Menuju konten utama

Cerita Penjual Daging Ayam, Untung Kecil hingga Sepi Pembeli

Kenaikan harga daging ayam membuat pedagang pusing, karena keuntungan yang diperoleh menipis dan mulai sepi pembeli.

Cerita Penjual Daging Ayam, Untung Kecil hingga Sepi Pembeli
pedagang melayani pembeli daging ayam potong di pasar inpres lhokseumawe, provinsi aceh, senin (18/7). harga ayam potong pasca lebaran di sejumlah pasar di aceh masih tinggi rp30 ribu perkilogram atau rata rata rp60 ribu per ekor tergantung berat dari harga biasanya rp45 ribu per ekor. antara foto/rahmad/pd/16

tirto.id - Kenaikan harga daging ayam semakin hari semakin membuat pedagang pusing. Hal ini lantaran keuntungan yang diperoleh menipis dan mulai sepi pembeli.

Salah satu pedagang daging ayam di Pasar Meruya Jakarta, Satam (45) mengatakan, per hari ini Kamis (8/6/2023) harga daging ayam masih saja mengalami kenaikan.

"Daging ayam harganya masih naik sekarang untuk semua bagian dari yang kecil-kecil sampai yang besar. Untuk per ekor sekarang naik dari Rp35.000 menjadi Rp40.000, ceker ayam dari Rp12.000 sekarang jadi Rp15.000 per kilogram, kerongkong ayam naik dari Rp10.000 jadi Rp14.000," kata Satam saat berbincang-bincang dengan Tirto.

Satam menambahkan, pedagang daging ayam kian resah dan harus memutar otak agar penjualan daging ayamnya bisa tetap laku.

"Dulu kalau sebelum ini kayak dua hari yang lalu lah, harga per kilogramnya naik bisa sampai Rp7.000. Ini sekarang dari Rp800 sampai Rp1.000 mulai mengalami perlambatan lah, tapi harganya ini masih terbilang mahal di konsumen," jelasnya.

"Saya juga harus putar otak agar daging ayam ini laku, walaupun saya dapat keuntungannya tidak seberapa," lanjutnya.

Kenaikan harga daging ayam hingga saat ini, seringkali diprotes oleh ibu-ibu. Padahal kenaikan tersebut berasal dari pemasok.

"Sekarang kita ambil untung hanya Rp2.000 sampai Rp3.000 sama pembeli, kita ngomongnya capek juga. Karena ibu-ibu biasanya beli misalnya Rp35.000 sampai Rp40.000 kan, terus ternyata harganya naik. Dan konsumen bilang, kenapa bisa mahal harganya, nah biasanya seperti itu pembeli kalau mahal harga daging ayamnya," ungkapnya.

Satam pun mengaku, sampai saat ini belum tahu penyebab pasti kenaikan harga ayam yang cukup tinggi ini di pasaran. Namun menurutnya, harga ayam saat ini naik dikarenakan oleh harga pakan yang tinggi.

"Saya jujur kurang tahu ini kenapa harga daging ayam naik dari distributor saya. Tapi kalau yang saya tahu dari teman pedagang daging ayam lainnya, ini naik karena pakan ayam juga naik," ucapnya.

Beralih ke pedagang daging ayam lainnya, Ilham (24), mengalami kesusahan seperti sepi pembeli hingga ayamnya tidak habis terjual dalam sehari.

"Kalau sebelum ini, saya sempat mengalami kesulitan kayak pembelinya sepi ke dagangan daging saya, dan malah daging ayamnya dalam sehari itu tidak habis dan sudah pasti kualitasnya menurun kalau saya jual lagi untuk besok," ungkapnya.

Ilham berharap, kenaikan harga daging ayam jangan sampai terus terjadi. Sebab, ia sebagai pedagang kecil hanya mengambil untung yang sedikit. Soal pakan, dia meminta pemerintah harus bisa menyelesaikan permasalahan tersebut.

"Ini daging ayam jangan naik terus, saya pedagang kecil ambil untung dari pembeli saja cuma Rp2.000 sampai Rp5.000. Terus yang soal pakan jagung mahal, pemerintah harus ada penyelesaiannya itu, kalau tidak harga daging ayam bisa jadi terus naik," imbuhnya.

Baca juga artikel terkait KENAIKAN HARGA DAGING AYAM atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang