Menuju konten utama

Pengamat Eropa: Referendum Turki, Tidak Adil dan Tidak Bebas

Dua puluh orang pengamat Eropa dikirim untuk menjadi saksi hasil referendum Turki agar sesuai dengan standar. Para pengamat menilai hasil ini tidak adil.

Pengamat Eropa: Referendum Turki, Tidak Adil dan Tidak Bebas
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) dan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte. FOTO/ANP

tirto.id - Ketakutan para pemilih “Ya” dalam referendum Turki yang diberikan kepada presiden baru telah meningkat. Para pendukung presiden baru ini dianggap melakukan kecurangan. Pengamat Eropa, dikirim sebagai saksi untuk pemilihan ini mengkritik referendum sebagai sesuatu yang tidak adil dan tidak bebas.

Uni Eropa mengirim 20 saksi untuk memastikan referendum tersebut memenuhi standar Eropa. Salah satu delegesai pengamat Eropa, Stefan Schennach mendukung partai oposisi yang dengan serius mengutuk hasil pemilihan. Dalam akun Twitter pribadinya, Stefan menulis ia mengklaim hasil tersebut tidak adil.

“Hari kelima: kami pergi hari ini. Di bawah kondisi yang tidak bebas dan tidak adil ini, partai oposisi dan LSM cukup sukses,” demikian ia menulis, seperti dikutip dari Independent.

Masih terkait aksi protes soal hasil referendum, ia mengatakan setelah mereka [partai oposisi dan LSM] melakukan aksinya di Diyarbakır dan Mardin, mereka bertambah khawatir.

Partai oposisi mengatakan hasil pemilihan harus dibatalkan setelah mereka menuduh terjadi kecurangan dalam referendum pada Minggu (16/4/2017). Hasil referendum menyebutkan sebanyak 51 persen suara memilih perubahan konstitusi yang mencakup penghapusan kantor Perdana Menteri dan memungkinkan Presiden Recep Tayyip Erdogan tetap menjadi presiden sampai tahun 2029.

Lembaga media pemerintah Anadolu melaporkan jumlah pemilih melebihi 80 persen, dengan “Tidak” memenangkan kampanye 48.59 persen dari 99,97 persen suara yang telah dihitung.

Kepala Komisi Pemilihan Umum Turki, Sadi Güven mengatakan, suara “Ya” sempat menang, berdasarkan penghitungan tidak resmi. Sementara, penghitungan resmi akan disampaikan sekitar sepuluh hari lagi, setelah segala keberatan dipertimbangkan.

Sementara itu, dikutip dari Aljazeera, Presiden Recep Tayyip Erdogan telah menyambut kemenangannya dalam referendum untuk mengubah konstitusi Turki dan memberikan negara itu kekuasaan eksekutif baru.

“Kita telah diserang oleh negara-negara lain di dunia. Kalian telah melihat bagaimana Barat menyerang kita. Kita belum terpecah belah, kita sedang dalam perjalanan untuk bangkit [dengan sistem baru]. Kita memiliki banyak pekerjaan untuk dilakukan,” kata Erdogan di depan pendukungnya di Istanbul, pada Minggu (16/4/2017).

Sebagai pendukung Erdogan di Ankara, Perdana Menteri Binali Yildirim berterima kasih pada rakyat Turki atas hasil pemilihan tersebut dan keputusan mereka untuk kembali pada konstitusi.

“Kita semua adalah saudara dalam satu tubuh berdiri melawan penghianat. Terima kasih rakyat Turki, terima kasih bangsaku yang kudus telah memberikan suara “Ya” dalam pemilihan” kata Yildirim di markas Partai AK pemerintahan Ankara.

Atas hasil tersebut, Partai Rakyat Republik (CHP) sebagai partai oposisi mengadakan aksi protes dan menuntut dilakukan hitung ulang. Aksi protes terjadi di beberapa wilayah di Istanbul hingga pagi tadi untuk menentang hasil referendum.

Baca juga artikel terkait REFERENDUM TURKI atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Politik
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra