tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar 2,90 miliar dolar AS pada Mei 2022. Surplus ini menjadi tren positif selama 25 bulan secara berturut-turut sejak Mei 2020.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto mengatakan, surplus ini terjadi karena nilai ekspor lebih tinggi jika dibandingkan nilai impornya. Di mana ekspor mei tercatat 21,29 dolar AS sementara impornya hanya 18,61 miliar dolar AS.
"Jadi neraca perdagangan kita ini membukukan surplus selama 25 bulan berturut-turut," katanya dalam rilis BPS, di Kantornya, Jakarta, Rabu (15/6/2022).
Jika dilihat komoditas nonmigas, penyumbang terbesar surplus pada Mei 2022 berasal dari bahan bakar mineral. Kemudian ada besi dan baja serta lemak dan hewan nabati. Sedangkan negara penyumbang surplus terbesar adalah India, Amerika Serikat, dan Filipina.
Jika dirinci, surplus Indonesia ke India mencapai 1,59 miliar dolar AS. Surplus ini berasal dari nilai ekspor Indonesia ke India yang mencapai 2,25 miliar dolar AS, dan impornya hanya 663 juta dolar AS.
"Utamanya untuk bahan bakar dan mineral dan produk kimia," ujarnya
Selanjutnya, surplus Indonesia terbesar kedua berasal dari Amerika Serikat mencapai 1,26 miliar dolar AS. Ini berasal dari nilai ekspor sebesar 2,05 miliar dolar AS, dan impor hanya 791 juta dolar AS.
"Ini utamanya adalah untuk komoditas mesin perlengkapan elektrik serta bagiannya dan pakaian aksesoris atau rajutan.
Sementara, Indonesia juga mendapatkan surplus dari Filipina 833 juta dolar AS. Surplus itu berasal dari komoditas bahan bakar mineral HS27 diikuti dengan kendaraan dan bagiannya HS87.
Di sisi lain, Indonesia juga mencatatkan defisit perdagangan kepada tiga negara mitra dagang. Ketiganya adalah Australia, China, dan Thailand. Di mana, masing-masing alami defisit 545 juta dolar AS, 479,8 juta dolar AS, dan 331,9 juta dolar AS.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Maya Saputri