Menuju konten utama

Neraka Kemacetan di Simpang Matraman

Sandiaga menyebut kemacetan terjadi karena masyarakat belum terbiasa dengan pola rekayasa lalu lintas di simpang Matraman.

Neraka Kemacetan di Simpang Matraman
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Casablanca Raya, Tebet, Jakarta, Jumat (12/1/2018). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

tirto.id - Ruas-ruas jalan menuju simpang Matraman, Jakarta Timur pada Selasa (10/4) pagi menjadi neraka. Ribuan orang terjebak kemacetan selama berjam-jam tanpa tahu kapan penderitaan itu akan berakhir. Salah satunya dialami Lucky Indah Permana. Di Jalan Pramuka menuju simpang Matraman ia merasa berang lantaran saat jarum jam menunjukkan pukul 08.00 WIB bus Transjakarta yang ia tumpangi nyaris tak beranjak. Padahal biasanya di jam itu Lucky sudah tiba di kantor wilayah Gajah Mada, Jakarta Pusat. “Bisa sarapan dulu, bisa leha-leha dulu,” katanya kepada Tirto, Senin (11/4).

Lucky berangkat menggunakan bus Transjakarta dari halte Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun, pada pukul 07.00 WIB. Sesampainya di Jalan Pramuka, kata dia, kendaraan yang ia tumpangi mulai melambat hingga akhirnya berhenti total. Dari balik kaca besar di muka bus, ia melihat antrean kendaraan ke arah Matraman sudah mengular. "Bingung juga, biasanya enggak semacet itu," ujarnya.

Satu jam berlalu dan para penumpang mulai bertanya-tanya soal kemacetan yang tak kunjung beringsut. Beberapa penumpang juga mulai menggerutu dan sadar akan terlambat sampai di kantor. Ketika bus mendekati Halte Matraman pada pukul 09.30 WIB, sepuluh orang penumpang akhirnya memutuskan untuk turun dan berpindah ke transportasi ojek online atau berjalan kaki.

"Saya masih tetap di bus. Akhirnya izin ke kantor. Dibolehin sama atasan karena dia kayaknya tahu ada kemacetan. Kan ramai juga di medsos. Dari situ juga penumpang lain tahu ternyata ada rekayasa lalu lintas," ucapnya.

Membatalkan niat bekerja karena macet tidak cuma dilakukan Lucky. Menurutnya sejumlah rekan kerja juga mengurungkan niat untuk sampai di kantor. “Dia dari arah Jatinegara, dan akhirnya izin ke kantor terus balik lagi ke rumah,” kata Lucky mencerita seorang temannya.

Pengguna jalan lain bernama Chandra Rinaldi (30) juga batal berangkat kerja akibat kemacetan di Jalan Tambak dan Perempatan Matraman. Pria yang tinggal di Kalisari, Jakarta Timur itu hendak berangkat ke kantornya di daerah Sabang, Jakarta Pusat, sekitar pukul 07.00 WIB. Di Depan Gramedia Matraman, laju mobil pribadi yang ia bawa tertahan sekitar 30 menit hingga ia mencoba jalan lain. "Dari arah Gramedia ke Matraman itu macet total. Akhirnya ada satu mobil gue lewat situ, lewat kampung," kata Chandra saat berbincang dengan Tirto.

Chandra tidak menyangka kemacetan tidak berhenti setelah dirinya mengambil jalan melewati pemukiman penduduk. Keluar dari pemukiman itu, ia kembali harus bermacet-macetan di jalan Tambak hingga arah Stasiun Cikini.

Akibat kemacetan berkepanjangan, pria satu anak ini pun akhirnya memutuskan pulang. “Dari Tambak mau ke Thamrin itu juga macet parah juga. Jalan dipecah separuh kan. Sampai situ muter balik aja dah gue bilang daripada macet-macetan,” katanya.

Selain Lucky dan Chandra ratusan pengguna jalan juga menumpahkan kekesalannya di media sosial dan menganggap bahwa Pemprov DKI "tak becus" dalam mengatur lalu-lintas di simpang jalan tersebut.

Rekayasa Lalu-lintas Belum Tersosialisasikan

Neraka di pagi itu berpangkal dari rekayasa lalu-lintas yang dilakukan Dinas Perhubungan DKI Jakarta saat uji coba lintas bawah (Underpass) Matraman pukul 06.00 WIB. Pengamat Transportasi dari Universitas Soegijapranata, Djoko Setijowarno menyebut kemacetan dalam rangka uji coba lalu-lintas wajar terjadi terutama di daerah dengan kepadatan lalu lintas seperti di Jakarta. Namun, kata dia, Dishub seharusnya dapat bertindak lebih antisipatif dengan melakukan sosialisasi yang masif dan memulainya di hari libur.

"Kan bisa saja itu diberlakukan mulai akhir pekan saat titik jenuh kendaraan menurun," ujarnya saat dihubungi Tirto.

