tirto.id - Sebanyak 18 pendukung koalisi partai Aliança de Mudança para o Progresso (AMP) luka-luka dan dua truk terbakar diserang pendukung partai Frente Revolucionário de Timor-Leste (Fretilin) di Viqueque, Timor Leste, akhir pekan lalu.
Pada hari yang sama, pendukung Fretilin juga menyerang pendukung AMP di Baucau. Serangan di wilayah yang jauhnya sekitar 60 kilometer dari Viqueque itu dilaporkan melukai seorang anak berumur tiga tahun.
Tegang dan sedikit panas. Kira-kira begitu gambaran situasi kampanye pemilihan umum anggota parlemen (Pemilu) Timor Leste 2018.
Ketegangan-ketegangan itu bahkan telah terjadi jauh sebelum kampanye resmi dimulai pada 10 April 2018. Hal itu dapat diamati setidaknya dari saling lempar kecurigaan antar elit partai.
Pada 23 Maret 2018, ketua Partido de Libertação Popular (PLP) Taur Matan Ruak berencana menyelenggarakan kegiatan pra-kampanye di Watulari. Namun, laju partai yang bergabung dalam AMP disinyalir dihalang-halangi Fretilin.
"Hari ini, sejumlah orang mengatakan pada saya bahwa beberapa orang Watulari mencoba menghalangi perjalanan saya. Saya katakan kepada Anda, tidak satu pun orang di Timor Leste, bahkan Fretilin, bakal mampu menghentikan saya dan Xanana Gusmao bergerak," ujar Taur Matan Ruak.
Kay Rala Xanana Gusmao adalah pemimpin Conselho Nacional de Reconstrução de Timor (CNRT), partai pemilik kursi terbanyak dalam AMP. Sama halnya dengan Taur Matan Ruak, Gusmao merasa Fretilin menghalangi kampanye AMP di daerah perdesaan, wilayah yang mana Fretilin populer.
Nyatanya, pernyataan Gusmao dan Taur Matan Ruak ditanggapi dingin oleh petahana Perdana Menteri sekaligus Sekretaris Jenderal Fretilin, Mari Bin Amude Alkatiri. Dalam suatu pawai pra-kampanye Fretilin, Alkatiri mengatakan bahwa Gusmao dan Taur Matan Ruak tengah berusaha menjatuhkan pemerintahannya.
"Selama tujuh bulan terakhir, tangan rahasia oposisi [Xanana] bersembunyi. Sekarang dia kembali demi menuai kekuasaan—kita tidak boleh membiarkannya," ujar Alkatiri.
Xanana dan Alkatiri, Seteru Dua Kamerad
Ini memang bukan pemilu yang lazim di Timor Leste. Pemilu terakhir kali dilaksanakan pada Juli 2017, belum sampai setahun lalu. Saat itu, Fretilin keluar sebagai partai pemenang (23 kursi) disusul CNRT di urutan kedua (22 kursi).
Pada Pemilu Timor Leste 2012, CNRT keluar sebagai pemenang Pemilu dan berhasil memperoleh 30 kursi. Sedangkan Fretilin lolos di urutan kedua dengan 25 kursi.
Xanana pun didapuk sebagai perdana menteri. Lalu, agar kerusuhan akibat persaingan dua kubu pendukung pemimpin partai Alkatiri dan Gusmao tidak berulang, CNRT dan Fretilin sepakat membentuk pemerintahan "persatuan nasional".
Pada 2015, Gusmao mengundurkan diri dan menominasikan politisi Fretilin Rui Maria de Araújo sebagai perdana menteri.
Namun, "persatuan" itu tidak lagi terjadi pada 2017. Berkoalisi dengan Partido Democrático (PD) yang memeroleh 7 kursi, Fretilin membentuk pemerintahan. Bermodal total 30 kursi, koalisi itu menominasikan Francisco “Lú-Olo” Guterres sebagai presiden dan Mari Alkatiri sebagai perdana menteri. Sedangkan, CNRT membentuk koalisi oposisi dengan PLP (8 kursi) dan Partido Kmanek Haburas Unidade Nacional Timor Oan atau KHUNTO (5 kursi). Total kursi yang dimiliki koalisi oposisi ini sebanyak 35 kursi.
Jumlah kursi koalisi oposisi (35 kursi) lebih besar dari yang dimiliki koalisi pemerintah (30 kursi). Karena itu, pemerintah yang dibentuk Fretilin dan PD disebut pemerintah minoritas.
Lalu, hal yang tidak menguntungkan bagi pemerintah pun terjadi. Usulan anggaran program yang ia ajukan ditolak koalisi oposisi. Mau tak mau, pada Januari 2018, Presiden Timor Leste Francisco “Lú-Olo” Guterres membubarkan parlemen. Lalu, pada 7 Februari 2018, politikus Fretilin itu mengumumkan bahwa pemilu bakal digelar tanggal 12 Mei 2018.
Michael Leach, Guru Besar Ilmu Politik dan Hubungan Internasional Swinburne University of Technology, mengatakan bahwa AMP merupakan koalisi partai tangguh di Pemilu 2018 ini.
Kombinasi Xanana (CNRT) dan Taur Matan Ruak (PLP) adalah reuni kamerad pejuang kemerdekaan di jalur militer Timor Leste. Sebelumnya, PLP menentang kebijakan pembangunan gaya megaproyek ala CNRT. Partai itu menginginkan pemerintahan yang lebih memerhatikan pembangunan kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan, dan agrikultur.
