tirto.id - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Letjen Doni Monardo mengatakan, sekitar 1,3 juta alat pelindung diri sudah terdistribusi ke berbagai daerah di Indonesia.
"Untuk APD sudah terdistribusi sampai dengan hari kemarin itu sebanyak 1.305.800 unit," kata Doni usai rapat bersama Presiden Jokowi dan jajaran via teleconference, Senin (27/4/2020).
Pemerintah juga mulai mendistribusikan reagen yang diperoleh dari luar negeri meski reagen baru bisa diambil oleh daerah di Pulau Jawa.
Selain itu pemerintah sudah merampungkan alat PCR lokal dan ventilator lokal. Ventilator lokal buatan BPPT, perguruan tinggi dan swasta kini tengah menjalani proses uji klinis. Ia mengatakan ventilator tersebut segera digunakan setelah izin edar dikeluarkan Kementerian Kesehatan.
"Ventilator tersebut apabila telah memenuhi standar akan diterbitkan izin edar dari kementerian kesehatan," kata Doni.
Selain itu, pemerintah juga memproduksi rapid test lokal untuk mencegah ketergantungan dengan luar negeri. Selain itu, Presiden Jokowi juga menerima laporan PCR lokal sudah hampir selesai meski ada masalah di reagen.
"Bapak Menristek juga melaporkan kepada bapak presiden bahwa Biofarma dan BPPT telah merampungkan program test kit PCR sedangkan reagennya masih tetap impor," kata Doni.
Doni juga menyampaikan kalau pemerintah tengah membangun serum untuk COVID-19. Saat ini masih dalam tahap pengerjaan."Sedangkan vaksin masih dalm waktu yang sangat lama," imbuhnya.
Di luar itu, Doni mengingatkan soal korban COVID-19 yang mayoritasnya merupakan laki-laki dengan persentase di atas 50 persen. Sementara pneumia, kata dia, menjadi persentase tertinggi penyebab pasien COVID-19 meninggal.
Lantaran itu lah, Doni mengajak masyarakat untuk menjaga lansia dan penderita penyakit penyerta agar tidak terserang COVID-19.
Jenderal bintang 3 ini pun meminta seluruh elemen masyarakat peduli dengan COVID-19 dan tidak menganggap enteng wabah. Ia mengaitkan dengan wabah Kolera di beberapa negara yang terus berulang beberapa ratus tahun lalu dengan COVID-19.
"Jangan lah membiarkan masyarakat kita berada pada satu titik, di mana satu sama lainnya saling berdekatan. Karena potensinya akan bisa menimbulkan seseorang itu terpapar, terinfeksi lantas mengalami sakit ringan, sedang, dan akhirnya kritis dan hal ini dapat menimbulkan kematian," tandasnya.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Hendra Friana