Menuju konten utama

Pandemi COVID-19 dalam Perspektif Ilmu Sosial

Pandemi COVID-19 dalam perspektif ilmu sosial dan apa dampaknya bagi masyarakat?

Pandemi COVID-19 dalam Perspektif Ilmu Sosial
Ilustrasi Sosiologi. foto/Istockphoto

tirto.id - Sejak akhir tahun 2019 hingga tahun 2021 saat ini, kondisi dunia masih diselimuti dengan pandemi COVID-19 yang masih menjadi isu besar di kalangan masyarakat.

Lembaga kesehatan dunia atau WHO (World Health Organization) telah mendefinisikan pandemi sebagai penyebaran penyakit baru di seluruh dunia.

Tidak hanya dari aspek kesehatan secara fisik, keberadaan pandemi COVID-19 telah menjadi ancaman serius pada berbagai aspek di kehidupan masyarakat.

Oleh karena itu sosiolog juga mengalami kebutuhan yang mendesak untuk dapat terlibat secara teoritis dan empiris dalam meneliti fenomena pandemi COVID-19 saat ini.

Pandemi yang telah berjalan selama satu tahun ini telah menjadikan banyak perubahan-perubahan dalam berbagai bidang untuk menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang tengah terjadi.

Hal tersebut dilakukan dengan harapan agar setiap masyarakat dapat terus bertahan baik secara fisik kesehatan, ekonomi, sosial, dan berbagai elemen bidang lainnya.

Dalam ilmu sosial, pandemi dilihat sebagai suatu permasalahan yang dapat memengaruhi siapa pun dan di mana pun.

Akan tetapi, secara lebih lanjut pandemi memiliki potensi dampak pada kelompok tertentu akibat dari perbedaan kondisi kehidupan.

Contohnya saja seperti banyak dari mereka yang terdampak dari kalangan pemukiman kumuh, orang dengan pekerjaan tidak tetap, dan masih banyak kelompok lainnya yang mengalami dampak yang besar.

Berbagai pemerintahan, termasuk di negara Indonesia, dalam rangka menangani permasalahan pandemi seperti saat ini melakukan berbagai bentuk kontrol kepada masyarakat.

Menurut pandangan Paul R Ward, berbagai jenis kontrol dan langkah-langkah darurat dalam menangani pandemi yang dilakukan oleh pemerintah dapat menjadi isu sosial yang berkelanjutan.

Contohnya saja dengan terjadinya panic buying di awal pandemi yang mendadak menjadi permasalahan sosial baru dalam masa pandemi.

Selain itu juga, munculnya protokol kesehatan dapat menjadi isu sosial yang berkelanjutan ke depannya.

Salah satu penerapan kebijakan pemerintah dalam menangani isu pandemi adalah dengan munculnya protokol kesehatan dan juga lockdown dalam jangka waktu tertentu.

Dilihat dari isu sosial, kebijakan tersebut dapat berdampak pada ikatan sosial, kepercayaan, dan solidaritas di masa depan. Karena cara-cara ini dianggap dapat memengaruhi pada pembatasan interaksi sosial masyarakat.

Secara lebih mendalam, jika dilihat dari sosiologi bencana menurut Dr. Niharika Mohapatra dalam jurnalnya, lebih mempelajari pada aspek kemanusiaan.

Aspek tersebut di antaranya meliputi adaptasi manusia, perilaku, persepsi, dan juga respons dalam menghadapi pandemi COVID-19 yang tidak hanya berdampak pada kerusakan fisik saja.

Apalagi seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa dalam skala besar dapat menjadi kepanikan massal yang luas. Contohnya seperti penerapan lockdown di awal pandemi yang menimbulkan panic buying di kalangan masyarakat.

Selain itu dari segi studi gender dalam pandangan ilmu sosial, hal ini melihat adanya berbagai ancaman bagi para wanita selama menajalankan masa lockdown di rumah.

Secara tradisional, wanita memiliki anggapan sebagai orang yang memberikan perawatan dan juga mengasuh. Sehingga selama masa pandemi tanggung jawab wanita akan hal tersebut menjadi lebih meningkat.

Hal tersebut berakibat pada temuan bahwa wanita memiliki kecenderungan stres yang lebih besar dibandingkan pria selama masa lockdown.

Masalah lain yang juga menimpa wanita selama masa lockdown menurut jurnal yang sama adalah munculnya tindakan kekerasan.

Kondisi ini dapat terjadi akibat berbagai tuntutan dan permasalahan yang harus diemban baik pelaku maupun korban selama masa lockdown meningkat.

Apalagi dengan kondisi yang secara penuh menjalani kehidupan di rumah saja, sehingga memicu terjadinya berbagai jenis kekerasan.

Risk Society, Ulrich Beck

Secara umum dilihat kaitannya antara pandemi dan perspektif ilmu sosial, teori Risk Society dari Ulrich Beck dapat mengkaji secara lebih lanjut terkait isu tersebut.

Menurut Beck, masyarakat berisiko adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Apalagi di masa pandemi seperti saat ini, yang menimbulkan berbagai ancaman serius bagi berbagai aspek pembangunan.

Risiko menjadi salah satu cara sistematis dalam menangani bahaya dan ketidakamanan yang disebabkan oleh keberadaan modernisasi.

Beck juga mengaitkan risk society dengan perubahan modern yang disebut “reflexive modernization”, yaitu di mana kemajuan dapat seketika berubah menjadi penghancuran diri.

Contohnya seperti pandemi COVID-19 saat ini yang merupakan hasil dari interaksi manusia dengan alam. Di mana kesehatan manusia dianggap memiliki hubungan yang erat dengan bagaimana cara manusia memperlakukan alam.

Dalam pembahasan terkait pandemi COVID-19 ini cenderung mengarahkan risk society pada kelompok masyarakat yang rentan.

Hal tersebut karena setiap individu dalam menghadapi krisis seperti saat ini memiliki cara penanganan yang berbeda.

Sehingga dalam hal ini banyak masyarakat terdampak yang secara sosiologis terdapat variasi dampak atas dasar kelas, kasta, pekerjaan, etnis, jenis kelamin, usia, status kesehatan, disabilitas, dll.

Salah satu contohnya, yaitu penyandang disabilitas mengalami dampak di mana kesulitan untuk mendapatkan penolong atau bantuan.

Hal tersebut di antaranya karena pengaruh dari imbauan untuk dapat menjaga jarak dan tidak saling bersentuhan.

Contoh lain, yaitu keberadaan Migran yang dianggap paling rentan. Karena selain mereka harus mengalami kehilangan pekerjaan, juga kehilangan upah.

Dampak lain yang harus mereka rasakan adalah kehilangan akses ke rumah karena dianggap dapat mengancam dan memperburuk keadaan kesehatan di lingkungan.

Hal-hal di atas menunjukkan bagaimana kerentanan dan risiko yang dialami oleh masyarakat dalam situasi pandemi seperti saat ini berbeda-beda.

Baca juga artikel terkait PANDEMI COVID-19 atau tulisan lainnya dari Muhammad Ibnu Azzulfa

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Muhammad Ibnu Azzulfa
Penulis: Muhammad Ibnu Azzulfa
Editor: Dhita Koesno