Menurut Leach, perbedaan ini hanya sedikit pengaruhnya terhadap suara AMP nanti karena suara PLP berasal juga dari basis pemilih CNRT. Masuknya PLP ditengarai dapat menyeimbangkan kebijakan yang bakal dilancarkan CNRT. Pun jika AMP menang, ada kemungkinan koalisi itu menominasikan Taur Matan Ruak sebagai perdana menteri.
Selain bakal mampu menghimpun suara hasil Pemilu 2017, ia juga mungkin menerima dukungan dari koalisi Frente Desenvolvimento Democrático (FDD).
Empat partai FDD, yakni Partido Unidade Desenvolvimento Democrático (PUDD), Partido União Democrática Timorense (UDT), Frente Mudança (FM) and Partido Desenvolvimento Nacional (PDN) merupakan pecahan Fretilin. Pada Pemilu 2017, masing-masing partai hanya memperoleh suara kurang dari ambang batas parlemen (parliamentary threshold) yang sebesar empat persen. Namun jika dijumlahkan, total suara empat partai ini sebesar 6,4 persen.
Keberhasilan Xanana sebagai kepala negosiator perjanjian tapal batas laut dengan Australia akan turut pula memengaruhi perolehan suara AMP. Pada 6 Maret 2018 sore waktu New York, Pemerintah Timor Leste dan Australia menyepakati tapal batas laut terletak segaris tengah (median) jarak kedua negara. Keuntungan dari pengelolaan ladang migas Greater Sunrise—yang selama ini menjadi perkara—pun akan dibagi bersama, meskipun masih belum ditentukan lokasi pengolahan migas itu.
"Jika AMP menang, kami akan mendukung pembangunan ekonomi secepatnya dan membawa migas ke Timor Leste," ujar Xanana dalam suatu kampanye.
Meski demikian, Fretilin tidak bisa diremehkan. Fretilin mendulang dukungan dari PD. Partai ini juga didukung sejumlah tokoh dan institusi yang menyokong pemerintah minoritas. Ada sosok independen seperti José Ramos-Horta, juga politisi seperti Abilio Araujo yang pada 2017 menjadi pendukung PLP, kini kembali mendukung Fretilin. Gereja Katolik, menurut Leach, juga cenderung mendukung pemerintah minoritas.
Apabila AMP diidentikkan sebagai partainya para militer, para elit pendukung Alkatiri dipandang sebagai kelompok yang memerjuangkan kemerdekaan Timor Leste dari Indonesia lewat jalur diplomasi internasional.
Selain itu, pandangan masyarakat terhadap pemerintahan besutan Fretilin dan PD tidak begitu buruk.
Berdasarkan survei lembaga riset International Republican Institute (IRI) sebanyak 74 persen orang Timor Leste menyatakan bahwa pemerintah telah bekerja dengan baik. Sementara itu, sebanyak 72 persen orang Timor Leste menyatakan bahwa Timor-Leste akan "lebih baik" dalam beberapa tahun mendatang.
Hasil survei lembaga non-profit yang berkantor di Amerika Serikat itu menyatakan bahwa sejumlah besar responden menilai infrastruktur telah membaik sepanjang tahun: 79 persen untuk perawatan kesehatan, 78 persen untuk pendidikan, dan 71 persen untuk listrik.
"Pandangan optimistis dan antusias untuk demokrasi yang ditampilkan dalam jajak pendapat ini sangat menggembirakan," Direktur Regional IRI untuk Asia, Derek Luyten, sebagaimana dilansir The Diplomat.
“Menjelang pemilihan presiden yang akan datang, sangat penting bagi para pemimpin Timor-Leste untuk mendayagunakan ketulusan rakyat untuk mengatasi masalah-masalah yang paling krusial dan mengambil langkah-langkah untuk memastikan warga mendapat informasi yang baik tentang bagaimana dan kapan harus memberikan suara,” tambah Luyten.
Melampaui Politik Ketokohan
"Tiap orang di Timor Leste berbicara tentang diversifikasi ekonomi dan dan peduli dengan pertanian, tapi tak jelas apa yang bakal dilakukan elit partai."
Kalimat itu diucapkan peneliti independen asal Timor Leste, Guteriano Neves. Sebanyak 78 persen dari 1,38 miliar dolar total anggaran belanja pemerintah Timor Leste tahun 2017 dibiayai dari pemasukan negara sektor migas. Namun, produksi ladang migas Bayu-Undan yang selama ini sumber utama migas Timor Leste berangsur turun dan diperkirakan kering pada 2022.
Sementara itu, pada tahun 2014, Bank Dunia memperkirakan sekitar 41,8 persen populasi Timor Leste berada dalam kemiskinan. Menurut perkiraan yang sama, harapan hidup pada tahun 2016 hanya 68,88 tahun. Jumlah angka pengangguran sulit diperkirakan secara pasti, mengingat prevalensi orang yang bergantung pada pertanian subsisten dan bekerja di luar ekonomi yang dimonetisasi, secara umum tetap dianggap tinggi.
Avery Poole, asisten direktur Melbourne School of Government, menyebutkan lebih dari 60 persen penduduk Timor berusia di bawah 25 tahun, dan usia rata-rata sekitar 18 tahun. Menurut Poole, banyak anak muda merasa kehilangan haknya, dan partai politik tidak memperhatikan masalah yang tengah mereka hadapi.
Melihat kontestasi politik di Timor Lesta yang terbelah antara pendukung para sosok, kelompok-kelompok masyarakat sipil seperti Fundasaun Mahein dan La'o Hamutuk mendesak para kandidat untuk fokus pada isu-isu kebijakan ketimbang kepribadian dan politik partai.
Penulis: Husein Abdulsalam
Editor: Windu Jusuf