Menuju konten utama

Rupiah Menguat di Level 14.885 Per Dolar AS pada 7 September Pagi

Penguatan mata uang rupiah tersebut dipengaruhi faktor dolar AS yang sudah terlalu tinggi penguatannya.

Rupiah Menguat di Level 14.885 Per Dolar AS pada 7 September Pagi
Ilustrasi petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

tirto.id - Nilai tukar rupiah tercatat berada di level Rp14.885 per dolar AS pada Jumat (7/9/2018) pagi. Dengan demikian, mata uang rupiah terpantau menguat setelah berada di level Rp14.893 per dolar AS pada penutupan perdagangan Kamis (6/9/2018) kemarin.

Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menilai penguatan mata uang rupiah tersebut dipengaruhi faktor dolar AS yang sudah terlalu tinggi penguatannya. Di sisi lain, Ibrahim pun menilai pemerintah telah begitu gencar dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

“Namun kita harus tahu bahwa pada September ini Bank Sentral AS akan kembali menaikkan suku bunga. Tak hanya itu, AS pun telah menyiapkan tarif dagang. Ini bisa kembali mengangkat sentimen positif terhadap dolar AS,” ujar Ibrahim kepada Tirto pada Jumat (7/9/2018) pagi.

Oleh karena itu, Ibrahim menyebutkan penguatan mata uang rupiah ini tetap harus diwaspadai. Menurut Ibrahim, gejolak eksternal masih terus mengintai sehingga pemerintah dan Bank Indonesia (BI) khususnya, harus tetap hadir di pasar dengan melakukan sejumlah intervensi.

Adapun Ibrahim mengatakan bahwa pemerintah dan BI perlu menjaga stabilitas agar nilai tukar dolar AS terhadap rupiah tidak tembus ke angka Rp15.000. Selain bakal membutuhkan kerja lebih keras lagi dalam melakukan intervensi, Ibrahim melihat adanya potensi devisa negara yang tergerus apabila hal itu terjadi.

Dihubungi secara terpisah, ekonom dari Bank Permata Josua Pardede juga menilai faktor eksternal lain yang masih perlu diwaspadai menyusul penguatan nilai tukar rupiah.

Josua menyebutkan perlunya perhatian pada sentimen yang berasal dari negara berkembang. Pasalnya gejolak perekonomian yang terjadi pada satu negara berkembang dapat merembet ke negara berkembang lain.

“Kalau sekiranya ada respons positif dari Argentina, Turki, dan juga Afrika Selatan, ini akan memberikan kepercayaan serta sentimen yang membaik pada negara berkembang lain,” ungkap Josua kepada Tirto.

Baca juga artikel terkait NILAI RUPIAH atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yantina Debora