tirto.id - Neraca dagang Indonesia pada April 2019 mengalami defisit sebesar 2,5 miliar dolar AS. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, angka itu berasal dari nilai ekspor sebesar 12,6 miliar dolar AS serta impor yang sebesar 15,1 miliar dolar AS.
Kepala BPS Suhariyanto menuturkan, kenaikan impor terjadi pada neraca migas dan non-migas dengan persentase masing-masing 46,99 persen dan 7,82 persen.
"Kalau kita lihat defisit ini terjadi karena migasnya mengalami defisit 2,7 lebih karena hasil minyaknya mengalami defisit lumayan dalam. Sementara non-migas masih surplus 247 juta dolar AS," tutur Suhariyanto," ucapnya dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta Pusat, Rabu (15/5/2019).
BPS juga mencatat bahwa perkembangan harga komoditas Maret-April berpengaruh pada neraca perdagangan tahun ini. Perekonomian cenderung melambat, komoditas fluktuasi, dan geopolitik menjadi sejumlah faktor yang mendorong penurunan ekspor, kata Suharyanto.
Sementara beberapa komoditas non-migas yang ekspornya masih dapat naik di antaranya adalah cokelat, minyak sawit dan seng. "Pengaruhnya signifikan Karena kontribusi lemak hewan nabati. yang turun batubara, minyak kernel, timah dan nikel," pungkasnya.
Sebelumnya neraca perdagangan Februari 2019 kembali surplus, setelah pada Januari mengalami defisit sebesar 1,1 miliar dolar AS. Pada Februari 2019, nilai ekspor lebih besar dari nilai impor sehingga menghasilkan surplus sebesar 329,5 juta dolar AS.
“Surplus ini disebabkan menurunnya permintaan impor bulanan yang lebih tinggi daripada penurunan ekspor,” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam siaran pers, diterima Tirto, Rabu (20/3/2019).
Mendag menjelaskan bahwa surplus perdagangan Februari 2019 disumbang surplus perdagangan nonmigas sebesar 793,6 miliar dolar AS dan defisit neraca perdagangan migas sebesar 464,1 miliar dolar AS.
Namun secara kumulatif, kata Mendag, neraca perdagangan Januari-Februari 2019 masih mengalami defisit 734,0 juta dolar AS. Hal ini karena besarnya defisit perdagangan migas mencapai 886,0 juta dolar AS belum dapat diatasi dengan surplus neraca perdagangan nonmigas yang hanya sebesar 152,0 juta dolar AS.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Irwan Syambudi