tirto.id - Pemerintah mengajukan penyesuaian asumsi dasar ekonomi makro 2022 kepada Badan Anggaran DPR RI. Penyesuaian ini dilakukan merespons kondisi ekonomi global serta kenaikan harga komoditas tengah bergejolak.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, outlook pertumbuhan ekonomi pada tahun ini akan berada dikisaran 4,8 persen sampai dengan 5,5 persen. Sementara pertumbuhan ditetapkan APBN sebelumnya sebesar 5,2 persen.
"Kalau kita lihat dari sisi outlook-nya, maka kita lihat bahwa pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan mengalami tekanan karena tadi kenaikan inflasi dan suku bunga," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama dengan Badan Anggaran DPR RI, Kamis (19/5/2022).
Selain pertumbuhan ekonomi, inflasi tahun ini juga disesuaikan sampai dengan 4,0 persen. Angka inflasi ini lebih tinggi dari ditetapkan APBN 2022 sebesar 3 persen plus minus 1 persen.
"Dia mungkin akan lebih cenderung di dekat 4 persen, sekarang ada di 3,47 secara year on year," kata Sri Mulyani menambahkan.
Selanjutnya untuk tingkat suku bunga SUN 10 tahun outlook-nya pada tahun ini dipatok hingga 8,42 persen, dari sebelumnya ditetapkan APBN 6,8 persen. Penyesuaian ke atas ini mempertimbangkan realisasi sampai April sudah terjadi kenaikan di atas 7 persen.
“Kenaikan kemarin mencapai lebih dari 100 basis poin dari posisi year to date-nya," ujarnya.
Bendahara Negara ini menambahkan, untuk nilai tukar rupiah outlook-nya berada di kisaran Rp14.700 per dolar AS, lebih tinggi dari sebelumnya tercatat Rp14.350 per dolar AS.
Kemudian untuk ICP berada dikisaran 95-105 dolar AS per barel, dari sebelumnya hanya 63 dolar AS per barel. Dan untuk lifting minyak dan gas justru berada di bawah apa yang diasumsikan APBN, yakni masing-masing di kisaran 635-703 ribu barel per hari dan 956-1.036 ribu barel per hari.
"Postur dari APBN kita dengan perubahan terjadi ini tentu akan menyebabkan perubahan sangat besar," pungkasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz