tirto.id - Pedagang warteg hingga penjual sate ayam mengeluhkan mahalnya harga daging ayam. Menurut data pusat informasi harga pangan strategis (PIHPS) Nasional, harga daging ayam dibanderol Rp39.050 per kilogram, Jumat (26/5/2023).
Pedagang sate ayam di Kawasan Taman Aries, Jakarta Barat, Tono (35) mengakui, menaikkan harga sate ayam per tusuk imbas mahalnya harga daging ayam. Saat ini dia menjual Rp2.000 per tusuk.
“Iya betul harga daging ayam sedang naik, ini saya naikkan untuk harga per tusuknya. Dari harga Rp1.800 per tusuknya, saya naikkan jadi Rp2.000 per tusuknya,” tutur Tono saat sedang berbincang dengan Tirto, Jakarta, Jumat (26/5/2023).
Tidak hanya itu, akibat mahalnya daging ayam omzetnya pun mengalami penurunan. Dia berharap harga kembali normal.
“Daging ayam naik terus bisa-bisa saya rugi, makanya jangan naik terus ini (harganya). Saya juga kebutuhannya beli bahan yang lain selain daging ayam, kayak bawang putih, bawang merah, sampai cabai itu juga perlu buat saya,” imbuhnya.
Sementara itu, pedagang warteg di daerah Jakarta Barat, Emon (60) mengakui putar otak akibat harga daging ayam mahal. Salah satunya dengan
mengurangi stok.
Dia menuturkan biasanya bisa membeli 4 ekor ayam per hari, tetapi saat ini hanya 2 ekor. Tidak hanya itu, dia juga mengeluhkan ukuran daging ayam saat ini lebih kecil dibandingkan sebelumnya.
“Ini saya harus kurangi juga beli daging ayamnya. Dulu yang biasa saya beli 3 sampai 4 ekor ayamnya kan masih besar ya jadi cukup. Kalau sekarang, saya mampunya beli 2 ekor saat dipotong malah jadi lebih kecil ayamnya,” bebernya
Emon pun akibat daging ayam mahal omzetnya merosot. Tak tanggung-tanggung penurunan mencapai 60 persen.
“Setelah lebaran harusnya tidak separah ini, biasanya kan normal-normal saja. Tapi ini malah parah, omzet saya juga turun 60% sampai 50%,” pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (DPP IKAPPI) Abdullah Mansuri menilai kenaikan harga daging ayam dipicu harga pakan yang mahal.
“Penyebabnya memang dari awal harga DOC atau anakannya nya tinggi. Harga DOC itu tembus hingga Rp8.000. Nah faktor yang paling kuat di awal itu adalah sebelum harga DOC naik itu adalah pakan. Pakannya tinggi, maka secara otomatis itu berpengaruh terhadap harga,” tutur Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (DPP IKAPPI) Abdullah Mansuri ketika dihubungi Tirto, Jakarta, Jumat (26/5/2023).
Dia menuturkan jika harga pakan ayam mahal produksi pun akan terganggu. Akibatnya, pengurangan produksi terjadi dan membuat stok di pasaran menjadi berkurang.
“Jika pakannya tinggi, maka produksi akan terganggu, yang harusnya memproduksi satu ton katakanlah mereka akan mengurangi tonasenya. Karena memang produksi pakannya tinggi,” jelasnya.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Intan Umbari Prihatin