Menuju konten utama

Pembunuhan Bianca Devins dan Kritik Terhadap Penyebaran Foto Korban

Foto korban beredar luas di forum-forum internet.

Pembunuhan Bianca Devins dan Kritik Terhadap Penyebaran Foto Korban
Ilustrasi pembunuhan. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Pada Minggu (14/7/2019) lalu, kasus tragis menimpa Bianca Devins, remaja perempuan berusia 17 tahun asal Utika, New York, Amerika Serikat. Sosok yang juga dikenal sebagai selebgram tersebut tewas dibunuh oleh pria yang diduga kekasihnya, Brandon Clark.

Devins selama ini dikenal sebagai seorang e-girl: remaja perempuan yang menggunakan media sosial seperti TikTok, Instagram dan Tumblr untuk mengunggah konten tentang anime dan video games yang dikombinasikan dengan aestetik emo.

Di Instagram, ia memiliki akun dengan username @escty. Semula jumlah follower-nya “hanya” 6.000-an, tapi sejak kabar kematiannya mencuat, jumlah itu melonjak jadi 100 ribu lebih. Devins juga sering mengunjungi server Discord yang merupakan platform percakapan untuk gamer, serta aktif di forum anonim 4chan.

Devins baru saja menyelesaikan pendidikan di jenjang SMA. Bahkan pada musim gugur mendatang, ia akan mulai memasuki masa studi kuliah di Mohawk Valley Community College yang juga berlokasi di Utica. Di sana ia berencana mengambil program pendidikan jurusan Psikologi. Dalam pernyataan yang dilansir Rolling Stone, keluarga Devins mengatakan bahwa remaja itu juga dikenal berbakat dalam bidang seni.

“Dia adalah seniman yang berbakat, seorang kakak yang penuh kasih, anak perempuan, dan sepupu, dan seorang gadis muda yang hebat, kenapa diambil dari kami terlalu cepat. Kini dia tengah melihat ke arah kami, ketika dia telah bergabung dengan kucingnya, Belle, di surga."

Perkenalan Bianca dengan Clark, yang tinggal di Bridgeport, New York, berjarak satu jam dari kediaman korban, baru terjadi dua bulan lalu melalui Instagram. Setelah berkomunikasi selama beberapa pekan, hubungan mereka berlanjut menjadi sepasang kekasih. Satu malam sebelum pembunuhan, Bianca dan Clark menghadiri konser seorang musisi Kanada, Nicole Dollenganger. Momen inilah pemicu kemarahan Clark.

Menurut Chels, teman dekat Bianca, malam itu Clark kesal karena ia mendapati ada pesan cukup mesra dari seorang pria di akun Discord pacarnya tersebut. Merasa takut, Bianca lantas pergi meninggalkan Clark, lalu melanjutkan menonton konser dengan pria lain yang sebetulnya teman mereka. Sepulangnya dari sana keduanya terlibat pertengkaran hebat di dalam mobil yang berujung tewasnya Bianca. Dari foto yang beredar, leher korban bahkan nyaris putus.

Setelah kekasihnya tewas, gilanya lagi Clark sempat mengunggah foto-foto korban serta kisah mereka ke Discord dan 4chan, dengan sejumput keterangan: “Maaf, kamu harus mencari orang lain untuk mengorbit." Mengorbit adalah istilah yang lazim digunakan di forum tersebut untuk menggambarkan pria yang bersembunyi di akun media sosial perempuan agar dapat berhubungan seks dengan mereka.

Tak hanya di kedua forum tadi, Clark turut pula mengunggah pula sebuah Instastory di akun pribadinya yang diberi username: @yesjuliet--akun kini telah dihapus. Dalam unggahan yang memperlihatkan jalanan lengang tersebut, ia menambahkan keterangan: “Tibalah di neraka. Ini penebusan, kan?”. Sementara foto Devins pun juga sempat ia unggah di feed akunnya dengan caption: “Maafkan aku, Bianca.”

Bersamaan dengan itu, Clark menghubungi 911 sembari menceritakan seluruh kejadiannya, termasuk bagaimana ketika itu ia hendak bunuh diri. Sekitar dua jam berselang, pihak kepolisian akhirnya berhasil menemukan Clark di pinggir jalan dalam keadaan sekarat karena menusuk lehernya sendiri. Kini ia telah dibawa di rumah sakit dan didakwa dengan kasus pembunuhan tingkat dua.

Menyalahkan Korban

Tak sedikit warganet yang menyebut bahwa Clark sejatinya bukanlah pacar Bianca, melainkan seorang stalker yang telah sejak lama menguntit korban hingga akhirnya mereka bertemu di konser Nicole Dollenganger pada malam pembunuhan. Ketika mereka pulang bersama, Clark mengamuk karena ia merasa tak terima ajakannya berhubungan seksual ditolak Devins.

Terkait hal tersebut, beberapa akun anonim di berbagai forum anonim seperti 4chan membuat utas dan melengkapinya dengan foto-foto mayat Devins serta cuplikan gambar dari Instastory Clark. Kebanyakan dari mereka mengolok-olok Devins dan menyalahkannya karena selama ini telah menggoda banyak fans prianya secara online. Mereka turut merujuk kasus penembakan massal di Santa Barbara pada 2014 yang dilakukan oleh Elliot Rodger, anak sutradara Hollywood, Peter Rodger.

Motif Rodger melakukan penembakan yang menewaskan tujuh orang--termasuk pelaku yang bunuh diri usai beraksi--dan melukai 13 lainnya dasari oleh rasa frustasi karena hingga usia 22 tahun, anak sutradara Hunger Games tersebut tidak pernah mendapatkan respons dari beberapa perempuan yang disukainya.

Hal lain yang turut menjadi masalah serius dari kasus tewasnya Bianca adalah bagaimana gagapnya Instagram dalam memberangus akun-akun yang menyebarkan foto mayat korban.

Infografik Pembunuhan Bianca Devins

Infografik Pembunuhan Bianca Devins. tirto.id/Fuadi

Sebagaimana telah diketahui, foto mayat Bianca yang begitu eksplisit pertama kali diunggah oleh akun @yesjuliet milik Clark. Tak lama kemudian, akun ini ditutup Instagram karena dianggap telah melanggar aturan komunitas. Namun demikian, foto tersebut terus-menerus viral dan secara ironis digunakan oleh akun-akun baru untuk menggaet follower. Mereka menjanjikan akan mengirim foto ke akun yang tertarik melalui DM (Direct Message) jika akun tersebut mengikuti mereka.

Mereka yang memiliki kesadaran mengenai betapa eksplisitnya foto Devins dengan segera melaporkan akun-akun penyebar foto tersebut. Hanya saja, meski akun yang dilaporkan telah ditutup, ada banyak akun lain yang masih mengedarkannya. Instagram dianggap tidak dapat mengatasi fenomena yang tak ubahnya seperti permainan Whack-a-Mole ini--sejenis permainan pukul kodok, di mana di tiap lubang akan muncul kodok lain setiap satu kodok dipukul.

Lauren MacMillan, warganet berusia 19 tahun, yang turut melaporkan akun-akun terkait bahkan sempat mendapat pesan pemberitahuan langsung dari Instagram bahwa foto Devins yang ia report dianggap tidak menyalahi aturan platform tersebut.

“Saya kira jika saya melaporkan maka foto itu akan segera dihapus, namun betapa terkejutnya saya setelah tahu foto-foto tersebut masih ada keesokan paginya. Ada banyak anak kecil di Instagram dan mereka jelas tidak boleh melihat foto tersebut karena dapat merusak mental. Tidak ada satu orang pun yang semestinya diperlakukan dengan tidak senonoh seperti itu.”

Dilansir Rolling Stone, viralnya foto Devins tersebut juga sampai membuat ibu tiri Devins membuat status di Facebook yang isinya mengecam dan meminta agar orang-orang berhenti menyebarkannya:

“Foto itu akan bertahan SELAMANYA dalam diri saya ketika saya mengingatnya. Ketika saya menutup mata, foto itu menghantui saya. Bagaimana jika kita mempertimbangkan apa yang akan dialami ibunya, kakak, saudara-saudari tirinya, ibu dan ayah tirinya, kakeknya, bibinya, pamannya, sepupu, dan juga teman-temannya. Bagaimana jika kita berempati untuknya!!!”

Begitu mudahnya konten kekerasan menjadi viral memang masih menjadi salah satu tugas besar bagi banyak platform dan forum-forum internet lain. Masih segar di ingatan bagaimana masifnya persebaran video rekaman penembakan di masjid yang terjadi di Selandia Baru pada Maret 2019 lalu. Bahkan, kendatipun konten semacam itu dapat dihapus, media sosial dan forum lain seperti 4chan atau Reddit, misalnya, juga tak mampu membendung ujaran kebencian dari para pengguna.

Baca juga artikel terkait KASUS PEMBUNUHAN atau tulisan lainnya dari Eddward S Kennedy

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Eddward S Kennedy
Editor: Nuran Wibisono