada tahun dasar
Qo : kuantitas pada tahun dasar.
Cara Menghitung Indeks Harga dan Contohnya
Penghitungan indeks harga dapat menghasilkan tiga kemungkinan. Masih menurut Ismawanto, angka penghitungan indeks harga bisa menunjukkan apakah suatu kondisi ekonomi mengalami inflasi, deflasi, atau tetap, sebagai berikut:
- Jika indeks harga > 100 berarti harga mengalami kenaikan (terjadi inflasi).
- Jika indeks harga < 100 berarti harga mengalami penurunan (terjadi deflasi).
- Jika indeks harga = 100 berarti harga tetap (tidak naik dan tidak turun).
Soal 1
Diketahui pada tahun 2010 harga barang A adalah Rp200, barang B adalah Rp300, dan barang C adalah Rp500. Kemudian, pada tahun 2011 harga barang A menjadi Rp250, barang B menjadi Rp400, dan barang C menjadi Rp550. Hitunglah indeks harga tahun 2011 berdasarkan penjabaran tersebut!
Jawaban:
Hitung total harga-harga barang pada tahun berjalan, sebagai berikut:
Nama Barang | Harga 2010 | Harga 2011 |
A | Rp200 | Rp250 |
B | Rp300 | Rp400 |
C | Rp500 | Rp550 |
Total (Σ) | Rp1.000 | Rp1.200 |
Masukkan total harga-harga barang ke dalam rumus agregatif sederhana:
IA = (ΣPn/ΣP0) x 100%
IA = 1.200/1.000 x 100%
IA = 120
Jadi harga pada 2011 mengalami inflasi dengan kenaikan harga barang 12 persen.
Soal 2
Diketahui pada tahun 2017 harga barang A yang diproduksi sebanyak 5 ton adalah Rp300, harga barang B yang diproduksi sebanyak 10 ton adalah Rp450, dan harga barang C yang diproduksi sebanyak 20 ton adalah Rp550.
Kemudian, pada tahun 2018 harga barang A, B, dan C yang diproduksi dengan jumlah yang sama dengan tahun sebelumnya berubah harga masing-masing menjadi Rp400, Rp580, dan Rp720.
Hitunglah indeks harga tahun 2018 berdasarkan penjabaran tersebut!
Jawaban:
Hitung total harga-harga barang pada tahun berjalan beserta faktor pembandingnya, sebagai berikut:
Nama Barang | Harga 2017 | Harga 2018 | Weight (W) | Pn X W | Po X W |
A | Rp300 | Rp400 | 5 | Rp2.000 | Rp1.500 |
B | Rp450 | Rp580 | 10 | Rp5.800 | Rp4.500 |
C | Rp550 | Rp720 | 20 | Rp14.400 | Rp11.000 |
Total (Σ) | Rp22.200 | Rp17.000 |
Masukkan total harga-harga tahun berjalan yang telah dihitung dengan faktor pembandingnya ke rumus agregatif sederhana:
IA = (ΣPn.W/ΣP0.W) x 100%
IA = 22.200/17.000 x 100%
IA = 129,4
Jadi harga pada 2018 mengalami inflasi dengan kenaikan harga barang 12,94 persen.
Soal 3
Diketahui pada tahun 2020 harga barang A yang diproduksi 20 unit adalah Rp100, barang B yang diproduksi sebanyak 40 unit adalah Rp250, dan barang C yang diproduksi sebanyak 60 unit adalah Rp300.
Kemudian, pada 2021 barang A diproduksi 45 unit dengan harga menjadi Rp300, barang B diproduksi 90 unit dengan harga Rp600, dan barang C diproduksi 115 unit menjadi Rp800. Hitunglah indeks harga tahun 2021 berdasarkan penjabaran tersebut!
Jawaban:
Hitung total harga-harga barang pada tahun berjalan beserta kuantitas tahun dasar, sebagai berikut:
Nama Barang | Harga Barang | Kuantitas | Pn x Qo | Po x Qo | ||
2020 | 2021 | 2020 | 2021 | |||
A | Rp100 | Rp300 | 20 | 45 | Rp6.000 | Rp2.000 |
B | Rp250 | Rp600 | 40 | 90 | Rp24.000 | Rp10.00 |
C | Rp300 | Rp800 | 60 | 115 | Rp48.000 | Rp18.00 |
Total (Σ) | Rp78.000 | Rp30.000 |
Masukkan total harga-harga barang yang sudah dikali dengan kuantitas tahun dasar ke dalam rumus Laspeyers:
IL = [Σ(Pn.Qo)/Σ(PoQo)] x 100%
IL = (78.000/Rp30.000) x 100%
IL = 260
Jadi harga pada 2021 mengalami inflasi dengan kenaikan harga barang 26 persen.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Dhita Koesno