tirto.id - Barisan Muda PAN menilai pemerintah mengalami kepanikan dalam menghadapi tekanan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah.
Dalam keterangan kepada media, Jumat (7/9/2018), Ketua Badan Litbang DPP Barisan Muda PAN, Aria Ganna menyampaikan bahwa kepanikan pemerintah itu terlihat saat pemerintah berlindung dibalik krisis Turki dan Argentina ataupun perang dagang Amerika-Cina. Sebaliknya pemerintah justru mengesampingkan fakta bahwa Indonesia paling parah mengalami depresiasi nilai tukar se-ASEAN.
Selai itu upaya pemerintah menaikkan pajak impor dan melarang ribuan barang impor juga kontradiktif karena masih tetap saja mengobral izin impor bahan pangan. Bahkan, pemerintah malah sibuk membuat infografik membangun narasi kekuatan fundamental ekonomi.
"Barisan Muda (BM) PAN memandang bersliwerannya komentar elit pemerintah yang sibuk membuat alasan dan analisa justru seperti menampilkan orkestra kepanikan," kata Aria.
Aria berpendapat, seharusnya momentum depresiasi rupiah yang cukup dalam ini menjadi stimulus pemerintah untuk introspeksi dalam mengelola makroekonomi.
Menurut dia, terdapat 4 poin krusial yang menjadi perhatian DPP BM PAN berkenaan melemahnya rupiah, yakni; pertama, pengusaha memilih utang luar negeri karena suku bunga kredit dalam negeri tinggi. Kedua, edukasi pemerintah untuk meningkatkan kecerdasan finansial belum cukup berhasil. Ketiga, neraca perdagangan negatif karena masyarakat Indonesia hanya menjadi pasar barang dan jasa negara lain. Terakhir, dalam mengendalikan stabilitas harga pangan pemerintah menerapkan strategi yang instan yaitu impor bahan pangan.
"Kalau keempat poin yang menjadi perhatian Barisan Muda PAN ini justru dikesampingkan pemerintah maka kami agak susah optimistis melihat masa depan rupiah meski ratusan infografik dan analisa dibuat untuk meningkatkan kepercayaan diri," pungkas Aria.
Editor: Agung DH