Apalagi, kata dia, jalan Matraman menjadi titik temu ribuan kendaraan dari berbagai daerah, dalam dan luar Jakarta. "Memang agak sulit mengatur lalu-lintas di sekitar Matraman. Makanya kalau omong kemacetan, alternatif yang paling baik sebenarnya bukan membangun underpass. Tapi mendorong pengendara motor dan mobil pribadi naik angkutan umum," ujarnya.

Minimnya sosialisasi rekayasa lalu lintas diakui oleh Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Sigit Wijatmoko. Meski telah berkoordinasi dengan Dirlantas Polda Metro Jaya, namun pengubahan arus di beberapa ruas jalan tak bisa mengantisipasi kemacetan selam berjam-jam pagi kemarin. "Ya karena ini kan baru uji coba. Kami akan jadikan bahan evaluasi untuk besok. sekarang diinventarisir dulu permasalahannya," ujarnya saat dihubungi Tirto.

Petugas Transjakarta Erdian membenarkan adanya kemacetan di perempatan Matraman. Pria yang menjabat sebagai Koordinator Lapangan Patroli Koridor V Transjakarta itu mengaku kemacetan berawal dari kegagalan pengaturan lalu lintas di depan Jalan Tambak.

"Itu awal dari Tambak mereka akhirnya semua imbasnya ke situ. Jadi yang arah dari Ancol kemari, ke Melayu ketahan karena posisinya intinya di Tambak," kata Erdian saat ditemui Tirto di Perempatan Matraman, Jakarta, Selasa.

Ia menyebut, kendaraan dari arah Jatinegara tidak dapat melintas ke arah Ancol akibat antrian kendaraan Ancol yang berbelok ke jalan Tambak.

Di sisi lain, masih ada sejumlah pengendara Tambak yang berputar balik pun tersendat.

Salah satu petugas lalu lintas Polsek Matraman Bripka Dede menyebut kemacetan diduga terjadi akibat pembukaan terowongan Jalan Jatinegara. Akibat pembukaan terowongan, masyarakat kaget dengan jalur kendaraan. Ia menduga jalan mulai lancar sekitar pukul 12.00 WIB. "Karena terowongan sudah dibuka, otomatis pengendara dari Proklamasi yang mau mengarah kepada Jatinegara, kampung Melayu bisa lewat terowongan. begitu pun yang dari arah Proklamasi menuju arah Pramuka boleh lurus," kata Dede.

Permasalahan kemacetan pagi tadi pun masih dikaji agar tidak terjadi kemacetan lagi di hari berikutnya. Ia berharap kemacetan bisa hilang seiring dengan pemahaman publik. "Mudah-mudahan mungkin kalau masyarakat sudah tahu Matraman ini sudah diberlakukan lagi dan underpass sudah berjalan bisa terjadi lancar lagi seperti biasa," tutur Bripka Dede.

Minim Sosialisasi

Jauh hari sebelumnya, pemberitahuan soal uji coba Underpass Matraman memang sudah diumumkan melalui spanduk yang dipasang beberapa simpang jalan sekitar Matraman. Namun, hampir tak ada pemberitahuan detail soal rekayasa arus lalu-lintas yang akan dilakukan.

Pernyataan resmi serta panduan soal rekayasa lalulintas baru dikeluarkan Dishub sehari sebelum ujicoba dilakukan. Sementara di akun Twitter instansi tersebut, tak ada pembahasan apa pun selama dua hari terakhir kecuali soal ketentuan parkir di ruas jalan.

Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan seolah menganggap kemacetan itu tersebut merupakan hal wajar. Usai rapat paripurna di gedung DPRD DKI Jakarta, ia hanya memberikan komentar singkat.

"Ini kan baru hari pertama. Nanti kita lihat," ujarnya. Ia menambahkan," Dari sore itu kita bisa tahu evaluasi masalah di pagi hari dan di sore hari."

Hampir serupa dengan Anies, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno juga menyampaikan bahwa kemacetan disebabkan karena belum terbiasanya dengan aturan lalu-lintas yang diterapkan pemprov. Namun, ia mengatakan bakal meninjau langsung Underpass Matraman untuk melihat kesiapan bawahannya dalam melakukan pengaturan di wilayah tersebut.

“Nanti malam saya tinjau langsung ke sana, ungkap Sandiaga di Balai Kota. Kepada masyarakat, ia juga mengimbau agar masyarakat mempelajari sejumlah pengubahan arus lalu-lintas yang diberlakukan Dishub sejak pagi tadi. "Mohon melihat media sosial dari Dishub DKI tentang alur penataan lalu lintas yang baru di kawasan Matraman," imbuhnya.

Sehari setelah kemacetan parah, lalu lintas di Matraman sudah berangsur normal. Hari ini berdasarkan akun twitter TMC Polda Metro Jaya, arus lalu lintas di simpang Matraman pada pukul 07.02 WIB ramai lancar.

Baca juga artikel terkait UNDERPASS MATRAMAN atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Jay Akbar