Menuju konten utama

Pejabat Senior BI: Perbaikan Pasar Valas Bisa Stabilkan Rupiah

Meski mengalami penguatan di perdagangan hari ini, nilai rupiah masih belum beranjak dari tren pelemahan.

Pejabat Senior BI: Perbaikan Pasar Valas Bisa Stabilkan Rupiah
Calon Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menyapa pendukungnya saat mengikuti uji kelayakan dan kepatutan dengan Komisi XI DPR di kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (3/6/2024). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/tom.

tirto.id - Data Bloomberg mencatat, nilai mata uang rupiah pada perdagangan Senin (3/6/2024) ditutup pada level Rp16.230 per dolar Amerika Serikat (AS). Itu artinya nilai rupiah naik 22 poin atau 0,14 persen dibandingkan perdagangan Jumat (31/5/2024) yang senilai Rp16.253 per dolar AS.

Sementara itu, berdasar catatan Jisdor Bank Indonesia (BI), nilai rupiah berada di level Rp16.225 per dolar AS, menguat dibandingkan perdagangan sebelumnya, yakni Rp16.251 per dolar AS.

Meski mengalami penguatan di perdagangan hari ini, nilai rupiah masih belum beranjak dari tren pelemahan. Itu terjadi sejak anjlok pada bulan lalu dari kisaran Rp16.000.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, mengungkapkan bahwa tingkat mata uang rupiah saat ini masih sangat dipengaruhi oleh ketidakpastian global. Berbagai upaya masih harus dilakukan untuk menjaga stabilitas rupiah. Salah satunya adalah dengan memperbaiki pasar valuta asing (valas) nasional.

"Berbagai upaya kita lakukan dan global memang masih tak pasti. Yang bisa kita kontrol adalah bagaimana kita memperbaiki pasar valas kita sendiri," kata Destry kepada wartawan usai melaksanakan fit and proper test dengan Komisi XI DPR, Senin (3/6/2024).

Menurut Destry, jika dibandingkan negara-negara lain, pasar uang dan valas Indonesia masih cukup lemah. Dari transaksi derivatif dengan negara-negara peer (rekan), misalnya, transaksi Indonesia masih berkisar 44 persen dari total transaksi.

Padahal, transaksi valas di Malaysia saja telah mencapai sekitar 80 persen dari total transaksi. Di Indonesia, lanjut Destry, pasar valas sudah cukup berkembang dalam 2-3 tahun terakhir. Pada Mei 2024, valas tumbuh karena ada pembayaran utang luar negeri (ULN).

"Memang kalau kita lihat, semua tergantung supply-demand, termasuk juga global. Pada Mei, permintaannya memang lebih tinggi karena ada dividen repatriasi, ada kebutuhan pembayaran ULN," ujarnya.

Selain memperbaiki pasar valas, BI juga akan masuk ke pasar jika dibutuhkan. Dalam hal ini, BI bisa melakukan stabilitasi rupiah dengan intervensi di pasar spot valas, domestic non-deliverable forward (DNDF), maupun surat berharga negara (SBN).

"Ataupun memang kalau diperlukan, BI bisa juga masuk ke SBN market. Tapi semua itu serba terukur," ujar Destry.

Baca juga artikel terkait NILAI RUPIAH atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Fadrik Aziz Firdausi