Menuju konten utama

Pemilih Muslim Jokowi Merosot: Faktor Ma'ruf Amin atau Hoaks Lawan?

Jokowi memiliki Ma'ruf Amin, didukung NU, mencetuskan hari santri, menggelar peringatan hari besar Islam di Istana Negara. Tapi mengapa elektabilitasnya di pemilih muslim turun?

Pemilih Muslim Jokowi Merosot: Faktor Ma'ruf Amin atau Hoaks Lawan?
Bakal Calon Wakil Presiden Ma'ruf Amin melambaikan tangan usai mengikuti rapat perdana dengan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf di Jakarta, Senin (17/8/2018). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

tirto.id - Kendati sudah melakukan sejumlah upaya untuk menepis berbagai sentimen negatif bernuansa agama dari lawan politiknya, elektabilitas capres nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) di kalangan pemilih muslim belum tampak menggembirakan. Survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukkan prosentase suara pemilih muslim Jokowi-Ma’ruf cenderung menurun.

Pada survei Agustus 2018 Jokowi-Ma’ruf mengantongi prosentase suara pemilih muslim sebesar 52,7 persen. Namun pada survei Januari 2019 jumlahnya menjadi 49,5 persen. Sebaliknya, pemilih muslim Prabowo-Sandi untuk survei pada waktu serupa malah naik dari 27, 9 persen menjadi 35,4 persen.

Dimana masalahnya? Mengapa Jokowi yang memiliki cawapres berlatar belakang ulama, didukung ormas NU, partai berbasis pemilih muslim seperti PBB, PPP, PKB; dan gencar melakukan kegiataan keagamaan di istana negara justru tampak kewalahan menggarap pemilih muslim?

Peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby mengatakan pemilih muslim memang menjadi sasaran kampanye Jokowi-Ma’ruf maupun Prabowo-Sandiaga. Namun kampanye yang dilakukan Prabowo-Sandiaga dan kubunya dalam lima bulan terakhir lebih efektif menggerus suara pemilih muslim Jokowi-Ma’ruf.

"Di Jokowi-Ma'ruf mengapa turun di pemilih muslim, ini juga karena akibat dari kampanye atau framing isu yang muncul ke publik bahwa pasangan petahana tidak terlalu ramah terhadap Islam," kata Adjie saat merilis hasil survei di kantornya pada Kamis 7 Februari 2019.

Lantas mengapa pemilih muslim Prabowo-Sandiaga malah meningkat? Adjie mengatakan ini lantaran kuatnya sentimen Islam kepada Prabowo. Selain mendapat dukungan alumni 212 dan tokoh FPI Rizieq Shihab, mantan Danjen Kopassus itu juga dipersepsikan dekat dengan Islam.

"Di sisi lain misalnya sentimen Islam dikaitkan pada pasangan 02 sehingga memang terjadi kenaikan di pasangan Prabowo-Sandi dan ada penurunan dipasangan Jokowi-Ma'ruf," kata Adjie.

Ketidakmampuan Ma’ruf?

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Adi Prayitno memandang survei LSI Denny JA menggambarkan efektifitas kampanye antara dua cawapres yakni Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno. Menurut Adi kampanye Sandi relatif efektif karena dilakukan di berbagai lapis masyarakat. Ia menemui kalangan pesantren, anak-anak muda, pedagang di pasar, hingga korban bencana.

Hal ini berbeda dengan kampanye Ma’ruf yang relatif terpusat di kalangan pesantren. "Ini lah yang secara perlahan menambah suara Prabowo itu meski tidak terlampau signifikan,” kata Adi.

“KH Maruf ini hanya mengunjungi kelompok Islam yang selama ini cukup dekat dengan dirinya tetapi tidak mencoba menyasar kelompok-kelompok lain."

Adi memandang Ma'ruf belum mampu merebut suara di basis lawan. Contohnya sebagai ulama dan politikus ia gagal merangkul kelompok massa 212 yang doyan berdemo di seberang Istana Negara Jakarta.

Selain itu, pemilih Islam yang tak seragam juga menjadi alasan mengapa peran Ma’ruf tak signifikan. Adi mengatakan di luar NU banyak kelompok-kelompok Islam yang juga mesti dirangkul. Ia mencontohkan Nadhlatul Wathan di NTB maupun Muhammadiyah.

"Menurut saya terlalu menyederhanakan persoalan Kiai Ma’ruf yang dianggap mewakili umat Islam ini akan menyapu bersih kelompok Islam, enggak gitu juga. Bahkan banyak NU juga tidak memilih KH Ma'ruf," kata Adi.

Ferdinand Hutahaean, anggota Divisi Hukum dan Advokasi BPN Prabowo-Sandiaga memandang survei LSI membuktikan kegagalan Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi.

"Bukan menambah malah menurunkan suara. Ditambah lagi blunder terhadap Abu Bakar Baasyir, semakin menjauhkan pemilih Islam dari Jokowi," kata Ferdinand saat dihubungi wartawan Tirto, Jumat (8/2/2019) sore.

Politikus Partai Demokrat itu optimistis, turunnya elektabilitas Jokowi-Maruf di pemilih muslim berdampak positif pada Prabowo-Sandi. Ia yakin pemilih muslim akan mencoblos Prabowo-Sandiaga di hari pencoblosan.

Serangan Hoaks?

Ahmaf Rofiq, Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf menilai elektabilitas yang cenderung merosot di kalangan pemilih muslim bukan lantaran faktor Ma'ruf atau agresifitas kampanye Sandiaga. Tapi lantaran ia merasa Jokowi banyak diserang hoaks oleh lawan politiknya.

"Faktor yang paling mempengaruhi adalah hoaks-hoaks yang selalu menyebar kebencian kepada Pak Jokowi padahal beliau sangat konsen terhadap kemajuan umat Islam," jelas Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Ahmad Rofiq kepada Tirto.

Meski begitu, Rofiq mengklaim kubunya tak takut dengan masih banyaknya hoaks yang menggerus suara Jokowi di pemiih Islam. Pria yang juga Sekjen Perindo ini mengatakan Jokowi dan Ma'ruf Amin terus mendekatkan diri dan menjadi bagian dari simpul-simpul umat Islam.

"Jadi, menurut saya pada saatnya akan kembali masyarakat tak meragukan keberpihakan Pak Jokowi terhadap unat Islam," ucapnya.

Rofiq menilai Ma'ruf punya peran mengerek suara pemilih Islam untuk Jokowi. Ini karena menurutnya Ma'ruf Amin adalah sosok yang dihormati oleh umat Islam Indonesia sehingga otomatis akan menaikkan suara umat Islam untuk Jokowi.

Ia pun merasa yakin, di sisa waktu dua bulan ini Jokowi-Ma'ruf bisa meyakinkan masyarakat khususnya umat Islam untuk memilih mereka. "Saya kira masyarakat rasional pasti akan berikan pilihan terbaik," katanya.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Jay Akbar