tirto.id - Budaya kerja industri adalah salah satu aspek penting dalam dunia bisnis. Budaya kerja industri tidak hanya mencerminkan cara kerja suatu perusahaan.
Budaya kerja industri juga berperan dalam menanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur bagaimana pekerjaan dilakukan. Jenis budaya kerja industri secara umum terdiri dari lima.
Kelima jenis budaya industri yang dimaksud dikenal sebagai 5S, atau yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke. Jenis-jenis budaya industri tersebut berasal dari Jepang yang jika diterjemahkan menjadi 5R atau Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin.
Namun, sebelum mengenal lebih jauh mengenai jenis-jenis budaya kerja ada baiknya memahami dahulu pengertian budaya kerja menurut ahli.
Pengertian Budaya Kerja Industri
Budaya kerja industri merupakan pengetahuan dasar yang perlu dipahami oleh setiap orang yang terlibat industri. Budaya kerja industri juga mulai diajarkan kepada siswa sekolah menengah kejuruan (SMK).
Menurut Winarko dalam Dasar-Dasar Teknik Konstruksi dan Perumahan (2022), budaya kerja adalah teknik penataan serta pemeliharaan wilayah kerja yang diterapkan rutin di dunia kerja industri.
Budaya kerja bertujuan untuk menjaga ketertiban, efisiensi, serta disiplin setiap pihak yang terlibat kerja sehingga dapat memaksimalkan produktivitas perusahaan.
Budaya kerja industri merujuk pada keseluruhan pola perilaku, kebiasaan, dan nilai-nilai yang diterapkan dalam lingkungan kerja suatu perusahaan industri.
Budaya kerja memuat beberapa kesadaran dasar bagaimana cara karyawan berinteraksi, bagaimana tugas-tugas dikelola, serta bagaimana perusahaan menangani masalah dan perubahan.
Para ahli percaya bahwa budaya kerja dapat menjadi fondasi yang kuat untuk keberhasilan perusahaan. Artinya, jika budaya kerja diterapkan secara positif dan efisien, maka tercipta lingkungan kerja yang sehat, harmonis, dan aman.
Hal ini tentunya dapat meningkatkan produktivitas karyawan dan meningkatkan kesuksesan perusahaan.
Jenis Budaya Kerja Industri
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, budaya kerja yang paling sering diterapkan dalam industri adalah 5S. Konsep budaya kerja industri dari Jepang ini juga dikenal sebagai budaya kaizen.
Menurut Kementerian Keuangan (Kemenkeu), budaya kaizen adalah cara berpikir untuk selalu menuju perbaikan dan kemajuan dalam kehidupan, termasuk lingkungan pekerjaan.
Budaya ini telah diterapkan di Jepang dari generasi ke generasi dan diadaptasi dalam budaya industri kerja di seluruh dunia. Budaya kerja industri 5S di Barat juga dikenal dengan budaya 5S, yaitu Sort, Set in order, Shine, Standarize, dan Sustain.
Sementara, di Indonesia juga dikenal sebagai 5R atau Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin. Berikut penjelasan kelima jenis budaya kerja industri menurut Masaaki Imai dalam Budaya Kaizen (2008):
1. Ringkas (Seiri/Sort)
Budaya kerja ringkas mengacu pada pemisahan dan pemilahan barang-barang atau peralatan yang diperlukan dari yang tidak diperlukan.
Mengurangi barang-barang yang tidak dibutuhkan diperlukan untuk menghemat ruang dan meningkatkan efisiensi kerja perusahaan.
2. Rapi (Seiton/Set in order)
Rapi berkaitan dengan penataan barang-barang yang tersisa setelah pemilahan. Penataan yang baik membantu mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mencari dan mengambil barang yang dibutuhkan.
3. Resik (Seiso/Shine)
Budaya kerja resik menekankan pentingnya menjaga kebersihan dan ketertiban lingkungan kerja.
Menjaga kebersihan diperlukan agar perusahaan dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan menyenangkan bagi karyawan.
4. Rawat (Seiketsu/Standardize)
Budaya kerja rawat melibatkan pembuatan standar operasional yang konsisten. Pembuatan standar ini dilakukan untuk mempertahankan budaya kerja yang telah dibangun.
Budaya kerja ini membantu mencegah kembali ke kebiasaan lama dan memastikan konsistensi dalam pelaksanaan.
5. Rajin (Shitsuke/Sustain)
Terakhir, budaya kerja rajin menunjukkan pentingnya menjaga budaya kerja yang telah dibangun secara berkelanjutan.
Budaya kerja rajin melibatkan pelatihan karyawan dan pemantauan berkelanjutan untuk memastikan budaya kerja tetap berjalan secara produktif dan efektif.
Editor: Dhita Koesno