Menuju konten utama

Orang Tua Perlu Jaga Kesehatan Mental Anak selama Pandemi Covid-19

Para orang tua perlu memahami pentingnya menjaga kesehatan mental anak selama masa pandemi Covid-19.

Orang Tua Perlu Jaga Kesehatan Mental Anak selama Pandemi Covid-19
Badut Polisi memberikan masker kepada anak-anak dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional di Balai Desa Pepelegi, Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (22/7/2020). (ANTARA FOTO/Umarul Faruq/pras)

tirto.id - Para orang tua diimbau agar memperhatikan kesehatan mental anak-anak selama pandemi Covid-19 yang berlangsung sudah lebih dari 1,5 tahun. Ketua Bidang Koordinasi Relawan (BKR) Satgas COVID-19 Andre Rahadian mengatakan kondisi pandemi mengubah banyak tatanan sosial, bukan hanya pada aspek kesehatan, tetapi juga aspek sosial dan edukasi anak-anak.

"Dampaknya kemampuan pertumbuhan anak menjadi terhambat dan ini menjadi satu tantangan ekstra bagi orang tua dalam membimbing anaknya," kata Andre pada Jumat (23/7/2021).

Andre membahas problem kesehatan mental anak dalam Seminar Nasional “Melindungi Kesehatan Jiwa Anak di Tengah Pandemi COVID-19," yang digelar BKR Satgas COVID-19 bertepatan dengan Hari Anak Nasional, dan disiarkan melalui aplikasi Zoom dan Youtube Live.

Seminar yang menhadirkan sejumlah ahli tersebut diharapkan bisa mendorong perumusan usulan action plan untuk menjaga kesehatan jiwa anak, terutama anak disabilitas, selama pandemi. Acara itu merupakan seminar kedua dalam rangkaian Program Layanan Dukungan Psikososial (LDP) yang akan diselenggarakan di 11 Provinsi di Indonesia.

Menurut Andre, program LDP bertujuan menyokong upaya promotif, preventif dan edukasi terkait peran orang tua dalam memberikan pelayanan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial kepada anak di tengah pandemi COVID-19.

Tips Menjaga Kesehatan Mental Anak saat Pandemi

Dalam seminar yang sama, Psikolog Anak sekaligus Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengatakan pandemi telah membuat banyak anak kehilangan dunia bermain. Selain akses bermain dibatasi, aktivitas pembelajaran juga terpaksa dilakukan secara daring.

Akibatnya, kata Seto, banyak anak menganggap interaksi selama era pandemi membosankan dan sulit. Ujungnya adalah hasil belajar menjadi tidak optimal dan rentan mengakibatkan konflik dalam keluarga, yang bahkan memicu kekerasan terhadap anak.

"Dampaknya anak-anak menjadi gelisah, susah tidur, bosan, malas belajar, dan suka marah," ujar Seto.

Infografik BNPB Jaga Kesehatan Mental Anak Selama Pandemi

Infografik BNPB Jaga Kesehatan Mental Anak Selama Pandemi. tirto.id/Quita

Guna menjawab permasalahan itu, menurut dia, orang tua dan guru memegang peranan penting untuk menciptakan suasana belajar yang lebih ramah anak serta membuat kurikulum pendidikan yang lebih berpihak pada hak anak.

"Lebih jauh lagi, diharapkan orangtua dapat menjadi sosok idola anak dengan mencontohkan sikap dan perbuatan yang bijak dan positif sesuai dengan zamannya," kata Seto.

"Saya yakin kita semua dapat belajar. Stop kekerasan di dunia pendidikan dan wujudkan impian kondisi rumah yang ramah anak," tegas dia.

Adapun Ketua Yayasan Peduli Sindroma Down Indonesia (YAPESDI) Dewi Tjakrawinata mengatakan para orang tua perlu mencermati kondisi kesehatan mental anak-anak. Apalagi, jika anak tersebut adalah difabel. Mereka memerlukan perhatian ekstra selama pandemi.

"Banyak aduan dari orang tua yang mengatakan bahwa anaknya menjadi sedih dan kehilangan semangat, bahkan ada anak yang sifatnya berubah menjadi pemarah karena kecewa tidak bisa keluar rumah untuk bersosialisasi," kata Dewi.

"Untuk melindungi kesehatan mentalnya, perlu diajarkan mengenai cara mengelola emosi secara positif, mengenali emosi diri sendiri dan orang lain, dan cara tetap gembira selama pandemi," dia menambahkan.

Dewi menyarankan para orang tua rajin mengajak anak-anaknya menjalani aktivitas saat pandemi dengan gembira melalui kegiatan menari, menyanyi, menulis surat cinta untuk orang tua, dan lain sebagainya. Dia pun mengingatkan agar para orang tua rutin mengajak anak-anak mengisi waktu dengan kegiatan positif, dan mengurangi waktu mereka bermain media sosial.

Asisten Deputi Khusus Perlindungan Anak Kementerian PPPA Elvi Hendriani menambahkan bahwa seyogyanya tanggung jawab dalam melindungi anak di era pandemi ini dilakukan secara bersama.

Menurut Elvi, orang tua mempunyai tanggung jawab dalam menjaga hidup dan tumbuh kembang anak. Sementara negara berkepentingan untuk mendayagunakan sumber daya dalam melindungi anak dan haknya. Selain itu, masyarakat pun perlu turut berpartisipasi. Di sisi lain, anak-anak pun perlu mendapatkan pengetahuan mengenai hak-hak yang musti diterimanya.

Banner BNPB Info Lengkap Seputar Covid19

Banner BNPB. tirto.id/Fuad

Baca juga artikel terkait KESEHATAN MENTAL atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Iswara N Raditya