tirto.id - Denis Mukwege dan Nadia Murad akan menerima penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2018 atas perjuangan mereka untuk menuntaskan penggunaan kejahatan seksual sebagai senjata perang dan konflik bersenjata. Upacara penerimaan nobel ini akan diadakan di Oslo, Norwegia hari ini, Senin (10/12/2018) waktu setempat.
Komite Nobel Norwegia dalam thenational.ae mengatakan, mereka berdua telah membuat kontribusi penting terhadap pemberantasan kejahatan perang. Pengumuman Murad dan Mukwege sebagai penerima Nobel Perdamaian sebelumnya telah disiarkan sejak bulan Oktober 2018.
Murad adalah warga Irak pertama yang mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut. Stasiun televisi di Irak bahkan menginterupsi jadwal program TV secara khusus untuk menyiarkan penerimaan Nobel ini. Presiden terpilih, Barham Salih mengucapkan selamat kepada Murad dengan mengatakan bahwa penghargaan tersebut adalah pengakuan internasional atas "malapetaka" Yazidi yang tunduk pada ISIS.
“Kupersembahkan penghargaan ini untuk semua Yazidi, semua orang Irak, Kurd, dan semua minoritas dan semua pejuang pelecehan seksual di dunia. Sebagai orang yang telah selamat (dari pemerkosaan), aku sangat bersyukur atas kesempatan ini untuk dapat menarik perhatian internasional terhadap penderitaan orang-orang Yazidi yang telah menderita karena kejahatan yang tak terbayangkan sejak adanya genosida yang dilakukan oleh Daesh (ISIS),” ungkap Nadia Murad kepada The Guardian.
Dikutip dari Aljazeera, Murad dikenal sebagai advokat untuk minoritas Yazidi di Irak, seorang pengungsi, dan pejuang hak wanita secara umum. Ia adalah mantan budak yang pernah dilecehkan oleh pejuang ISIS di Kota Mosul, Irak pada tahun 2014. Ia ditangkap di rumahnya di Sinjar bersama saudara wanita lainnya. Dalam kejadian tersebut, ia kehilangan enam saudara laki-laki dan ibunya yang dibunuh karena dianggap terlalu tua untuk dieksploitasi secara seksual.
Murad lolos dari penyergapan ISIS dan mengungsi ke Jerman pada tahun 2015. Pada bulan November di tahun yang sama, Murad memulai aktifitasnya sebagai pejuang hak asasi yang menyerukan tentang kesadaran akan kejahatan seksual pada manusia di depan PBB.
Sedangkan Mukwege adalah kepala Rumah Sakit Panzi di Bukavu, sebuah kota di bagian Timur Kongo. Klinik ini menerima ribuan wanita setiap tahun, di mana sebagian besar dari mereka melakukan operasi bagian tubuh akibat pemerkosaan.
Nobel Prize menulis, Denis Mukwege adalah simbol yang paling utama dan paling menyatukan, baik secara nasional maupun internasional, dari perjuangan untuk mengakhiri kekerasan seksual dalam perang dan konflik bersenjata.
Prinsip dasarnya adalah "keadilan adalah urusan setiap orang". Pria dan wanita, perwira dan tentara, serta otoritas lokal, nasional dan internasional sama-sama memiliki tanggung jawab bersama untuk melaporkan, dan memberantas, jenis kejahatan perang ini.
"Pentingnya upaya Dr. Mukwege yang abadi, berdedikasi dan tanpa pamrih di bidang ini tidak dapat dilebih-lebihkan. Dia telah berulang kali mengutuk kekebalan hukum untuk perkosaan massal dan mengkritik pemerintah Kongo dan negara-negara lain karena tidak melakukan cukup untuk menghentikan penggunaan kekerasan seksual terhadap perempuan sebagai strategi dan senjata perang," tulis Nobel Prize.
Berikut link streaming untuk menyaksikan penerimaan Nobel Perdamaian 2018:
Penulis: Alifa Justisia
Editor: Yulaika Ramadhani