tirto.id - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai menguatnya mata uang rupiah pada hari ini, Jumat (7/9/2018) merupakan dampak dari langkah konkret yang dilakukan pemerintah.
Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta sendiri memang menguat pada Jumat (7/9/2018) sore ini. Rupiah tercatat menguat sebesar 37 poin ke Rp14.836 dibandingkan posisi sebelumnya di level Rp14.873 per dolar AS.
Pemerintah memang telah melakukan sejumlah cara untuk menekan defisit transaksi berjalan yang menjadi faktor penekan utama rupiah. Di antaranya melalui kebijakan biodiesel, kenaikan tarif PPh (Pajak Penghasilan) Pasal 22, serta menggenjot sektor pariwisata.
“Ini merupakan karunia Allah. Rupiah stabil, menguat dalam konteks saat ini. Saya tentu saja [menyampaikan] apresiasi ke pemerintah,” kata Perry di Kompleks Perkantoran Bank Indonesia, Jakarta pada Jumat (7/9/2018).
Menurut Perry, sejumlah langkah yang dilakukan pemerintah itu tidak hanya berdampak untuk menekan defisit transaksi berjalan pada tahun ini, tetapi juga mampu menghasilkan devisa sehingga bisa mempengaruhi defisit transaksi berjalan pada 2019 secara signifikan.
Untuk itu, Perry menegaskan bahwa BI akan terus mendukung dan bersinergi dengan pemerintah serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Ia pun meyakini dengan memperhatikan sejumlah indikator makro-ekonomi Indonesia, maka pergerakan nilai tukar rupiah bisa membaik ke depannya.
“Pergerakan inflasinya sangat rendah, bahkan mengalami deflasi pada Agustus 2018. Pertumbuhan ekonomi cukup bagus. Kredit perbankan juga kuat dan kecenderungannya naik terus. Apalagi seiring dengan langkah-langkah menurunkan defisit transaksi berjalan,” jelas Perry.
Selain itu, kata Perry, BI juga akan terus melakukan intervensi pasar. Keberadaan BI yang didorong dengan ketersediaan valuta asing (valas) yang terus bertambah dan mekanisme pasar yang semakin kuat, disebutkan mampu menggerakkan pasar dan juga valuta asing.
“Dengan semakin meningkatnya suplai di valuta asing, sehingga membentuk pergerakan kurs yang mencerminkan permintaan dan ketersediaan pada valas,” ujar Perry.
Perry menambahkan, meningkatnya ketersediaan valas tersebut juga merupakan dampak dari sikap para pengusaha yang menjual dolar AS milik mereka. Ia pun sempat menyampaikan apresiasinya terhadap para pengusaha yang bersedia untuk menukarkan devisanya dalam mata uang asing ke rupiah.
“Sehingga dalam dua hari ini, permintaan dan ketersediaan terus berlangsung. Itu juga menjadi bagian penting dari pergerakan nilai tukar yang stabil, dan bahkan dalam hal ini menguat,” ungkap Perry.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto