tirto.id - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan percaya serangan berupa penyiraman air keras ke wajahnya disiapkan secara terencana. Novel mengaku telah mendapatkan informasi dari seorang perwira Polri sekitar sebulan sebelum serangan dilakukan. “Saya juga sempat diberi tahu oleh petinggi Polri bahwa saya akan diserang, sebulan sebelumnya kurang lebih,” kata Novel dalam wawancara di program televisi Mata Najwa, Rabu (26/7).
Menurut Novel ia juga sempat diminta untuk meningkatkan penjagaan di kediamannya. Namun, permintaan itu tidak ia laksanakan karena penjagaan di area rumah masuk dalam kategori kepentingan pribadi. Ia merasa harus berkomunikasi dengan pimpinan KPK terlebih dahulu sebelum melaksanakannya. Selain itu, Novel juga mengaku mendapat informasi bahwa di internal Polri ada kelompok yang ikut memantau pergerakannya.
Kelompok ini menurutnya terbagi menjadi dua, yakni yang ingin menyelamatkan dan yang ingin mencari-cari kesalahan. Novel tidak menyebut secara spesifik siapa petinggi Polri yang memberi informasi bahwa dirinya akan diserang maupun kelompok internal Polri yang mengawasi dirinya. Namun ia sadar keterlibatan oknum perwira Polri dalam kasusnya menjadi salah satu alasan mengapa penyerangan terhadapnya sukar diungkap. “Walaupun sudah lewat tiga bulan saya lihat Polri tidak berani mengungkap kasus ini. Saya cukup bisa menduga Polri tidak akan berani mengungkap. Ayo sama-sama lihat apakah Polri berani ungkap,” tantang Novel.
Baca juga:Lima Kejanggalan Penanganan Kasus Penyerangan terhadap Novel
Dari informasi para tetangganya, Novel juga mengetahui para pelaku sudah hilir mudik di sekitar rumahnya beberapa hari sebelum serangan dilakukan. Mereka kerap mengawasi aktivitas Novel selama berada di rumah. Termasuk kebiasaan novel salat subuh di masjid. “Itu bukan kejadian tiba-tiba. Itu kejadian disertai pengintaian,” ujarnya.
Penyiraman air keras ke wajah bukan satu-satunya serangan teror yang diterima Novel. Ia mengaku sebelumnya juga kerap menghadapi teror-teror yang membahayakan keselamatan jiwanya. Novel mencontohkan ia pernah ditabrak mobil saat sedang mengendarai sepeda motor. Dari hasil rekaman kamera pengawas (CCTV) ia tahu kalau insiden itu dilakukan dengan sengaja. “Teror-teror ini bukan pertama kali terjadi. Ada teror serupa yang tidak terpublikasi dengan baik,” katanya.
Novel mengatakan teror terhadap para penyidik KPK tidak bisa terus menerus dibiarkan. Ia menunggu kemauan dan keberanian penyidik Polri mengungkap pelaku maupun aktor intelektual yang melakukan penyerangan terhadapnya. “Masalah ini tidak bisa terus dibiarkan. Bayangkan aparatur yang bekerja untuk kepentingan negara dipermalukan, diteror, dan negara membiarkan. Itu sesuatu yang luar biasa,” ujarnya.
Baca juga: Jejak Novel Baswedan dan Teror-Teror yang Dialaminya
Sebelumnya aktivis Hak Azasi Manusia (HAM) yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil Peduli KPK Haris Azhar menengarai lambatnya penyelesaian kasus penyiraman air keras terhadap Novel lantaran konflik kepentingan antara KPK dan Polri. Pernyataan Haris didasarkan dari perbincangannya dengan Novel di Singapura pada Senin (24/7).
“Saya cuma mau bilang kasus Novel itu enggak jalan-jalan [karena] kalau ada yang berani buka kasus Novel maka orang yang buka akan dicarikan kesalahan-kesalahannya. Jadi ini pertarungan di antara penegak hukum. Di dalam institusi Polri dan institusi KPK, ” ujar Haris.
Baca juga: Haris: Kasus Novel Lambat Terkait Perselisihan KPK-Polri
Pertemuan antara Ketua KPK Agus Rahardjo dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian juga tidak membuat pengusutan kasus Novel lebih terang benderang. Haris mengaku sempat meminta tanggapan Novel mengenai masalah ini. “Saya tanya gimana bang udah dua minggu KPK ketemu Kapolri timnya jalan nggak? Dia bilang: ‘nggak ada apa-apa tuh enggak jalan’," katanya.
Wajah Novel disiram air keras pada 11 April 2017 usai melaksanakan salat subuh di masjid dekat rumahnya kawasan Kelapa Gading Jakarta Utara. Meski kasusnya sudah lebih dari 100 hari Polri belum menetapkan satu orang pun tersangka pelaku apalagi aktor intelektual yang menginisiasi serangan itu.
Baca juga:Kasus-Kasus Besar dan Jenderal yang Ditangani Novel Baswedan
Penulis: Jay Akbar
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti