Menuju konten utama

Pedagang Daging Kembali Berjualan Usai Mogok 3 Hari

Pedagang daging sapi secara bertahap mulai berjualan lagi. Mereka sudah mendapatkan kepastian stok lagi setelah mogok jualan 3 hari.

Pedagang Daging Kembali Berjualan Usai Mogok 3 Hari
Surat Edaran pemberitahuan tertempel di dinding area kios daging di Pasar Baru, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (19/1/2021). ANTARA FOTO/Suwandy/aww.

tirto.id - Pedagang daging sapi di pasar tradisional kembali berjualan mulai Kamis (21/2/2021) malam, setelah mogok berjualan selama 3 hari. Pedagang sudah mendapatkan kepastian pasokan untuk berjualan lagi.

“Insyaallah, karena kan aksi mogok ini sampai 3 hari. Kemungkinan besar tidak kompak semuanya malam ini, kemungkinan besar hampir 100 persen itu malam Sabtu dan juga untuk konsumen mulai malam ini besok, dan hari Sabtu, pasar tradisional khususnya para pedagang daging sudah siap lagi,” kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Yayan Suryana, Kamis (21/1/2021).

Yayan mengungkapkan, aksi mogok dilakukan untuk menghindari harga daging melonjak. Ia menyatakan, jika pedagang tidak mogok, maka harga daging sapi dikhawatirkan bisa menembus Rp140 ribu/kg.

"Inti permasalahannya kenaikan harga daging segar, di Rumah Potong Hewan (RPH) di seluruh Jabodetabek. Kalau kami enggak adakan mogok [harganya] sampai kisaran Rp140 ribu,” kata dia.

Usai menggelar aksi mogok selama tiga hari, pedagang kini sudah memiliki kepastian stok daging beku, baik kerbau maupun sapi untuk kebutuhan hingga tiga bulan mendatang, khususnya wilayah DKI Jakarta.

“Alhamdulillah pihak pemerintah respons dengan sangat baik, dan kami dibawa untuk lihat stok daging sebagai bahan solusi para pedagang. Ternyata [daging masih tersedia] untuk 3 bulan ke depan PT Suri Nusantara Jaya, mencukupi untuk kebutuhan kami di pasar tradisional,” terang dia.

Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto menjelaskan, kenaikan harga karkas di RPH saat ini dipicu oleh kenaikan harga sapi bakalan asal Australia selama satu semester terakhir. Pada Juni 2020 harganya masih berada di kisaran $2,8/kg berat hidup, akan tetapi pada Januari 2021 naik menjadi $3,78/kg berat hidup.

"Faktor utama penyebab kenaikan harga sapi bakalan di Australia diakibatkan adanya program repopulasi, pemenuhan permintaan konsumsi dalam negeri, dan peningkatan permintaan dari negara lain terutama di tiga bulan terakhir di negara tersebut," kata Suhanto, Kamis (21/12021).

Suhanto menjelaskan, Kemendag telah berkoordinasi dengan APDI dan memperoleh informasi bahwa harga karkas di tingkat RPH mengalami penyesuaian sekitar 11,6 - 12,6 persen pada Januari 2021. Dalam jangka pendek Kemendag telah berkoordinasi dengan pemasok daging sapi dan APDI untuk memastikan kelancaran distribusi pasokan dan ketersediaan daging di pasar di wilayah Jabodetabek.

Suhanto menambahkan, Kemendag juga telah bertemu dengan para importir sapi bakalan dan mengimbau para importir untuk membantu menjaga ketersediaan dan keterjangkauan harga sapi bakalan sampai di RPH dengan harga yang dapat menjamin agar pedagang daging sapi di pasar rakyat tetap dapat berjualan dengan keuntungan yang wajar.

“Dalam kondisi saat ini, Kementerian Perdagangan terus berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan berbagai pihak lainnya agar harga daging sapi di tingkat eceran masih dapat dijangkau oleh masyarakat dengan ketersediaan yang cukup. Selain itu, Pemerintah akan mempersiapkan strategi baru sebagai alternatif guna memenuhi permintaan daging sapi,” terang dia.

Sebelumnya, Dewan Pembina Daerah Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (DPD APDI) DKI Jakarta menyatakan melakukan mogok penjualan daging sapi di pasar rakyat se-Jadetabek karena ada kenaikan harga karkas di tingkat RPH. Hal ini berdampak pada kenaikan harga daging sapi di tingkat pedagang.

Baca juga artikel terkait DAGING atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti