tirto.id - Aktivitas selama Ramadan tak hanya ihwal ibadah puasa, atau ritual agama lainnya, tapi juga berbagai macam. Di salah satu threadKaskus, situsweb komunitas Indonesia, Ramadan identik dengan: hadirnya iklan sirup, munculnya pedagang Timun Suri, grup band yang bikin album religi, kalangan selebritas yang berubah penampilan lebih religius, hingga aplikasi-aplikasi digital yang berkelindan dengan ibadah.
Interactive Advertising Bureau (IAB) Singapore, dalam salah satu risetnya memaparkan terjadi kenaikan penetrasi penggunaan aplikasi mobile soal ibadah selama Ramadan. Di Indonesia, ada peningkatan penetrasi sebesar 7,4 persen penggunaan aplikasi yang berkorelasi dengan ibadah dibandingkan bulan-bulan lainnya. Sementara itu, di Malaysia peningkatannya ada di angka 9,83 persen.
Beberapa nama aplikasi yang mengalami peningkatan pengguna selama Ramadan ialah iQuran, yang di Indonesia jumlah penggunanya meningkat 21,86 persen. Ada pula aplikasi bernama Alarm Adzan Sholat dan Kiblat. Di Indonesia, aplikasi itu meningkat jumlah penggunanya hingga 22,72 persen. Namun, aplikasi berbau ibadah yang mengalami peningkatan paling tinggi ialah Muslim Pro. Aplikasi itu memperoleh peningkatan hingga 85,58 persen.
Segala tren aktivitas selama Ramadan terutama yang berbau digital meninggalkan jejak-jejak di mesin pencarian. Google Indonesia, dalam paparan berjudul “Tren dan Insight: Perilaku Digital Masyarakat Indonesia Selama Ramadan” memaparkan dalam tiga kali periode Ramadan, antara 2015, 2016, dan 2017, kata kunci “Al Quran” hanya sekali menduduki peringkat pertama pencarian di Google pada Ramadan 2016. Sedangkan pada 2015 dan 2017 kata kunci terbanyak justru berkorelasi dengan kepentingan tradisi mudik yaitu “Tiket Kereta Api”.
Data dari Google Trend menyebut, pencarian dengan kata kunci “Tiket Kereta Api” di Ramadan 2017 berada di titik tertinggi pencarian pada 13 Juni, awal pekan ke-4 Ramadan, alias jelang Lebaran.
Momen Ramadan di dunia internet identik dengan periode penuh pengeluaran bagi konsumen. Masih dalam paparan Google Indonesia, pencarian bertema “promo belanja” meningkat hingga 40 persen dibandingkan bulan-bulan lainnya. Promo-promo belanja yang dicari, secara berurutan, yakni: retail, travel, gawai, e-commerce, dan kartu kredit.
Apa yang diungkap Google, diperkuat oleh Criterio, firma pemasaran berbasis teknologi. Criterio, seperti diberitakan Arabian Business, mengungkap atas hasil analisisnya terhadap 100 perusahaan retail dan travel di negara-negara Timur Tengah, terjadi peningkatan hingga 18 persen penjualan online retail selama Ramadan. Criteo mengatakan soal penjualan ini akan jauh lebih meningkat di pekan ke-3 Ramadan.
Sebagaimana pencarian “Tiket Kereta Api”, Criterio pun menyebut bahwa bisnis travel memang berjaya selama Ramadan. Dua minggu jelang Lebaran, adalah saat paling sibuk orang-orang mengeluarkan uang untuk mencari tiket perjalanan ke kampung halaman atau liburan.
Selain aktivitas belanja, hal-hal terkait makanan unggul di internet selama Ramadan. Vrinda Singh, konsultan analisis Google, dalam tulisannya berjudul “Ramadan Series 2017: Part 1 Data Mining and Insight Generation” menyebut pencarian tentang resep makanan meningkat hingga 50 persen dibandingkan rata-rata tahunan. Pencarian tentang restoran dan menu berbuka tradisional pun meningkat, terutama pada pukul 6 hingga 8 malam, saat umat Muslim berbuka puasa.
Perilaku umat Muslim yang doyan berbelanja di Ramadan berbanding lurus dengan usaha para perusahaan meraup perhatian masyarakat.
Pada 2016, Adstensity, platform monitoring iklan, mencatat bahwa di Ramadan belanja iklan di 13 stasiun televisi Indonesia menembus Rp9,9 triliun. Pengiklan yang paling jor-joran, di tahun tersebut, merupakan Wall's, yang rela merogoh uang Rp266,5 miliar untuk mempopulerkan produknya.
Sebagai produsen makanan ringan, Wall's tak salah mengeluarkan duit banyak berpromosi. Dipacak dari Google Trend, kata kunci “Takjil” misalnya, meningkat di bulan Ramadan, terutama di awal kedatangan bulan suci tersebut.
Perubahan Pola
Ahmed Bahammam, dalam papernya berjudul “Assessment of Sleep Patterns, Daytime Sleepiness, and Chronotype During Ramadan in Fasting and Nonfasting Individual” (2005) mengatakan bahwa selama Ramadan, ada perubahan kapan orang tidur.
Di Arab Saudi, tempat Ahmed melakukan penelitian pada 130 orang partisipan, waktu tidur di Ramadan ada di jam 2 hingga jam 2.30 dini hari. Ini terjadi karena umat Muslim, harus melaksanakan ibadah khusus Ramadan, semisal Tarawih. Sementara itu, di luar Ramadan, orang-orang umumnya tidur pada jam 00.30.
Meskipun waktu mulai tidur lebih larut, dari hasil riset Ahmed, total waktu tidur sesungguhnya tidak berkurang. Di bulan selain Ramadan, durasi tidur responden ada di angka 6 jam. Sementara itu, di Ramadan meningkat menjadi 6,3 hingga 6,4 jam.
Pola tubuh yang berubah tersebut, berpengaruh pula pada pola-pola lainnya. Criteo mengatakan bahwa belanja online lebih aktif antara pukul 9 malam (selepas waktu berbuka dan Tarawih) hingga pukul 5 pagi (waktu sahur dan menunggu Subuh).
YouTube, platform media sosial berbasis video, pun mengalami perubahan pola. Selama Ramadan, lalu lintas tertinggi datang antara pukul 3-4 pagi. Selain itu, bila merujuk hasil pemaparan Google Indonesia, konsumsi video di YouTube meningkat hingga 40 persen selama Ramadan. Artinya aktivitas di internet lebih lama selama Ramadan.
Kondisi-kondisi demikian tentu saja dimanfaatkan oleh platform perdagangan berbasis daring untuk menyambut Ramadan. BukaLapak misalnya, mulai mempromosikan program cashback Rp500 ribu selama Ramadan. Shopee meluncurkan “Big Ramadhan Sale,” yang menawarkan diskon produk hingga 80 persen. Tokopedia yang memberikan cashback Rp75 ribu selama Ramadan.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra