Menuju konten utama

Nasib Pikap Esemka di Tengah Perlambatan Pasar Otomotif

Pikap Bima Esemka meluncur di tengah pasar otomotif yang mengalami perlambatan, bisakah bersaing dengan merek yang sudah ada?

Nasib Pikap Esemka di Tengah Perlambatan Pasar Otomotif
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (kiri) mengamati salah satu produk mobil keluaran pabrik mobil Esemka saat meresmikan pabrik mobil PT. Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) di Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (6/9/2019). ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/wpa.

tirto.id - Esemka Bima, mobil pikap keluaran PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK), siap bersaing di pasar mobil niaga ringan dalam negeri. Dibekali mesin SOHC (Single Over Head Camshaft), pikap berkapasitas full tank sebesar 40 liter itu mengincar pangsa usaha mikro, kecil dan menegah (UMKM).

Persaingan pikap Esemka cukup berat karena harus berhadapan dengan merek besar yang sudah ada seperti Suzuki, Daihatsu dan Mitsubisi. Apalagi, pasar pikap dalam negere sepanjang Januari-Juli tahun ini tengah melambat.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, pertumbuhan penjualan ritel masih negatif 3 persen ketimbang periode yang sama 2018, sementara pertumbuhan penjualan dalam jumlah besar (wholesale) tercatat minus 9 persen.

Kontraksi penjualan ini berjalan beriringan dengan pasar otomotif yang melambat 13,7 persen.

Meski demikian, pengamat Otomotif Bebin Juana menilai bahwa pikap Esemka masih berpeluang meraup ceruk pasar yang tersisa, ketimbang bersaing di pasar mobil multiguna atau kendaraan penumpang.

“Kalau jenis kendaraan penumpang, persaingannya itu ketat sekali. Dan standarnya sudah tinggi. Artinya tuntutan dari konsumen itu sudah complicated. Modelnya, warnannya, desainnya, teknologinya. Banyak daftarnya panjang,” tutur kepada tirto.id, Senin (9/9/2019).

Lagipula, penjualan mobil pikap terpantau masih menjanjikan ketimbang kendaraan seperti Sport Utility Vehicle (SUV), Low Cost Green Car (LCGC) dan dan Sedan. Sebab, pasar mobil pikap ditopang oleh sektor perdagangan dan industri kecil sampai menengah yang geliatnya sangat besar di tanah air.

Hal ini terlihat dari penjualan Suzuki Cary Pick Up yang tembus 3.564 unit pada Juli lalu, mengungguli mobil penumpang "sejuta umat" Toyota Avanza yang sebanyak 3.543 unit.

Bebin menambahkan, harga pikap Esemka yang lebih terjangkau juga jadi nilai tambah bagi pabrikan baru ini. “Harga logis tapi nggak buat dia tampak murahan kan yang penting fungsinya,” sambung Bebin.

Penilaian Bebin itu menguatkan pernyataan Jokowi yang optimistis lantaran harganya yang cukup kompetitif, yakni sekitar Rp110 juta.

Harganya lebih murah ketimbang dua kompetitor terdekatnya, yakni Daihatsu Gran Max PU yang dibanderol Rp133 juta, serta pikap Suzuki New Carry yang dibanderol mulai dari Rp138 juta.

“Tidak mudah, tidak gampang, masuk pasarnya ini juga tidak gampang dan tidak mudah. Tetapi kalau kita sebagai sebuah bangsa mau menghargai karya kita sendiri, brand dan prinsipal kita sendiri, ini akan laku," kata Jokowi.

Ketua Asosiasi UMKM Indonesia, Ikhsan Ingratubun, mememperkirakan, permintaan mobil pikap untuk usaha kecil dan menegah di tahun depan bisa mencapai 15 ribu unit.

Jika kapasitas produksi Esemka bisa ditingkatkan, bukan mustahil merek Bima 1.2 dan 1.3 bisa terjual ludes. "Spesifikasinya kan enggak beda jauh, dan yang paling penting ini porduk dalam negeri bisa dapat tempat lah buat pengusaha kecil," ucapnya saat dihubungi Tirto, Selasa (10/9/2019)

Menteri Perindustrian Airlangga berharap kehadiran pikap Esemka dapat menciptakan efek pengganda ekonomi karena menyerap komponen otomotif dalam negeri, khususnya yang diproduksi Industri Kecil dan Menengah (IKM).

Langkah strategis ini akan mewujudkan kemandirian industri nasional, terutama sektor otomotif. “Saat ini, PT SMK telah bekerjasama dengan lebih dari 30 industri penyedia komponen otomotif lokal,” ujarnya saat mendampingi Jokowi meresmikan peluncuran mobil Esemka.

Airlangga menambahkan, sebagai produsen otomotif, PT SMK telah memiliki Tanda Pendaftaran Tipe (TPT) yang telah diterbitkan oleh Kementerian Perindustrian untuk enam jenis kendaraan roda empat.

“Empat di antaranya merupakan kendaraan komersial tipe pick up single cabin yang diberi nama BIMA - ESEMKA, lalu satu tipe penumpang double cabin yang diberi nama DIGDAYA - ESEMKA dan satu tipe lagi kendaraan penumpang minivan dengan nama Borneo-Esemka,” tandas politikus Golkar tersebut.

Baca juga artikel terkait ESEMKA atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana