Menuju konten utama

PBB: Kecanduan Batu Bara Asia Harus Disetop, Cegah Perubahan Iklim

PBB meminta negara-negara di Asia, termasuk Indonesia untuk menyetop kecanduannya pada batu bara demi mencegah perubahan iklim.

PBB: Kecanduan Batu Bara Asia Harus Disetop, Cegah Perubahan Iklim
Kapal Tongkang pembawa batu bara melintasi aliran Sungai Batanghari di Muarojambi, Jambi, Jumat (8/6/2018). ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

tirto.id - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan negara-negara di Asia untuk berhenti dari "kecanduan" pada batu bara untuk mengatasi perubahan iklim, demikian sebagaimana diawartakan BBC.com.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengatakan, negara-negara di Asia paling rentan terhadap pemanasan global dan harus berada di "garis depan" untuk menghentikan hal itu.

Guterres mengutip sebuah studi baru yang menemukan, negara-negara Asia berisiko dilanda banjir akibat perubahan iklim.

"Ada kecanduan batu bara yang perlu diatasi karena itu menjadi ancaman utama perubahan iklim," ujar Guterres kepada wartawan menjelang pertemuan ASEAN di Bangkok, Thailand, Sabtu (2/11/2019), sebagaimana dikutip abc.net.au.

Batu bara adalah sumber daya utama di banyak negara Asia. Perkembangan ekonomi yang sangat tinggi memicu permintaan energi yang melambung dan berdampak pada lingkungan.

Sekitar sepertiga energi di Vietnam berasal dari tenaga batu bara dan sejumlah pabrik baru akan mulai beroperasi pada 2050. Sementara Thailand memiliki investasi besar pada bahan bakar fosil.

Wilayah pesisir di Asia Tenggara telah mengalami banjir besar dan tingginya air laut akibat perubahan iklim.

Penelitian baru menunjukkan, setidaknya 300 juta orang di seluruh dunia hidup di tempat-tempat yang berisiko terendam banjir pada 2050. Hasil ini jauh lebih buruk dibandingkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya.

Gelombang badai dan topan akan datang dan semakin kuat menghantam Asia, demikian menurut penelitian dalam jurnal Nature Communications.

"Kita perlu menghentikan subsidi untuk bahan bakar fosil. Dan kita perlu menghentikan pembangkit listrik baru berbasis batu bara di masa depan," kata Gutterres, memperingatkan.

Dia mengatakan masalah itu "sangat sensitif" di Asia, di mana sejumlah pembangkit listrik baru berbasis batu bara sedang direncanakan.

Laporan dari Climate Central, sebuah organisasi berita nirlaba yang berbasis di AS pada Selasa, mengatakan 190 juta orang akan tinggal di daerah-daerah yang diproyeksikan berada di bawah garis air pasang pada tahun 2100.

Laporan itu menyebut, bahkan dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, enam negara di Asia (Cina, Bangladesh, India, Vietnam, Indonesia, dan Thailand), tempat 237 juta orang hidup hari ini, dapat menghadapi ancaman banjir tahunan pada 2050. Di bawah ini adalah enam negara dan jumlah penduduk yang berisiko kena banjir pada masa mendatang.

  1. Cina - 93 juta orang;
  2. Bangladesh - 42 juta orang;
  3. India - 36 juta orang;
  4. Vietnam - 31 juta orang;
  5. Indonesia - 23 juta orang;
  6. Thailand - 12 juta orang.
Guterres pun menjanjikan komitmen untuk meningkatkan perhatian global dan "mematuhi apa yang para ilmuwan katakan perlu dilakukan".

Ia mengatakan, "Kita perlu menahan kenaikan suhu 1,5 derajat hingga akhir abad ini" dan "menjadi karbon netral pada 2050 dan mengurangi emisi hingga 45 persen dalam dekade berikutnya," ujar Guterres sebagaimana dikutip news.un.org.

Baca juga artikel terkait BATU BARA atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Agung DH