Menuju konten utama

Oh, Betapa Eksklusifnya Tas Birkin

Tas ini juga sering dijadikan jaminan di pegadaian mewah.

Oh, Betapa Eksklusifnya Tas Birkin
Tas Hermes pale blue togo leather Birkin. AP/Tony Kyriacou

tirto.id - Sebesar apa pengorbanan yang dilakukan seseorang untuk mencari tas?

Pada 2008, Michael Tonello mengisahkan betapa dirinya kesulitan mendapatkan tas Birkin rilisan jenama fesyen elite, Hermes. Tas seri Birkin didesain oleh Jane Birkin, seorang aktris dan penyanyi asal Inggris. Dalam buku My Life in Hot Pursuit of the World's Most Coveted Handbag (2008), Michael bercerita betapa dia rela keliling Prancis bagian Selatan, juga ke sejumlah perbatasan dalam kurun sebulan hanya demi mendapatkan tas Birkin.

Dia sempat menaruh harap di kota Marseille, kota dengan populasi terbanyak kedua di Prancis. Sayang, harapannya kandas. Di sebuah gerai Hermes, seorang pelayan memberi jawaban sedikit ketus --mungkin akibat kebosanan mengucapkan kalimat yang sama beratus kali.

"Daftar tunggu sudah ditutup. Namamu tak bisa masuk dalam daftar tunggu kami," ujar si pramuniaga.

Sebelumnya, di banyak gerai Hermes, jawaban yang diberikan, antara lain:

"Tas tidak tersedia."

"Kamu harus menunggu setidaknya dua atau tiga tahun untuk dapat tas ini."

Semuanya bikin Michael kesal. Ini juga membuktikan betapa tas Birkin amat susah didapat, eksklusif, bahkan di kampung halaman Hermes sekalipun.

Michael sebenarnya bukan kolektor barang mewah, melainkan salah satu pedagang di forum jual beli eBay. Awalnya dia hanya menjual beragam syal. Seiring waktu, konsumennya makin beragam, termasuk dari kalangan ultra kaya yang meminta Michael mencarikan tas Birkin. Michael tak keberatan karena di setiap transaksi jual beli Birkin, dia mendapat komisi cukup besar.

The New York Times menulis bahwa Michael mendapat keuntungan sekitar 5 ribu dolar bila menjual tas Birkin dengan harga 18 ribu dolar. Dalam setahun, ia mengurus transaksi Birkin senilai satu juta dolar. Kisah Michael ditulis oleh The New York Times pada 2008 silam. Tentu saja, laiknya barang-barang yang dijual secara terbatas: nilai Birkin terus meningkat seiring berjalannya waktu.

Salah satu alasannya adalah Birkin tidak mudah didapat. Hermes tidak pernah membuat iklan, memajang Birkin di etalase toko atau situs resmi. Mereka percaya bahwa cerita tentang betapa sulitnya punya tas Birkin bisa jadi cara promosi yang baik. Michelle Goad, CEO sebuah aplikasi belanja bernama P.S. Dept, berkata bahwa untuk mendapat tas Birkin setidaknya seseorang harus sudah pernah bertransaksi di Hermes sebelumnya. Para petugas lantas akan menemui calon konsumen dan menilai apakah mereka betul-betul ingin berbelanja.

Setelah itu, seseorang baru bisa masuk ke daftar tunggu pembeli. Cara lain yang bisa ditempuh untuk mendapatkan Birkin ialah menghubungi orang-orang seperti Michael yang sudah punya koneksi dengan kolektor atau konsultan tas. Susahnya mendapatkan Birkin turut menghasilkan anggapan bahwa Birkin ialah salah satu investasi yang baik

Dalam "New York Upscale Pawnshop Hermes Birkin Bag", dimuat kisah tentang Angela Rivers, seorang perempuan yang menjaminkan tas Birkinnya ke sebuah badan simpan pinjam di Manhattan, New York. Sang pemilik badan simpan pinjam mengatakan: ada banyak orang yang menjaminkan tas mewah bila sedang membutuhkan uang tunai dalam waktu cepat. Salah satu jenama yang paling berharga adalah Birkin.

Bila tas datang dengan kemasan dan aksesori lengkap, nilainya akan makin tinggi. Warna pun juga punya andil dalam menentukan pinjaman yang diberikan. Tas bisa dihargai lebih tinggi jika berwarna hitam, cokelat, dan beige. Pemilik toko berminat pada Birkin karena nilai tas tersebut bertambah sekitar 500 persen dalam 35 tahun terakhir.

Kisah tentang nilai Birkin yang mudah bertambah juga sempat dialami Nicole Pollard Bayme, sorang personal shopper. Ia pernah beberapa kali melayani permintaan klien yang menginginkan tas Birkin dalam kurun waktu 24 jam. Jenis klien tersebut rela membayar barang dua kali lipat dari harga jual resmi demi bisa mendapat tas dalam waktu singkat.

“Saya bilang kepada suami bahwa ibaratnya setiap Birkin yang saya miliki harganya senilai uang sekolah anak kami dalam kurun waktu setahun. Ini lelucon kami.”

Infografik Tas Hermes Birkin

Serius dengan bisnis jual beli Birkin juga dilakukan oleh Jane Angert, kolektor sekaligus pedagang tas Hermes. The Cut menulis bahwa ia punya sekita seribu klien yang meminta Birkin dengan berbagai warna dan material. Jane bahkan sempat menjual jenis Birkin premium yang terbuat dari kulit buaya dan dipatok dengan harga 377 ribu dolar.

Satu yang perlu diingat, tas yang begitu diminati Victoria Beckham, Kim Kardashian, sosialita Jamie Chua, Syahrini, hingga Roy Kiyoshi itu lahir dari gaya kasual Jane Birkin. Pembicaraan tentang tas terjadi spontan saat Jean-Louis Dumas, chairman Hermes sejak 1978 hingga 2006, melihat barang-barang Jane terjatuh dari dalam tas. Dumas berkata Birkin setidaknya harus punya tas yang memiliki kantong di dalamnya. Birkin yang saat itu tak tahu bahwa ia berhadapan dengan direktur kreatif Hermes berkata bahwa ia akan membeli tas model tersebut bila Hermes menciptakannya. Dumas lantas memperkenalkan diri dan berjanji membuatkan Jane tas sesuai kebutuhannya. Sang penyanyi yang pertama kali merilis album pada 1969 ini lantas menggambar sketsa tas tersebut, semampu dirinya. Dan terciptalah Birkin.

Tingginya harga dan sulitnya mendapatkan tas Birkin membuat para pemilik tas ini mengenakannya dengan cara yang ‘kaku’. Menggenggamnya dengan hati-hati, menjaga agar permukannya tetap berkilau dan tanpa goresan, bahkan mengatur arah jatuhnya bagian kunci tas. Sementara Jane, memilih untuk menjadikan tas tersebut sebagai benda yang mencerminkan karakternya. Ia menggantung hiasan-hiasan yang punya makna personal, mengikat jam tangan Hermes di bagian pegangan tas, menempelkan berbagai stiker yang ia suka, dan mengisi tas dengan majalah, buku, dan barang-barang lain sampai tas tak bisa tertutup.

Hanya di tangan Jane, Birkin nampak sebagai sebuah tas yang mewah lantaran mencerminkan karakter pemiliknya. Bukan karena harga jualnya.

Baca juga artikel terkait FASHION atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Nuran Wibisono