tirto.id - Peneliti Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), Yoga Adiwinarto, menilai pembangunan LRT Jakarta perlu dievaluasi kembali.
"Bisa jadikan ini hanya sebagai percontohan saja, dan dievaluasi apakah LRT merupakan pilihan yang tepat dan efisien untuk Jakarta atau tidak," Yoga saat dihubungi, Kamis (13/6/2019).
Yoga menilai pembangunan LRT Jakarta tidak seefisien MRT Jakarta. Salah satu faktornya, jalur yang dipilih untuk pembangunan tersebut.
"Menurut saya, rute LRT 6 kilometer jelas tidak akan seefisien MRT, apalagi rutenya hanya menghubungkan Kelapa Gading dengan Rawamangun, bukan tujuan akhir perjalanan," ungkap Yoga.
Menurut dia, jalur pendek LRT Jakarta yang ada saat ini belum mampu membuat LRT Jakarta menjadi transportasi yang berdiri sendiri atau tanpa terintegrasi.
LRT, kata dia, tidak mampu mengangkut masyarakat dalam jumlah yang banyak ke pusat kota, karena jalurnya yang terbatas di kawasan padat pemukiman.
"Kemungkinan orang yang tinggal di Kelapa Gading, terus kantor di Rawamangun kan gak banyak," kata dia.
Hal ini berbeda dengan MRT, karena terdapat warga yang rumahnya berada di Lebak Bulus, atau Fatmawati, tapi bekerja di wilayah Sudirman dan Thamrin.
LRT Jakarta saat ini tengah melakukan uji coba operasi yang kedua. Uji coba dilangsungkan sejak Selasa (11/6/2019) hingga Jumat (14/6/2019) mulai pukul 05.30 hingga 23.00 WIB.
Tarif LRT sekali perjalanan sebesar Rp5.000. Selang waktu antar kereta (headway) adalah 10 menit. Terdapat 5 stasiun yang digunakan sebagai akses naik atau turun penumpang, yakni Stasiun Boulevard Utara, Boulevard Selatan, Pulomas, Equestrian, dan Velodrome.
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Zakki Amali