tirto.id - Tanda rubuhnya sistem kesehatan Indonesia karena Covid-19 semakin nyata. LaporCovid dan CISDI yang ikut membantu mencari rumah sakit rujukan mendapati 23 pasien Covid-19 asal Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang ditolak rumah sakit karena penuh, meninggal di perjalanan, atau meninggal di rumah karena gagal rujuk.
Pada 3 Januari lalu misal, seorang pasien Covid-19 asal Depok, Jawa Barat, meregang nyawa di dalam taksi online setelah ia ditolak oleh 10 rumah sakit karena penuh. Pada 11 Januari lalu, seorang pasien membutuhkan penanganan intensif di ruang ICU, setelah menghubungi 49 rumah sakit di Jabodetabek dan 12 RS non-rujukan hasilnya nihil.
“Tanda-tanda kolaps layanan kesehatan sebenarnya sudah terindikasi sejak September 2020, yang kemudian mereda pada periode pemberlakuan PSBB di Jakarta. Menjelang pertengahan November 2020, saat pelaksanaan pilkada serentak dan libur Nataru, memperburuk ketidakmampuan RS menampung pasien,” kata relawan KawalCovid dr. Tri Maharani dalam keterangan tertulis yang diterima Senin (18/1/2021).
LaporCovid menemukan, sistem rujuk antarfasilitas kesehatan tidak berjalan dengan baik, sistem informasi ketersediaan rumah sakit juga tak berjalan secara real time. Kapasitas rumah sakit pun tak kunjung bertambah.
Ketika rumah sakit sudah mulai mencapai batasnya, laju kematian tenaga kesehatan tak kunjung berhenti. Per 15 Januari kemarin, setidaknya 620 tenaga kesehatan meninggal dunia akibat Covid-19, bahkan kematian tenaga kesehatan mulai banyak terjadi pada mereka yang bertugas di layanan kesehatan primer seperti Puskesmas dan klinik.
"Ini menunjukkan, penyebaran wabah yang semakin meluas dan dalam di komunitas, selain juga minimnya proteksi terhadap tenaga kesehatan, termasuk yang bertugas di layanan primer," demikian tertulis dalam keterangan LaporCovid dan CISDI.
Berdasarkan survey Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), 40 persen Puskesmas masih kekurangan masker bedah untuk menangani pasien bergejala Covid-19. Direktur Kebijakan CISDI Olivia Herlinda menuntut pemerintah untuk melakukan langkah drastis untuk mencegah runtuhnya sistem kesehatan Indonesia.
"Sesungguhnya saat ini kita tidak lagi mempunyai waktu. Kita harus kerahkan semua daya upaya demi menyelamatkan nyawa manusia.” kata Olivia dalam keterangan tertulisnya.
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Abdul Aziz