Menuju konten utama
Byte

Pelan tapi Pasti, Huawei Melawan Hegemoni Android dan iOS

Lewat HarmonyOS, Huawei menantang dua sistem operasi raksasa. Namun ia membutuhkan perubahan besar dari segi geopolitik untuk bisa mewujudkan banyak hal.

Pelan tapi Pasti, Huawei Melawan Hegemoni Android dan iOS
Ilustrasi logo Huawei. FOTO/iStock

tirto.id - Dominasi Android dan iOS di lanskap sistem operasi ponsel pintar sulit tersaingi. Per November 2024, menurut catatan StatCounter, pangsa pasar Android mencapai 71,77 persen, sementara iOS 27,77 persen. Artinya, hampir tidak ada lagi ruang untuk pemain lain di arena ini. Bahkan, kedua sistem operasi ini telah menjadi hegemon dalam dunia ponsel pintar.

Android dan iOS telah membentuk persepsi sekaligus ekspektasi masyarakat akan ponsel pintar. Apa yang mereka berdua tawarkan seakan "kenormalan", dan pada akhirnya ada banyak hal yang terbentuk seperti pengembangan aplikasi serta kebiasaan para pengguna. Namun, ada beberapa tempat di dunia ini, di mana hegemoni Android dan iOS tidak berlaku. Salah satunya di Tiongkok.

Dari Negeri Tirai Bambu, lahirlah sebuah sistem operasi bernama HarmonyOS Next yang dikembangkan oleh Huawei. Sistem operasi ini berawal dari kebutuhan yang timbul akibat situasi geopolitik, lalu berkembang menjadi imajinasi besar yang jauh melampaui ponsel pintar. Bagi Huawei, HarmonyOS Next adalah cara untuk tak cuma bertahan di tengah embargo, tetapi juga melawan hegemoni Android dan iOS secara perlahan.

Muasal Geopolitik HarmonyOS

Mulanya, keterlibatan Huawei di arena ponsel pintar tak bisa dilepaskan dari Google dan Android. Sistem operasi inilah yang digunakan oleh Huawei sejak 2009 seiring dengan diluncurkannya Huawei seri U8220. Namun, sepuluh tahun berselang, terjadilah embargo tersebut.

Di tengah tingginya tensi politik dengan Tiongkok, Amerika Serikat menuding ponsel pintar Huawei dilengkapi perangkat untuk memata-matai warga negaranya. Tudingan ini sebetulnya tak pernah benar-benar bisa dibuktikan. Akan tetapi, mengingat kedekatan Huawei dengan pemerintah Tiongkok, AS tak mau ambil risiko.

Pada 2019, mereka resmi menjatuhkan embargo sehingga Huawei tidak bisa lagi mengakses Google Mobile Services (GMS). Dengan kata lain, Huawei tidak bisa lagi secara resmi menggunakan Android sebagai sistem operasi.

Konsekuensinya, perangkat-perangkat Huawei di luar Tiongkok tak bisa lagi mengakses berbagai layanan Google seperti PlayStore, Gmail, Google Mail, serta YouTube. Pincangnya ponsel pintar Huawei jelas merupakan persoalan besar, karena praktis tanpa layanan Google, fungsi esensial dari perangkat tersebut menjadi hilang.

Inilah yang kemudian membuat Huawei memutuskan untuk menciptakan sistem operasinya sendiri yang bernama HarmonyOS. Sistem operasi ini sebenarnya masih berbasis Android karena dibangun berdasarkan Android Open Source Project (AOSP). Namun, penggunaan AOSP tidak berarti layanan-layanan Google tadi lantas jadi bisa diakses. Huawei mesti merancang semuanya dari nol kendati platform dasarnya berasal dari Google.

Pada Desember 2024 ini, seiring dengan peluncuran Huawei Mate 70, sebuah pengumuman besar disampaikan oleh Huawei. Mereka menyatakan Mate 70 akan menjadi ponsel Huawei terakhir yang menggunakan HarmonyOS. Setelah ini, Huawei akan benar-benar memutus hubungan dengan Google dan Android.

Setelah mengembangkan HarmonyOS selama lima tahun di platform AOSP, Huawei resmi meluncurkan HarmonyOS Next, sebuah sistem operasi yang benar-benar bebas dari "pengaruh asing".

Kantor pusat Huawei

Kantor pusat perusahaan Huawei Technologies di gedung pencakar langit gedung perkantoran modern di kawasan bisnis Vilnius, Lithuania. FOTO/iStockphoto

HarmonyOS vs Android dan iOS

Perbedaan utama antara HarmonyOS dengan Android dan iOS ada pada pendekatan besarnya. HarmonyOS dirancang dengan ide besar sebagai "super device". Artinya, sistem operasi ini didesain untuk menjalin interkonektivitas semulus mungkin antara perangkat Huawei yang satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, HarmonyOS dibangun di atas prinsip Internet of Things (IoT).

Sebenarnya, Android dan iOS pun menempuh jalan yang sama. Akan tetapi, ada keterbatasan yang dihadapi kedua sistem operasi. Biasanya, Android terkendala pada perbedaan antara satu produsen dengan yang lainnya. Sementara keterbatasan iOS terletak pada eksklusivitasnya, perangkat-perangkat Apple hanya bisa berinteraksi dengan sesamanya.

Huawei dengan HarmonyOS mengambil jalur yang jauh lebih inklusif. Ya, prioritas utama interkonektivitas tentu saja diperuntukkan bagi ekosistem perangkat Huawei itu sendiri. Akan tetapi, Huawei akan bisa berinteraksi dengan perangkat dengan sistem operasi berbeda sehingga jangkauan IoT-nya pun menjadi lebih luas.

Seluas apakah jangkauan IoT HarmonyOS? Jawabannya adalah sangat luas karena sistem operasi ini tidak hanya bisa digunakan di perangkat-perangkat standar seperti ponsel pintar, tablet, jam tangan pintar, atau televisi pintar, tetapi juga sistem hiburan mobil, perangkat-perangkat IoT, bahkan peralatan serta mesin-mesin industri. Ini menunjukkan bahwa ketika merancang HarmonyOS, para insinyur Huawei tidak cuma melihat gawai sebagai tujuan akhir, melainkan seluruh perangkat yang ada di dunia.

Akan tetapi, HarmonyOS tentu bukan tak memiliki kelemahan. Sistem operasi ini peredarannya sangat terbatas jika dibandingkan Android dan iOS, maka itu aplikasi yang bisa digunakan pun tidak terlalu banyak.

Di saat ada jutaan aplikasi untuk Android dan iOS, HarmonyOS hanya memiliki kurang lebih 15.000 aplikasi yang utamanya ditujukan untuk warga Tiongkok. Untuk mengatasi hal ini, Huawei telah bekerja sama dengan berbagai pihak ketiga seperti JD.com, Tencent, dan Meituan.

Jauh Lebih Besar dari Ponsel Pintar

Sebelumnya sudah disinggung bagaimana Huawei mengembangkan HarmonyOS tidak hanya untuk ponsel pintar tetapi juga berbagai perangkat lainnya. Lantas, seperti apa IoT bekerja lewat sistem operasi HarmonyOS?

Di sektor otomotif, ada beberapa sistem yang dikembangkan oleh Huawei seperti HarmonySpace, HarmonyOS Cockpit, dan HiCar Masing-masing memiliki fungsi berbeda. HarmonySpace memungkinkan pengguna menghubungkan ponsel pintar atau tablet mereka ke sistem hiburan mobil, HarmonyOS Cockpit adalah sistem tampilan berbasis augmented reality (AR) khusus untuk mobil listrik serta mobil swakemudi, sementara HiCar merupakan sistem yang memungkinkan pengguna mengecek kondisi mobil serta mengakses sistem hiburan.

Huawei saat ini telah menjalin kerja sama dengan lebih dari 30 pabrikan mobil. Tak cuma pabrikan-pabrikan Tiongkok macam BYD, GAC, dan BAIC yang menggunakan sistem milik Huawei, tetapi juga Audi yang berasal dari Jerman.

Di bidang otomotif, Huawei menjalin kerja sama lewat tiga cara, yaitu sebagai penyuplai komponen, menyediakan sistem teknologi Huawei Inside, serta mengontrol penuh desain, pemasaran, serta penjualan mobil berbasis Huawei Inside tadi.

Berikutnya, ada sektor teknologi kesehatan dan wearable. Pengembangan jam tangan pintar serta pelacak kebugaran (fitness tracker) tak luput pula dari jangkauan Huawei. Langkah ini sangat masuk akal mengingat penggunaan tekonologi semacam ini sedang sangat populer.

huawei mate 20

Huawei mate 20. FOTO/consumer.huawei.com

Perangkat Huawei yang berbasis HarmonyOS pun tidak kalah dengan perangkat berbasis Android atau iOS, mereka bisa memonitor kondisi jantung, memantau kadar saturasi oksigen (SpO2), menganalisis pola tidur, serta mendeteksi stres. Semua perangkat ini bisa diintegrasikan dengan mudah ke ponsel pintar.

Kemudian, ada pasar rumah pintar yang juga menjadi bagian dari target besar Huawei. Pada dasarnya, tujuan utama dari sini adalah “Huawei-isasi” rumah-rumah yang ada di Tiongkok.

Dengan menyediakan perabotan seperti kulkas pintar dan sistem pencahayaan yang juga berbasis HarmonyOS, pengguna sangat dimudahkan. Salah satu contoh kemudahan itu adalah, ketika seseorang memiliki kulkas pintar Huawei, kulkas tersebut bisa merekomendasikan resep berdasarkan apa yang ada di dalamnya. Si kulkas kemudian "memerintahkan" oven pintar untuk memanaskan diri sesuai kebutuhan resep.

Terakhir, di sektor industri, Huawei memiliki dua layanan utama, yaitu di bidang riset dan pengembangan serta suplai dan produksi. Pada dasarnya, Huawei menawarkan teknologi-teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), cloud computing, dan 5G untuk mendesain produk, mengelola rantai pasok, serta menjalankan proses produksi secara lebih efisien. Selain piranti keras, HarmonyOS juga menjadi tulang punggung dari operasi ini.

Tantangan Besar untuk Huawei

Apa yang dilakukan Huawei terbilang impresif. Namun, apakah mereka nantinya bakal mampu mendongkel hegemoni Android dan iOS di pasar internasional, itu adalah pertanyaan yang sebenarnya. Huawei sudah sukses besar di tanah airnya, tetapi membawa kesuksesan itu ke lingkup yang lebih besar memunculkan tantangan tersendiri.

Ketidaktersediaan layanan-layanan Google seperti Gmail, YouTube, dan Google Maps adalah masalah besar karena pelantar-pelantar tersebut sudah jadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia modern.

Huawei memang memiliki alternatifnya. Namun, apabila jumlah penggunanya di luar Tiongkok masih terbatas, aplikasi-aplikasi bikinan Huawei tidak akan ada gunanya, kecuali mungkin aplikasi seperti Petal Maps.

Android dan iOS, meskipun rival, pada dasarnya tidak mengalami kesulitan komunikasi. Contohnya, kedua sistem operasi sama-sama bisa menjalankan aplikasi milik Meta sehingga, lewat WhatsApp atau Instagram, seorang pengguna Android bisa mengontak pengguna iPhone tanpa masalah.

Persoalan inilah yang dihadapi Huawei di lingkup global karena aplikasi-aplikasi yang bisa digunakan orang non-Tiongkok adalah aplikasi-aplikasi yang tidak bisa diakses Huawei selaku perusahaan asal Tiongkok.

Artinya, Huawei mesti menciptakan ekosistem yang sangat besar dan populer terlebih dahulu untuk bisa mendongkel hegemoni Android dan iOS. Tentu saja ini bukan urusan gampang, karena selain faktor kebiasaan ada pula masalah citra yang dihadapi Huawei.

Meski belum terbukti kebenarannya, tuduhan AS yang menyebut Huawei sebagai perangkat mata-mata Tiongkok cukup menyakiti jenama satu ini. Ada keraguan yang bakal membuat banyak orang enggan beralih ke ponsel dan sistem operasi bikinan Huawei.

Oleh karena itu, kendati layak diacungi dua jempol, upaya Huawei menggoyang Android dan iOS rasa-rasanya tidak akan langsung terasa hasilnya dalam waktu dekat. Huawei dan HarmonyOS-nya bakal membutuhkan perubahan tektonik dari segi geopolitik untuk bisa mewujudkan itu.

Bukan mustahil, memang, tetapi kemungkinannya amat kecil dan waktu yang dibutuhkan bisa jadi akan sangat panjang.

Baca juga artikel terkait HUAWEI atau tulisan lainnya dari Yoga Cholandha

tirto.id - Mild report
Kontributor: Yoga Cholandha
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Irfan Teguh Pribadi