tirto.id - Amerika Serikat (AS) telah menggunakan hak veto-nya untuk sebuah resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan penarikan pengakuan Donald Trump soal status Yerusalem, didukung anggota lainnya.
Resolusi yang dirancang Mesir itu meminta Presiden AS Donald Trump membatalkan keputusannya mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Ini disetujui oleh 14 anggota DK PBB lainnya, sebuah cerminan dari oposisi global terhadap tindakan Trump.
Mengutip Washington Post, penasihat Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rdeneh, mengecam hak veto yang dikeluarkan AS terhadap resolusi PBB tentang status Yerusalem itu sebagai tindakan "provokasi."
Ia mengatakan hak veto pada Senin (18/12/2017) waktu setempat itu bertentangan dengan konsensus internasional. Rdeneh menggarisbawahi dampak berupa isolasi internasional yang terus berkembang di Washington dan "tidak akan membantu menciptakan perdamaian di wilayah ini [Israel-Palestina]."
Sebelumnya, Abbas mengatakan bahwa dia akan mengupayakan peningkatan keanggotaan penuh Palestina di PBB, yang diakui pada tahun 2012 oleh Majelis Umum sebagai negara pengamat non-anggota.
Mengutip The Guardian, Senin (18/12/2017), resolusi tersebut dikecam dalam bahasa yang geram oleh Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley. Ia menggambarkannya sebagai "penghinaan" yang tidak akan terlupakan.
"AS tidak akan bisa diperintah oleh negara manapun [soal] di mana kami dapat menempatkan kedutaan kami," kata Haley. "Ini memalukan, mengingat kami pun tengah melakukan upaya perdamaian."
"Fakta bahwa hak veto ini digunakan demi membela kedaulatan AS dan untuk membela peran AS dalam proses perdamaian Timur Tengah bukanlah sumber rasa malu bagi kami. [Keputusan resolusi] ini seharusnya menjadi rasa malu bagi anggota Dewan Keamanan lainnya."
Sementara itu, Turki pun ikut mengecam veto AS pada resolusi PBB yang mengharuskan Presiden Donald Trump membatalkan deklarasi Yerusalem sebagai ibu kota Israel itu. Washington dinilai telah kehilangan "kenetralannya" di Timur Tengah.
Sebuah pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki pada Senin (18/12/2017) mengatakan fakta bahwa resolusi PBB itu adalah "indikasi paling nyata dari keabsahan" keputusan AS soal Yerusalem.
Pernyataan tersebut menambahkan bahwa veto AS telah membiarkan DK PBB "dalam keadaan gagal.” Dikatakan bahwa Turki akan terus berdiri di dekat "negara Palestina dan rakyatnya."
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menjadi salah satu penentang keras keputusan Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Pekan lalu, 57 anggota Organisasi Kerjasama Islam, bertemu di Istanbul, mengumumkan Yerusalem timur sebagai ibu kota Palestina yang diduduki.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu selaku sekutu terdekat Trump saat ini mengapresiasi langkah Duta Besar AS untuk PBB menggunakan hak veto-nya.
"Terima kasih, Duta Besar Haley. Di Hanukkah, Anda berbicara seperti Maccabi. Anda menyalakan lilin kebenaran. Anda menghilangkan kegelapan. Satu mengalahkan banyak orang. Kebenaran mengalahkan kebohongan. Terima kasih, Presiden Trump," jelas Netanyahu melalui tweet-nya.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari